Pada Peringatan Hari Anak Nasional (2017), Presiden Joko Widodo menanyakan cita-cita anak-anak tersebut. Salah satu anak menjawab bahwa ia ingin menjadi seorang Youtuber. Mengapa anak tersebut tidak ingin menjadi seorang dokter atau polisi seperti umumnya? Mari kita bahas sebelumnya.
Sebelumnya, apa itu profesi? Menurut KBBI, profesi adalah suatu bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan, dan sebagainya) tertentu.
Karena berbagai variasi keahlian tersebut, kita dapat mengenal berbagai macam profesi di seluruh dunia. Dan masing-masing profesi tersebut memiliki tujuan dan spesifikasi yang berbeda satu sama yang lain.
Namun, jika kita perhatikan lebih seksama, ada profesi yang dinilai lebih baik dibandingkan profesi lainnya, seperti seorang artis atau model yang akan mendapatkan penghasilan lebih besar dibandingkan seorang karyawan atau manajer.
Selain itu, peminatan ini juga dapat terlihat dalam generasi-generasi yang lebih muda, seperti kebanyakan anak-anak sekarang yang lebih berminat menjadi seorang Youtuber atau Influencer dibanding menjadi seorang pilot atau tentara. Mengapa demikian? Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi perubahan peminatan ini. Diantaranya adalah:
1. Pergeseran kebutuhan dunia
Di era digitalisasi ini, perkembangan teknologi telah menyebabkan perubahan dalam bidang profesi. Sehingga, semakin banyak munculnya profesi baru yang berhubungan dengan media sosial dan teknologi, dan sebaliknya, semakin berkurang peminatan profesi yang kurang melibatkan media teknologi tersebut.
Sebagai contoh, ahli IT atau ilmuwan komputer lebih banyak dicari perusahaan dibanding seorang penulis atau komikus.
2. Efek paparan di media sosial
Misal kita bandingkan, apakah seseorang akan lebih sering melihat seorang artis, atau seorang pilot? Tentu jawabannya adalah seorang artis, dikarenakan mereka lebih mudah terlihat di media sosial, dibandingkan pilot yang hanya terlihat di udara. Efek paparan ini juga berpengaruh pada peminatan masyarakat, terutama bagi kalangan anak-anak dan remaja-remaja, yang lebih sering menggunakan media sosial dibanding orang dewasa.
3. Dorongan lingkungan sekitar
Terkadang bukan hanya pengaruh dunia maya, namun lingkungan sekitar kita yang juga ikut mendukungnya. Mungkin seperti seorang teman yang mengajak kita bermain game online, atau keluarga yang mendorong kita ikut lomba virtual. Di zaman digital ini, banyak sekali aktivitas kita yang berhubungan dengan media sosial, sehingga mudah bagi kita untuk ikut terpengaruh oleh efeknya.