Mohon tunggu...
Sandra Suryadana
Sandra Suryadana Mohon Tunggu... Dokter - 30 tahun lebih menjadi perempuan Indonesia

Memimpikan Indonesia yang aman bagi perempuan dan anak-anak. More of me: https://sandrasuryadana.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama FEATURED

Menyoroti "Spotlight", Memberi Ruang Bercerita bagi Korban Pelecehan Seksual

28 Februari 2018   16:41 Diperbarui: 16 Juni 2020   08:55 1976
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berita mengenai pelecehan seksual jarang disukai masyarakat karena menimbulkan ketidaknyamanan, padahal sekeras apapun masyarakat berusaha menutup mata, kejadiannya akan tetap berlangsung di depan mata kita. Terbukti berdasarkan pembicaraan Marty Barton, pemimpin redaksi baru Boston Globe, saat rapat perkenalan pertama.

Artikel yang ditulis Eileen McNamara mengenai Pastur Geoghan hanya mendapat jatah beberapa kolom kecil, tidak diperhatikan sama sekali, bahkan oleh sesama rekan wartawannya. Tidak ada yang menganggap berita ini menarik dan berniat untuk mencari tahu lebih lanjut. Entah mengapa.

Mike Rezendes bahkan harus berteriak-teriak memaksa editornya, Walter Robinson, untuk segera menerbitkan serial reportase ini,

It's time, Robby! It's time! They knew and they let it happen! To KIDS! Okay? It could have been you, it could have been me, it could have been any of us. We gotta nail these scumbags! We gotta show people that nobody can get away with this; Not a priest, or a cardinal or a freaking pope!

Mike Rezendes menyadari bahwa waktu yang tepat selalu "Sekarang!" Dia juga merasa bersalah Boston Globe terlambat mengangkat kisah ini. Kisah dan laporan pelecehan seksual tidak boleh ditunda-tunda, semua orang harus menganggap cerita-cerita ini penting, semua lapisan masyarakat harus bekerja sama memberikan spotlight pada setiap cerita pelecehan agar tidak ada predator yang bisa merasa bebas berkeliaran memangsa perempuan dan anak-anak.

Semua orang harus belajar berempati, menempatkan dirinya dalam situasi korban, ikut merasa bertanggung jawab karena siapapun bisa menjadi korban, termasuk Anda dan saya. 

Saya tutup artikel ini dengan kutipan dari Mitchel Garabedian,

If it takes a village to raise a child, it takes a village to abuse them.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun