Mohon tunggu...
sandra umar
sandra umar Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Jujur Apa adanya

fotografer,web desainer,storyteller

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pengalaman Mistis Memotret di Curug Panjang

19 Januari 2020   19:26 Diperbarui: 19 Januari 2020   19:24 1906
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


[Kisah ini terjadi tiga bulan lalu,tepatnya di awal bulan September tahun 2019.]


Hari telah beranjak siang, si Jhon masih terparkir manis digarasi. Maklumlah jalan Jakarta yang selalu macet membuat aktifitas saya lebih sering menggunakan motor. Oh iya Jhon adalah mobil Pajero sport yang baru satu tahun belakangan ini terpakir manis di garasiku . Alhamdulillah hasil jerih payah jadi Photografer selama dua tahun, terbeli juga mobil impian walaupun Second.

Hari ini saya bersama Dion rekan sesama fotografer yang menyukai foto-foto lanscape, berencana untuk motret air terjun di daerah Puncak Bogor.
Kebetulan hari ini weekday jadi jalanan lumayan senggang, perjalanan kami menuju Puncak hanya memakan waktu 1 jam dengan terlebih dahulu saya mampir ke Bogor untuk menjemput Dion yg tinggal di dekat terminal Baranangsiang.

Air terjun Curug Panjang ini mudah di akses, Lokasinya hanya 7 km dari jalan raya Puncak. Jalan kesini awalnya bagus kanan kiri kita bisa melihat deretan vila-vila mewah,namun setelah melewati Pusdik Reskrim Polri Mega mendung jalan mulai menyempit dan agak berbatu melewati perkampungan penduduk. Untunglah si Jhon saya sangat cocok dipakai di kondisi seperti ini. Setelah badan bergoyang-goyang ketika ban menerjang jalan bergelombang,akhirnya sampai juga di pintu gerbang Curug panjang.

Melihat sekeliling nampak suasananya masih sepi,maklum tempat ini rame hanya hari weekend saja dan hari sudah menunjukan pukul 16.00. Hanya terlihat dua orang penjaga tiket yang sedang asik menikmati kopinya.

Setelah membayar tiket masuk sebesar 15.000 rupiah, kami berdua masuk menyusuri jalan setapak menuju air terjun sepanjang jalan dihiasi ranting2 pohon yang menjulur kejalan dan sesekali diiringi siulan burung-burung liar.

Tidak lama berjalan akhirnya terdegarlah suara deru air terjun, Dion nampak makin semangat melangkahkan kakinya, maklumlah dia sangat semangat jika motret alam seperti gunung dan air terjun.

Benar saja sampai air terjun hanya ada kami berdua. Dion langsung saja memasang tripod dan bersiap2 mengabadikan air terjun yang melambai dengan indahnya. Baru lima menit motret, Tiba2 cuaca berubah begitu cepat langit yang tadi terlihat biru menjadi hitam pekat tanda akan turun hujan. Seperti kita ketahui di pegunungan seperti ini cuaca memang bisa berubah dengan cepatnya.

"Ah, hujan lagi." Kata Dion nampak kesal sambil merapikan peralatanya karena hujan mulai turun.

Untunglah tidak jauh dari lokasi ada gubuk tua untuk berteduh.

"Udah dapet gambar bagus,yon" Saya coba menanyakan kepada Dion yang sedang melihat hasil jepretannya.

"Belum nih,baru dapet 5 frame," Jawab Dion dengan sedikit kesal.

Satu jam berlalu namun hujan belum ada tanda akan berhenti.

" Yon, katanya disini angker yach," kata saya memecah keheningan.

"Wuss,jangan ngomong gitu ah,bikin parno aja" gerutu Dion sambil bersandar di dinding gubuk.

Menunggu hujan reda,iseng-iseng saya nonton youtube,untunglah disini masih ada sinyal internet.

"Nonton apaan sih lo, bikin serem aja." Celetuk Dion ketika saya sedang asik menonton channel misteri.

"Ah masa nonton ginian aja takut " Jawab saya,sambil tetap cuek nonton.

"Ayok ah,pulang hujan udah mulai reda nih,takut kemaleman kita nanti" Rayu Dion sambil membereskan peralatannya dan Sepertinya hujan memang mulai reda dan kabut juga mulai turun

"Gawat juga nih,kalau kemaleman" pikir saya dalam hati.

Baru melangkah beberapa meter dengan penuh kehati-hatian karena jalan berubah licin setelah hujan turun. Terdengar sayup2 ada suara seperti ada perempuan sedang menangis.

"Yon,elo dengar suara perempuan menangis gak?"ckata saya sambil tengok kanan kiri.

"Ah,Gue gak denger kok!" kata Dion sambil tetap berjalan.

"Serius yon, suaranya ngikutin kita" sambil saya meraih tangan Dion,karena suara perempuan yang menangis serasa mengikuti kami.

"Ah,Elo jangan nakut2in gue dah!" Jawab Dion sambil mempercepat jalannya. Kabut turun semakin tebal membuat jarak pandang kami semangkin dekat,hingga kami harus ekstra hati-hati karena di sebelah kanan jalan setapak ada jurang yang mengangga cukup dalam dan sepintas saya melihat bayangan putih terbang di balik pohon besar di samping kami.

"Aduh setan lagi" ratap saya dalam hati mencoba mengalihkan pandangan kearah lain memegang kuat lengan Dion.

"Apaan sih lo" kata Dion melihat saya yang semakin kuat lengannya.

"Udah yon,jalan cepetan." Saya mempercepat langkah kaki karena suara perempuan yang menangis makin dekat saja terdengar ditelinga.

Akhirnya dengan susah payah kami sampai juga di tempat parkir, Hanya terlihat si John yang terparkir sambil menahan dingin di sudut tebing.

"Ah,sial kemana tuh para penjaga loket tadi" gerutu Saya dalam hati melihat tak ada seorangpun di loket penjagaan.

Sampai di dalam mobil saya masih mendengar ada suara perempuan,bahkan sekarang suara itu berubah tertawa layaknya kuntilanak.

"Dion, suara perempuan itu ngikutin kitaaaaa" Pekik saya sambil tengok kanan kiri karena suara ketawa itu makin keras terdengar.

"Ah,Gue gak denger suara apa2" Kata Dion sambil memperhatikan sekeliling.

Tiba-tiba Dion menatap tajam kearah saya.

"Kenapa yon" Kata saya makin takut.

Akhirnya Dion meraih sesuatu di telinga saya dan suara wanita tertawa tadi tiba-tiba menghilang.
Oh,! rupanya suara wanita tertawa tadi berasal dari head seat yang masih menempel di telinga, karena channel youtube yang saya tonton lupa saya matikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun