Mohon tunggu...
sandra frans
sandra frans Mohon Tunggu... -

Seseorang yang suka dan masih belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Satu Menit

5 Agustus 2011   13:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:04 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Apa yang akan kamu lakukan jika waktu hidupmu tinggal satu menit?

Mungkin karena sedang tidak enak hati, mungkin karena sedang bimbang maka saya memikirkan kalimat yang dilafalkan beberapa kali dalam film Source Code itu.

What will you do if your time is just one minute left?

Dan tiba tiba saya merasa sangat disayangkan kalau waktu saya tinggal semenit.

Saya lantas memikirkan ibu saya, ayah saya, adik adik saya, teman teman, dan juga Tuhan lantas saya menangis. Mungkin karena juga sedang tidak enak hati atau mungkin bimbang, ya saya menangis.

Kalau hidup adalah tugas, dan kita tidak pernah diberitahu berapa lama masa tugas kita, maka saya rasa, saya belum cukup baik dalam melaksanakan semua tugas saya. Masih keteteran di sana sini, masih belum bisa memberi makna dalam hidup itu sendiri.

Kalau akhir hidup adalah pertemuan dengan pencipta, maka saat ini detik ini saya tiba tiba merasa belum siap. Bukan belum siap tapi malu lebih tepat. Malu karena hidup terlalu angkuh. Malu karena sering melupakan Tuhan.

Jika kesempatanmu dalam hidup ini tinggal semenit, apa yang kau pikirkan?

Hiduplah dalam damai seorang akan yang lain. Kalimat ini menelusup dalam pikiran saya. Kita tak akan pernah tahu kapan dan dimana kita akan meninggal. Dengan cara apa kematian kita berlangsung. Jadi, sedapat mungkin berusahalah mewujudkan damai antara sesama.

Sesama rasanya jauh banget. Berdamailah pertama dengan diri sendiri, kedua dengan orang terdekat. Kita dapat menjadi malaikat bagi orang lain, namun apakah orang tua, saudara kita juga menganggap kita malaikat? Atau justru sebaliknya, kita kerap bertingkah kasar dan seenaknya terhadap mereka.

Segera meminta maaf jika salah, dan segera memaafkan sebelum seseorang datang memohon maaf.

Jadi ketika kita memiliki satu menit terakhir, kita tidak kelabakan memikirkan orang tua, saudara, orang terkasih, kita tidak usah pusing pusing mencari cara harus meminta maaf dan mengampuni siapa, karena satu menit terakhir hidup kita, alangkah indahnya jika bisa menarik nafas panjang, tersenyum sambil menutup mata, mengucapkan syukur tak terkira pada Tuhan yang sudah memberi kesempatan kita hidup dan berkarya.

Agar dalam satu menit terakhir hidup kita, yang kita pikirkan adalah Tuhan dan indahnya perjumpaan kita kelak bersama DIA.
Tiba tiba damai menelusup dalam hati saya. Terima kasih Tuhan, saya belajar.
Sandra
Malang, 12 juli 2011
Dini hari
Hiduplah seolah tinggal semenit waktu kita didunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun