Pada tahun 1904, Letkol Belanda yaitu Ernst Van Daalen bersama pasukannya menyerang Tanah Gayo dan daerah di sekitar Danau Toba dengan tujuan mematahkan perlawanan batak yang dipimpin oleh Sisingamangaraja XII. Perlawanan pun berlanjut di daerah Pak-Pak yang dipimpin oleh Kapten Hans Christoffel.
Perlawanan Sisingamangaraja XII bersama pasukannya disebabkan karena mereka khawatir akan tradisi batak yang dilakukan secara turun temurun yaitu parmalim menjadi punah karena adanya penyebaran agama kristen yang dilakukan oleh misionaris Belanda.
Pada tahun 1877, beliau melakukan upaya untuk mengusir organisasi penyebaran agama Kristen dimana rakyat batak dipaksa untuk menganut agama Kristen.
Mulai dari situ terjadilah perang antara rakyat batak dan Belanda yang disebut "Perang Batak".
Akhir Hidup Sisingamangaraja XII
Pada tahun 1907, Sisingamangaraja XII tewas dalam peperangan bersama putrinya yaitu Lopian dan kedua putranya yaitu Patuan Nagari dan Patuan Anggi.
Beliau tewas karena disergap oleh pasukan Belanda Korps Marsose. Namun, beliau melakukan perlawanan dengan senjata Piso gaja Dompak.
Tuhan berkehendak lain, salah satu pasukan Belanda yaitu Kopral Souhoka menembak beliau tepat mendarat di kepala dan itu lah yang membuat beliau tewas.
Beliau dikebumikan di Makam Pahlawan Nasional di Soposurung, Balige pada tanggal 14 Juni 1953.
Karena perjuangan beliau demi menjaga kelestarian tradisi suku di Indonesia, beliau dikukuhkan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional dan juga nama beliau diabadikan sebagai nama jalan yang ada di Indonesia hingga saat ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H