Mohon tunggu...
Widodo Judarwanto
Widodo Judarwanto Mohon Tunggu... Dokter - Penulis Kesehatan

Dr Widodo Judarwanto, pediatrician. Telemedicine 085-77777-2765. Focus Of Interest : Asma, Alergi, Anak Mudah Sakit, Kesulitan Makan, Gangguan Makan, Gangguan Berat Badan, Gangguan Belajar, Gangguan Bicara, Gangguan Konsentrasi, Gangguan Emosi, Hiperaktif, Autisme, ADHD dan gangguan perilaku lainnya yang berkaitan dengan alergi makanan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Masyarakat Tidak Disiplin, Inggris Lockdown, Jangan Salahkan Rakyat?

27 Juli 2020   11:30 Diperbarui: 27 Juli 2020   11:54 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Perbedaan kebijakan DKI Jakarta yang melakukan PSBB transisi saat kasus menurun dan penghentian PSBB di Surabaya saat kasus masih tinggi bisa jadi bahan diskusi dan evaluasi penanganan wabah. Karena, saat itu terjadi kasus di Surabaya langsung melonjak tinggi hingga disebut daerah merah kehitaman.

Hal penting lainnya ketika istilah New normal yang pernah diucapkan pejabat padahal kondisi epidemiologis Indonesia belum waktunya, Bahkan hingga sampai saat inipun masih terus diterikakan oleh media dan banyak orang. Hal ini yang membuat masyarakat lebih meremehkan wabah yang semakin meningkat ini dan dianggap sudah berlalu. Bila pikiran salah itu terus melekat erat pada sebagian masyarakat, maka bisa saja hal ini adalah salah satu penyebab utama ketidakdisplinan masyarakat.

Memang tidak mudah untuk dapat mengharapkan masyarakat untuk disiplin secara penuh untuk mentaati social distancing saat dalam kerumunan yang padat. Apalagi bila tidak dilakukan aturan karantina, isolasi atau pembatasan ketat kerumunan masa saat kasus wabah semakin meningkat. 

Saat tidak dilakukan karantina atau pembatasan maka wajar masyakat dimanapun di dunia akan eforia karena sebelumnya sempat terkurung lama di rumah. Saat mall dibuka, tempat pariwisata dibuka , tranportasi dibuka, bandara dibuka maka langsung terjadi kerumunan masyarakat yang banyak dan padat, Dalam kondisi seperti ini sulit melakukan social distancing. Akhirnya , masyarakat yang disalahkan.

Selama ini ketidak disiplinan masyarakat Indonesia selalu dianggap biangnya wabah covid19 yang semakin menigkat berkepanjangan di negeri ini. Saat CFD di jakarta, bandara dibuka, dan pariwisata dibuka maka rakyatpun berbondong bondong keluar memadati tempat umum tersebut. Ternyata di negera maju seperti Inggris, Perancis bahkan Amerika juga seperti itu. Di Perancis saat transportasi udara dibuka bandara langsung dipadati masyarakat Perancis. 

Di Inggris saat tidak ada aturan karantina tempat tempat keramaian mulai penuh. Begitu juga di Amerika dan beberapa negara Eropa saat pariwisata dibuka pantai dipenuhi oleh masyarakat yang bergerombol karena tidak bisa menampung jumlah pengunjung. Cara penanganan masalah tersebut sebenarnya tidak rumit. Saat kasus di Jakarta CFD dihentikan atau di Inggris dilakukan lockdown maka kepadatan masyarakat itu akan  berkurang drastis.

Dalam keadaan seperti itu sebaiknya pemerintah, media atau masyarakat sendiri tidak harus langsung menyalahkan disiplin masyarakat. Di manapun tempat di dunia saat tempat keramaian dibuka tanpa aturan pembatasan jumlah pengunjung akan susah mengatur social distancing. Bahkan di tempat negara dengan masyarakat yang terkenal disiplin. Maka pengalaman di Inggris, Perancis dan Amerika jadi inspirasi pemerintah dan masyarakat. 

Saat kasus meningkat, bukan menyalahkan masyarakat tetapi harus segera lakukan karantina, PSBB. Lock Down atau apapun namanya untuk meminimalkan kontak antar masyarakat. Bila tidak bisa melakuan lockdown atau karantina paling tidak lakukan PSBB atau pembatasan ketat jumlah pengunjung di tempat keramaian. Bukan hanya sekedar menyalahkan ketidakdisiplnan masyarakat. 

Wabah Covid19 ini memang bukan hal yang mudah karena baru pertama kali sejak 100 tahun dunia mengalaminya lagi. Pengalaman baik dan pengalaman buruk negara lain yang terlebih dahulu sukses dan gagal  dalam menangani kasus harus dijadikan pertimbangan utama pembuat kebijakan pemerintah. Mengapa negara tertentu bisa menangani wabah hanya 2 bulan dan mengapa negara lain 6 bulan kasusnya  semakin meningkat. 

Perdebatan itu pada akhirnya akan terjadi dengan berujung pada perdebatan antara kepentingan ekonomi atau kepentingan kesehatan manakah yang lebih penting. Penentuan prioritas dua masalah itu selalu dipakai jadi bahan perdebatan untuk melakukan pembenaran atau alat untuk menyalahkan kebijakan dan kegagalan penanganan wabah. Sehingga pemimpin dan masyarakat harus terus bersatu bukan dengan saling menyalahkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun