Penonton dibuat mabuk kepayang oleh pemandangan alam Indonesia yang diambil menggunakan drone, untuk menghilangkan rasa bersalah tidak jarang mereka mengajak komunitas setempat mengantar para host seakan-akan peduli dengan kearifan lokal, padahal yang sebenarnya dijual adalah penampilan fisik dan gaya hidup para host, yang sebenarnya dikejar adalah rating dan yang sebenarnya dipromosikan adalah mi instan.Â
Saya tidak tahu mana yang sebab mana yang akibat, peningkatan antusiasme masyarakat untuk travelling sehingga membuat stasiun TV banyak menampilkan acara travelling demi rating atau karena banyaknya acara travelling di TV sehingga masyarakat jadi lebih tertarik untuk travelling.Â
Mungkin keduanya saling memengaruhi, tetapi menurut saya tidak tepat bila acara travelling saat ini hanya dimanfaatkan untuk mempromosikan potensi wisata domestik saja. Acara travelling Indonesia harus naik kelas menjadi sarana untuk menambah kecerdasan travelling masyarakat kita.
Para host biasanya hanya memberikan saran yang menurut saya sangat klise "Kita harus menjaga dan melestarikan alam yang indah ini guys, antara lain dengan tidak membuang sampah sembarangan," Memang masih banyak sekali masyarakat kita yang masih hobi mengotori tempat wisata dengan buang sampah sembarangan, coret-coret batu, dll.Â
Tetapi menurut saya masih banyak hal lain yang bisa disampaikan untuk menambah kepedulian dan mempertajam etika masyarakat Indonesia yang dapat dikatakan masih baru mulai senang berwisata, misalnya: untuk menjaga sopan santun bila berkunjung ke tempat sakral atau tempat ibadah, tidak sembarangan mengambil, memetik atau menyentuh binatang-binatang, perhatikan arah dan panjang tongsis bila berada di tempat ramai, dll.
Bila visi misi acara travelling Indonesia lebih didalami dan dihayati saya yakin kejadian seperti adegan memasak kima yang heboh beberapa waktu lalu tidak akan terjadi. Harus ada revolusi konsep acara travelling Indonesia, bukan hanya jadi acara adu pamer kemolekan pemandangan, melakukan kegiatan-kegiatan yang tampak keren demi rating tetapi juga mendidik masyarakat kita menjadi masyarakat yang cerdas dalam berwisata.
Bila konsep ini diusung secara tekun dan gigih, saya yakin pariwisata Indonesia akan semakin maju karena bukan hanya karena keindahan bumi Indonesia tetapi juga karena attitude masyakarat kita yang membuat siapapun betah. Selanjutnya, mudah-mudahan masyarakat kita bisa membawa nama baik Indonesia bila berwisata ke luar negeri dan insiden memalukan salah satu artis kita di Holocaust Memorial di Jerman tidak terulang lagi.
Masyarakat Indonesia dapat dikatakan masih baru mulai belajar berwisata sehingga masih perlu banyak belajar tentang etika berwisata. Sangat disayangkan bila peningkatan kemampuan ekonomi dan minat berwisata ini tidak diimbangi dengan etika berwisata yang benar.Â
Travelling menjadi kehilangan makna dan hanya menjadi ajang mengejar follower instagram sampai melupakan kenikmatan eksplorasi travelling. Dan acara travelling di televisi dapat berperan untuk mengubah hal ini, mendidik masyarakat Indonesia berwisata cerdas, bukan malah mendukung gaya hidup travelling yang cuek dan arogan. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H