Mereka tidak meonton TV, tidak memiliki hp, tidak memakai listrik, tapi mereka bahagia. Jika mereka berkumpul dan bercerita entah itu laki-laki maupun perempuan, mereka akan tertawa. Dan senyum tak pernah hilang dari wajah orang-orang Timor asli ini.
Nama-nama mereka pun unik, Atu, Sau, Teu, Muke, Nune, Fai, Aba dan lainnya.Â
Ahh, saya menitikkan air mata saat harus meninggalkan Boti, tempat yang nyaman dan asri. Beberapa orang mengikuti kami sampai ke pagar dan memanggil saya lalu meminta saya jika foto kami sudah dicetak mohon dikirim ke mereka. Sungguh berkesan sekali bisa bersama mereka, meyakinkan saya bahwa tanah Timor ini, masih memiliki harapan. Andai semua kita memiliki mental seperti orang Boti yang bekerja keras dan akrab dengan alam, mungkin banyak masalah di Timor akan terpecahkan. Yang saya saksikan adalah keharmonisan hidup di Boti.
Suatu saat, saya ingin kembali ke Boti dan kembali menikmati indahnya hidup berdampingan dengan alam. Boti membuat saya punya bekal cerita untuk saya sampaikan kepada siapapun yang ingin bertanya tentang Timor.Â
Oh ya, di sana ada disediakan 2 buku tamu, untuk tamu Indonesia dan tamu Luar negeri, dan (tidak) mengherankan kalau daftar tamu luar negeri lebih banyak daripada tamu Indonesia.
Januari 2015
Tulisan pernah di publish di blog pribadi saya.