Mohon tunggu...
Widodo Judarwanto
Widodo Judarwanto Mohon Tunggu... Dokter - Penulis Kesehatan

Dr Widodo Judarwanto, pediatrician. Telemedicine 085-77777-2765. Focus Of Interest : Asma, Alergi, Anak Mudah Sakit, Kesulitan Makan, Gangguan Makan, Gangguan Berat Badan, Gangguan Belajar, Gangguan Bicara, Gangguan Konsentrasi, Gangguan Emosi, Hiperaktif, Autisme, ADHD dan gangguan perilaku lainnya yang berkaitan dengan alergi makanan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Dampak Abu Vulkanik bagi Kesehatan dan Pencegahannya

3 Mei 2024   10:43 Diperbarui: 4 Mei 2024   15:23 655
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masker udara tipe N95 bisa menjadi pilihan terbaik untuk melindungi diri dari partikel abu vulkanik gunung Anak Krakakatau. Masker jenis ini dapat menyaring hingga 95 persen partikel berbahaya yang cenderung tinggal lebih lama di udara dan lebih mungkin terhirup.

Meski demikian, terdapat kewaspadaan yang harus diperhatikan. Sebab, penggunaan masker N95 yang terlalu lama bisa menyebabkan sesak napas karena akan memperketat daerah pernapasan. Harga untuk masker ini dengan merek tertentu berkisar antara Rp. 25.000-40.000 yang dijual di toko online maupun apotek terdekat.

Perlindungan mata

Di lingkungan dengan abu halus, kenakan kacamata pelindung atau kacamata korektif sebagai pengganti lensa kontak untuk melindungi mata dari iritasi.

Air minum

Setelah hujan abu ringan biasanya aman untuk meminum air yang terkontaminasi abu, namun lebih baik menyaring partikel abu sebelum diminum.

Namun, abu meningkatkan kebutuhan klorin dalam air yang dikumpulkan dari permukaan yang telah didesinfeksi sehingga secara mikrobiologis tidak aman untuk diminum. Abu biasanya membuat air minum menjadi tidak enak (asam, metalik, atau pahit) sebelum menimbulkan risiko kesehatan.

Cara teraman untuk memastikan kesediaan air adalah dengan menimbun air sebelum acara. Kumpulkan air minum secukupnya setidaknya selama seminggu (hingga satu galon, atau 3-4 liter, per orang per hari). Jika Anda mengandalkan pengumpulan air hujan, tutupi tangki dan putuskan sambungan pipa bawah sebelum terjadi hujan abu.

Makanan yang ditanam di rumah

Sayuran tertutup abu yang ditanam di ladang aman dikonsumsi setelah dicuci dengan air bersih.

Membersihkan

Siram sedikit endapan abu sebelum dibuang dengan menyekop, berhati-hatilah agar tidak terlalu membasahi endapan abu di atap, sehingga menyebabkan beban berlebih dan bahaya keruntuhan. Menyikat kering dapat menghasilkan tingkat paparan yang sangat tinggi dan harus dihindari. Penyemprotan menggunakan air dalam jumlah besar dan dapat menyebabkan kekurangan air di daerah berpenduduk padat.

Tindakan pencegahan untuk anak-anak

Anak-anak menghadapi bahaya yang sama dari suspensi abu seperti kelompok umur lainnya, namun paparan mereka mungkin meningkat karena mereka secara fisik lebih kecil dan kecil kemungkinannya untuk melakukan tindakan pencegahan yang masuk akal dan bijaksana untuk menghindari paparan abu yang tidak perlu.,Meskipun bukti menunjukkan bahwa menelan abu dalam jumlah kecil tidak berbahaya, kami menyarankan Anda melakukan tindakan pencegahan berikut:

  • Tempatkan anak-anak di dalam ruangan jika memungkinkan. Anak-anak harus dinasihati untuk tidak bermain atau berlari berat ketika abu beterbangan, karena aktivitas fisik menyebabkan pernapasan menjadi lebih berat, sehingga menarik partikel-partikel kecil lebih dalam ke paru-paru.
  • Masyarakat di daerah yang terkena hujan abu lebat mungkin ingin menyelenggarakan program penitipan anak untuk membebaskan orang tua melakukan tugas pembersihan.
  • Jika anak-anak harus berada di luar ruangan ketika ada abu di udara, mereka harus memakai masker.
  • Namun, banyak masker yang didesain untuk orang dewasa, bukan anak-anak. Berhati-hatilah untuk mencegah anak-anak bermain di area yang abunya berada jauh di dalam tanah atau menumpuk.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun