Mohon tunggu...
Sandra Suryadana
Sandra Suryadana Mohon Tunggu... Dokter - 30 tahun lebih menjadi perempuan Indonesia

Memimpikan Indonesia yang aman bagi perempuan dan anak-anak. More of me: https://sandrasuryadana.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Papua Oh Papua, Mengapa Baru Heboh Sekarang?

23 Januari 2018   11:12 Diperbarui: 23 Januari 2018   11:46 1457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mitos-mitos seputar peredaran uang di Papua banyak saya dengar selama saya di sana.

"Dokter sudah pernah lihat uang tunai 1 milyar itu berapa banyak? Mama-mama Papua di sini bisa jadi sudah pernah lihat loh Dok."

"Mereka kalau dapat uang dari perusahaan yang memakai tanah adat mereka itu bawa pulang uang dalam karung Dok."

"Dinding kayu di rumah mereka kalau dibuka itu isinya uang Dok."

"Saya lihat sendiri Dok, uang ditumpuk di ruang tengah rumah, berantakan digigiti tikus."

Masyarakat Papua tidak memahami nilai uang karena memang uang tidak banyak berguna di sana. Sebanyak apapun uang Anda miliki di sana tidak bisa digunakan untuk membeli barang yang dibutuhkan karena arus ketersediaan barang tidak pernah sampai terutama ke pelosok. Di sana, saya bahkan tidak bisa membeli air mineral gallon bermerk, bukan karena saya tidak ada uang tetapi karena barangnya  tidak didistribusi sampai ke sana.

Lemahnya infrastruktur membuat kebutuhan pokok pun sulit didapat. Akhirnya uang hanya dibiarkan begitu saja, paling banyak dibelanjakan untuk minuman keras yang memang banyak beredar di sana.

Jadi kalau ada yang menganggap bahwa gizi buruk terjadi di Papua karena Papua miskin, itu salah besar! Papua sangat kaya, seharusnya tidak ada masyarakat yang kekurangan makan di sana tetapi infrastruktur yang unsustainable dan tidak merata membuat warga Papua tidak bisa mendapatkan fasilitas yang menjadi hak asasi mereka, termasuk pendidikan dan kesehatan. Kondisi ini terjadi puluhan tahun sehingga sudah membentuk suatu budaya dan karakter masyarakat.

Budaya yang saya maksud adalah budaya korup

KPK silakan meluncur ke Papua, di sana bisa panen raya. Saya lihat sendiri sejawat senior saya yang awalnya adalah dokter yang idealis bahkan pernah menjadi dokter teladan tingkat nasional, setelah kembali ke Papua menjadi PNS kemudian pelan-pelan berubah haluan menjadi aparat yang korup karena dibawa arus. Setiap ada dana program yang cair, semua pihak mendapat jatah, suka tidak suka, mau tidak mau. Anda mungkin sudah tidak bisa membedakan lagi, mana uang yang menjadi hak Anda mana yang bukan.

Kasus rekening gendut Aiptu Labora Sitorus hanya satu contoh kecil budaya korup di Papua. Uang yang mereka dapatkan hanya beredar di kantong-kantong pejabat pemerintah, tidak pernah sampai pada masyarakat pelosok dan tidak pernah terwujud menjadi pembangunan yang berkualitas. RSUD Teluk Bintuni tanahnya luas, bentuk bangunannya mentereng, tetapi belum sampai setahun sudah ada tembok yang jebol dan plafon yang ambruk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun