Mohon tunggu...
Widodo Judarwanto
Widodo Judarwanto Mohon Tunggu... Dokter - Penulis Kesehatan

Dr Widodo Judarwanto, pediatrician. Telemedicine 085-77777-2765. Focus Of Interest : Asma, Alergi, Anak Mudah Sakit, Kesulitan Makan, Gangguan Makan, Gangguan Berat Badan, Gangguan Belajar, Gangguan Bicara, Gangguan Konsentrasi, Gangguan Emosi, Hiperaktif, Autisme, ADHD dan gangguan perilaku lainnya yang berkaitan dengan alergi makanan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jepang Lebih Maju dari Indonesia, Karena Pemimpinnya?

23 Oktober 2024   13:19 Diperbarui: 23 Oktober 2024   13:30 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hasil PISA tahun 2018: Hasil Pisa abnak Jepang: Membaca: Skor 504 (di atas rata-rata OECD), Matematika: Skor 527 (sangat di atas rata-rata OECD), Sains: Skor 529 (sangat di atas rata-rata OECD), Sementara hasil PISA anak Indonesia: Membaca: Skor 371 (di bawah rata-rata OECD), Matematika: Skor 379 (di bawah rata-rata OECD) dan Sains: Skor 396 (di bawah rata-rata OECD)

Jepang berada di posisi yang sangat baik dalam ketiga kategori, berada jauh di atas rata-rata OECD, menunjukkan bahwa siswa Jepang memiliki kemampuan berpikir kritis dan analisis yang lebih baik.

 Indonesia menempati posisi yang cukup rendah dalam ketiga kategori, yang menandakan bahwa siswa Indonesia masih menghadapi tantangan dalam hal pemahaman bacaan, pemecahan masalah matematika, dan pemahaman konsep sains.

Berdasarkan skor PISA 2018, keterampilan membaca siswa di Jepang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa siswa di Jepang umumnya lebih mampu memahami, menganalisis, dan menginterpretasikan informasi teks yang kompleks. 

Di sisi lain, siswa di Indonesia menunjukkan kesulitan dalam memahami teks yang lebih rumit, terutama dalam menarik kesimpulan dan memahami makna tersirat.

Keterampilan membaca yang rendah di Indonesia terkait dengan keterbatasan akses terhadap buku berkualitas, kurangnya waktu membaca di luar sekolah, serta lingkungan rumah yang kurang mendukung budaya literasi. 

Sementara di Jepang, kegiatan membaca didukung penuh oleh kurikulum, perpustakaan sekolah yang lengkap, dan lingkungan keluarga yang mendorong literasi.

Di Jepang, budaya literasi sangat kuat. Anak-anak sudah diajarkan untuk membaca sejak dini, dan perpustakaan di sekolah maupun umum tersedia dengan baik. Orang tua di Jepang juga biasanya mengajak anak-anak mereka membaca sejak usia dini, yang mengembangkan kebiasaan membaca sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. Menurut data UNESCO, tingkat literasi orang dewasa di Jepang mendekati 100%.

 Berdasarkan laporan UNESCO dan survei dari beberapa lembaga, minat baca di Indonesia masih tergolong rendah. Data dari UNESCO menyebutkan bahwa tingkat minat baca masyarakat Indonesia adalah sekitar 0.001, yang berarti setiap satu orang Indonesia rata-rata hanya membaca satu buku dalam setahun.

 Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat baca di Indonesia antara lain adalah keterbatasan akses buku yang berkualitas, budaya literasi yang kurang mengakar, serta tantangan sosial-ekonomi.

Perbandingan Infrastruktur Literasi sangat berperanan yang membuat Indonesia kalah jauh   dengan Jepang. Jepang memiliki banyak perpustakaan umum dan sekolah dengan koleksi buku yang kaya, sementara di Indonesia, terutama di daerah pedesaan, akses terhadap perpustakaan dan buku yang berkualitas masih terbatas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun