Para peneliti menyelidiki ekspresi gen terkait entri SARS-CoV-2, ACE2 dan TMPRSS2, dalam kumpulan data pengurutan RNA sel tunggal dari jaringan yang berbeda dalam tubuh manusia.Â
Sel goblet dan sel bersilia di mukosa hidung mungkin merupakan tempat awal infeksi SARS-CoV-2, yang mengimplikasikan penularan SARS-CoV-2 primer adalah melalui tetesan infeksi. Selanjutnya, SARS-CoV-2 terdeteksi pada air mata pasien COVID-19 dan dapat menyebabkan infeksi hidung melalui duktus nasolakrimal. Oleh karena itu, temuan ini dapat menjelaskan sifat COVID-19 yang sangat menular dan sangat patogen.
Anosmia adalah hilangnya kemampuan seseorang untuk mencium bau. Kondisi ini juga dapat menghilangkan kemampuan penderitanya untuk merasakan makanan.
Kehilangan kemampuan indera penciuman atau anosmia dapat mempengaruhi ketidaknyamanan  hidup seseorang. Selain tidak bisa mencium bebauan dan merasakan makanan, kondisi ini dapat memicu hilangnya nafsu makan, penurunan berat badan, malnutrisi, hingga depresi.
Nama ilmiah dari proses tersebut adalah penciuman retro, di mana bau akan mengalir dari bagian belakang mulut melalui faring ke dalam rongga hidung.
Anosmia didefinisikan sebagai tidak adanya semua disfungsi sistem olfatoria (penciuman), yang dapat disebabkan oleh berbagai penyebab,khsususnya infeksi saluran pernapasan sebagai penyebab yang tersering.Â
Di antara berbagai patogen, yang paling umum adalah virus, salah satunya coronavirus. Coronavirus 229E, varian flu biasa, telah terbukti menyebabkan hiposmia pada manusia.Â
Anosmia yang disebabkan oleh SARS-CoV telah dilaporkan selama epidemi SARS. Namun, kejadian anosmia yang disebabkan oleh SARS-CoV-2 mungkin jauh lebih tinggi dibandingkan dengan SARS-CoV. OD pasca infeksi diperkirakan disebabkan oleh kerusakan epitel olfaktorius atau jalur pemrosesan olfaktorius sentralÂ
Anosmia, Flu dan Covid19
Sebuah penelitian di Italia menemukan 64 persen dari 202 pasien dengan gejala ringan tercatat mengalami gangguan penciuman. Studi lain di Iran mendapati, 59 dari 60 pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit mengalami gangguan dan distorsi indra penciuman. Hal ini sering dilaporkan pada kasus ringan atau bahkan tanpa gejala. Tidak hanya pasien yang memiliki gejala, anosmia juga terjadi ada mereka yang asimptomatik atau tidak bergejala.