Saat itu tahun 2010. Saya baru saja lulus dari Fakultas Kedokteran, lulus yang sesungguhnya, bukan lulus tapi masih harus koas, lulus tapi masih harus internship, saya sudah lulus dari semua itu, akhirnya menyandang gelar dr. di depan nama saya dan sudah mendapatkan Surat Tanda Registrasi (STR) dokter. Artinya saya sudah berhak bekerja dan berpraktek sebagai dokter di mana pun.
Dengan semangat idealis seperti layaknya semua mahasiswa yang baru lulus saya mendaftar ke Kementerian Kesehatan sebagai dokter PTT. Pilihan pertama saya adalah Kalimantan Barat tetapi saya mengisi kolom 'bersedia ditempatkan di mana saja'. Saya merasa heroik sekali. Saya tidak melamar pekerjaan lain karena saya sudah memutuskan bahwa saya ingin mengabdi ke daerah yaitu dengan menjadi dokter PTT.
Tetapi pengumuman penerimaan mengecewakan saya, saya tidak diterima. Alhasil dalam kebingungan yang mendalam seperti layaknya sarjana lain yang kesulitan mendapat kerja di negeri kita, saya menyebar lamaran saya ke sekian banyak lowongan pekerjaan mulai dari yang menarik sampai yang seadanya aja yang penting kerja dah, sambil saya bekerja part time sebagai asisten dokter spesialis di salah satu RS di Jakarta.
Hari demi hari berlalu, saya menjalani pekerjaan part time saya dengan jengah dan frustasi seperti layaknya semua pegawai baru yang mengadu nasib di jalanan ibu kota yang keji. Panggilan kerja tak kunjung datang.
Sampai suatu hari ketika saya rasanya sudah tidak tahan lagi kerja di Jakarta, tiba-tiba saya mendapat email yang mengabarkan bahwa saya diterima kerja sebagai dokter PTT daerah di Teluk Bintuni, Papua Barat. Dalam email itu ditulis agar saya segera membalas email tersebut atau menghubungi contact person yang tertera. Email itu adalah email pribadi dengan domain yahoo.com.
Perasaan saya campur aduk saat membaca email tersebut seperti layaknya pengangguran kronis tanpa harapan yang tiba-tiba diterima kerja. Antara lega dan gembira karena akhirnya saya dapat pekerjaan seperti yang saya harapkan dengan bingung, mengingat-ingat kapan saya kirim lamaran ke sana ya? Saking banyaknya lamaran yang saya sebar.
Saya segera bertanya kepada Mbah Google, dimanakah Teluk Bintuni itu? Seperti apakah rupanya? Pada tahun itu, informasi tentang Teluk Bintuni masih amat sangat minim sekali, saya hanya mendapat beberapa foto saja, bahkan Google Map masih belum mengidentifikasinya.
Saya kemudian menghubungi contact person-nya. Di ujung telepon adalah seorang dokter yang mengaku sebagai pegawai bidang pelayanan kesehatan di Dinkeskab Teluk Bintuni, sebut saja dr. X. Dia bicara dengan sangat antusias, menjelaskan bahwa saya akan ditempatkan di RSUD Teluk Bintuni bersama dengan 3 rekan lainnya. Kemudian beliau menyarankan untuk bertatap muka langsung agar kami bisa bertukar informasi lebih leluasa.
Saya mulai cemas. Bisakah saya mempercayai orang ini? Apakah ini hanya penipuan belaka? Tetapi kemudian saya putuskan tidak ada salahnya untuk menemui orang ini, setelah bertemu langsung baru saya putuskan lebih lanjut.
Dr. X datang bersama dengan istri dan anaknya serta satu orang lagi yang mengaku sejawat dokter yang pernah PTT di sana. Dr. X sendiri sebelumnya adalah dokter PTT di sana kemudian karena berprestasi mendapat gelar dokter teladan, beliau diberikan beasiswa oleh pemerintah setempat untuk mengambil Ph.D di Jepang, saat ini pendidikannya sudah selesai maka beliau harus kembali mengabdi ke Teluk Bintuni.
Beliau orang yang sangat ramah, gaya bicaranya sangat meyakinkan, sesekali bicara bahasa Jepang dengan istri dan anaknya. Beliau menceritakan kondisi kerja dan kehidupan di Teluk Bintuni. Saya jadi mulai bimbang. Orang ini terlihat sangat bisa dipercaya tetapi saya harus mempertimbangkan hal-hal berikut karena saya khawatir ini adalah penipuan lowongan kerja:
- Emailnya adalah email pribadi
- Biaya keberangkatan akan saya tanggung sendiri karena status saya hanya dokter PTT daerah
- Beliau hanya memberi waktu tidak lebih dari 2 minggu untuk saya segera mengambil keputusan karena katanya kebutuhan dokter sangat mendesak dan harus segera berangkat.
- Saya belum bisa membuktikan semua perkataannya
Semua faktor di atas adalah karakter klasik dari penipuan lowongan kerja. Bila saya tidak berhati-hati dan terjebak perangkap penipuan ini, saya asli amsyong brur. Udah biaya berangkat ditanggung sendiri, kalau diturunin di hutan, ditangkep sama penduduk setempat ala-ala film Apocalypto gimanee? Ayah, Ibu, saya sayang kalian!
Dalam waktu singkat saya segera mengumpulkan informasi, saya menghubungi rekan-rekan lain yang juga diterima kerja bersama dengan saya kemudian saya mencari teman yang memiliki kenalan yang bekerja di sana. Sampai saya menemukan 1 orang kenalan sejawat saya yang sudah menjadi dokter PTT di sana dan beliau mengonfirmasi bahwa semua informasi dan lowongan pekerjaan ini adalah benar, bukan hoax dan bukan penipuan.
Akhirnya dengan berbekal iman dan doa restu dari orang tua saya, saya berangkat ke Teluk Bintuni. Di pesawat saya duduk bersebelahan dengan dr. X dan kami mengobrol ringan.
"Requirement-nya sebenarnya hanya satu, yang penting lulusan universitas negeri. Saya langsung memilih saja 4 besar yang paling meyakinkan dari CV-nya, tidak terlalu sulit karena lamaran yang masuk juga tidak terlalu banyak, mungkin karena Bintuni masih kabupaten baru jadi masih banyak yang ragu. Tapi lamaranmu yang paling pertama saya terima loh, soalnya cuma punyamu yang lengkap bisa dibuka semua filenya, bener kamu kecilin ukuran filenya, yang lain banyak yang gak bisa dibuka, internetnya gak kuat di sana, hehe."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H