Menghafalkan Al-Qur'an suatu perbuatan yang sangat mulia dan terpuji.Â
Sebab orang yang menghafalkan Al-Qur'an merupakan salah satu hamba yangÂ
ahlullah di muka bumi. Itulah sebabnya, tidak mudah dalam menghafalkan Al-Qur'an. Selain itu banyak santri menganggap bahwa lembaga penghafal Al-Quran adalah tempat kegiatan yang sangat menyenangkan, mereka bisaÂ
berinteraksi satu sama lain. Rumah Tahfidz dapat meningkatkan jiwa sosial danÂ
kesadaran akan sesama. lembaga penghafal Al-Quran secara keseluruhan adalahÂ
media interaksi antara santri dan guru untuk meningkatkan kemampuan integensi,Â
skill dan rasa kasih sayang diantara mereka. Tetapi sekarang kegiatan menghafalÂ
Al-Quran berhenti dengan tiba-tiba karena gangguan Covid-19.
Kesamaan situasi Indonesia dengan negara-negara lain di belahan duniaÂ
mesti segera diatasi dengan seksama. Dalam keadaan normal saja banyakÂ
ketimpangan yang terjadi antardaerah. Kementerian Pendidikan di bawahÂ
kepemimpinan Menteri Nadiem Makarim, mendengungkan semangatÂ
peningkatan produktivitas bagi penuntut ilmu untuk mengangkat peluang kerjaÂ
ketika menjadi lulusan sebuah sekolah. Namun dengan hadirnya wabah Covid-19Â
yang sangat mendadak, maka dunia pendidikan Indonesia perlu mengikuti alurÂ
yang sekiranya dapat menolong kondisi sekolah dalam keadaan darurat. SekolahÂ
perlu memaksakan diri menggunakan media daring. Namun penggunaanÂ
teknologi bukan tidak ada masalah, banyak varians masalah yang menghambatÂ
terlaksananya efektivitas pembelajaran dengan metode daring diantaranya adalah:
1. Keterbatasan Penguasaan Teknologi Informasi oleh Guru dan Santri
Kondisi guru di Deli Serdang tidak seluruhnya paham penggunaan teknologi, ini bisaÂ
dilihat dari guru-guru yang lahir tahun sebelum 1980-an. Kendala teknologiÂ
informasi membatasi mereka dalam menggunakan media daring. Begitu juga denganÂ
santri yang kondisinya hampir sama dengan guru-guru yang dimaksud denganÂ
pemahaman penggunaan teknologi.
2. Sarana dan Prasarana yang Kurang Memadai
Perangkat pendukung teknologi jelas mahal. Banyak di daerah Deli Serdang yangÂ
guru pun masih dalam kondisi ekonominya yang menghawatirkan. KesejahteraanÂ
guru maupun santri yang membatasi mereka dari serba terbatas dalam menikmatiÂ
sarana dan prasarana teknologi informasi yang sangat diperlukan dengan musibah Covid-19 ini.
3. Akses Internet yang terbatas
Jaringan internet yang benar-benar masih belum merata di pelosok negeri. TidakÂ
semua lembaga pendidikan baik pendidikan Tahfidz maupun non Tahfidz dapatÂ
menikmati internet. Jika ada pun jaringan internet kondisinya masih belum mampuÂ
mengkover media daring.
4. Kurang siapnya penyediaan Anggaran
Biaya juga sesuatu yang menghambat karena, aspek kesejahteraan guru dan santriÂ
masih jauh dari harapan. Ketika mereka menggunakan kuota internet untukÂ
memenuhi kebutuhan media daring, maka jelas mereka tidak sanggup membayarnya.Â
Ada dilema dalam pemanfaatan media daring, ketika menteri pendidikanÂ
memberikan semangat produktivitas harus melaju, namun disisi lain kecakapan danÂ
kemampuan finansial guru dan siswa belum melaju ke arah yang sama. Negara punÂ
belum hadir secara menyeluruh dalam memfasilitasi kebutuhan biaya yangÂ
dimaksud.
SANDI KUSWARA
DR. WIRMAN TOBING MA
KKNDR 111
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H