Mohon tunggu...
Widodo Judarwanto
Widodo Judarwanto Mohon Tunggu... Dokter - Penulis Kesehatan

Dr Widodo Judarwanto, pediatrician. Telemedicine 085-77777-2765. Focus Of Interest : Asma, Alergi, Anak Mudah Sakit, Kesulitan Makan, Gangguan Makan, Gangguan Berat Badan, Gangguan Belajar, Gangguan Bicara, Gangguan Konsentrasi, Gangguan Emosi, Hiperaktif, Autisme, ADHD dan gangguan perilaku lainnya yang berkaitan dengan alergi makanan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Lama Menyusui 2 Tahun, Fakta Ilmiah Baru Terungkap Telah Tertulis Dalam Quran

18 April 2024   16:29 Diperbarui: 19 April 2024   11:34 509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ibu menyusui. Sumber: Olena Kondrashova via KOMPAS.com

Meskipun kadar seng dan kalium tampak berkurang pada tahun kedua kehidupan, kandungan protein total, serta kadar laktoferin, lisozim, dan imunoglobulin A (IgA) tampak meningkat. Panduan baru ini sejalan dengan rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), American Academy of Family Physicians, Canadian Pediatric Society dan Ikatan Dokter Anak Indonesia

Menyusui adalah salah satu cara paling efektif untuk menjamin kesehatan dan kelangsungan hidup anak. ASI merupakan makanan ideal untuk bayi. Aman, bersih, dan mengandung antibodi yang membantu melindungi terhadap banyak penyakit umum pada masa kanak-kanak. 

ASI menyediakan semua energi dan nutrisi yang dibutuhkan bayi pada bulan-bulan pertama kehidupannya, dan ASI terus menyediakan hingga setengah atau lebih dari kebutuhan nutrisi anak pada paruh kedua tahun pertama, dan hingga sepertiga pada paruh kedua tahun kedua. tahun kehidupan.

ASI menyediakan nutrisi penting yang mendukung pertumbuhan bayi, yang meliputi energi, protein, nitrogen non-protein, laktosa, dan lemak. ASI juga terdiri dari berbagai biomolekul antimikroba, antiinflamasi, dan imunoregulasi serta sel hidup yang mendukung perkembangan sistem kekebalan bayi.

Menyusui juga terbukti mengurangi risiko infeksi saluran pernapasan bawah, diare parah, otitis media, asma, eksim, penyakit Crohn, kolitis ulserativa, diabetes tipe 1 dan tipe 2, leukemia, dan obesitas pada bayi. 

Selain itu, penurunan risiko sindrom kematian bayi mendadak (SIDS) sebesar 40%, 60%, dan 64% telah dilaporkan terjadi pada bayi yang diberi ASI yang masing-masing berusia antara dua hingga empat bulan, empat hingga enam bulan, dan di atas enam bulan.

Selain manfaat yang diberikan kepada bayi yang disusui, ada beberapa keuntungan yang juga ditawarkan oleh pemberian ASI lebih dari enam bulan kepada ibu. Misalnya, beberapa penelitian menemukan bahwa menyusui dalam jangka waktu lama hingga tiga tahun dapat meningkatkan keterikatan ibu dalam hal kemampuan ibu membaca isyarat bayi, serta respons ibu terhadap bayinya.

Beberapa penelitian juga menemukan bahwa menyusui lebih dari 12 bulan dapat menurunkan risiko penyakit diabetes melitus, hipertensi, kanker payudara, dan kanker ovarium pada ibu sekitar 30%, 10%, 10-30%, dan hingga 37%. masing-masing. Penurunan risiko kanker endometrium dan tiroid juga dilaporkan terjadi pada ibu menyusui masing-masing sebesar 11% dan 9%.

Data penelitian terkini menunjukkan bahwa pada anak yang diberi ASI, gangguan akut dan kronis pada anak seperti berikut ini lebih jarang terjadi: otitis media, penyakit diare akut, penyakit pernafasan bagian bawah, sindrom kematian bayi mendadak, penyakit radang usus, leukemia pada masa kanak-kanak, diabetes melitus, obesitas, asma dan dermatitis atopik. 

Anak-anak yang mendapat ASI memiliki kinerja lebih baik dalam tes kecerdasan, kecil kemungkinannya mengalami kelebihan berat badan atau obesitas, dan kecil kemungkinannya terkena diabetes di kemudian hari. Wanita yang menyusui juga memiliki penurunan risiko kanker payudara dan ovarium.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun