Semua faktor di atas adalah karakter klasik dari penipuan lowongan kerja. Bila saya tidak berhati-hati dan terjebak perangkap penipuan ini, saya asli amsyong brur. Udah biaya berangkat ditanggung sendiri, kalau diturunin di hutan, ditangkep sama penduduk setempat ala-ala film Apocalypto gimanee? Ayah, Ibu, saya sayang kalian!
Dalam waktu singkat saya segera mengumpulkan informasi, saya menghubungi rekan-rekan lain yang juga diterima kerja bersama dengan saya kemudian saya mencari teman yang memiliki kenalan yang bekerja di sana. Sampai saya menemukan 1 orang kenalan sejawat saya yang sudah menjadi dokter PTT di sana dan beliau mengonfirmasi bahwa semua informasi dan lowongan pekerjaan ini adalah benar, bukan hoax dan bukan penipuan.
Akhirnya dengan berbekal iman dan doa restu dari orang tua saya, saya berangkat ke Teluk Bintuni. Di pesawat saya duduk bersebelahan dengan dr. X dan kami mengobrol ringan.
"Requirement-nya sebenarnya hanya satu, yang penting lulusan universitas negeri. Saya langsung memilih saja 4 besar yang paling meyakinkan dari CV-nya, tidak terlalu sulit karena lamaran yang masuk juga tidak terlalu banyak, mungkin karena Bintuni masih kabupaten baru jadi masih banyak yang ragu. Tapi lamaranmu yang paling pertama saya terima loh, soalnya cuma punyamu yang lengkap bisa dibuka semua filenya, bener kamu kecilin ukuran filenya, yang lain banyak yang gak bisa dibuka, internetnya gak kuat di sana, hehe."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H