Otak politik ternyata membius manusia. Nalar politik terbukti mematikan sensoris  rasa perikemanusiaan dan sensoris rasa moralitas manusia. Rasio politik ternyata membuat otak dipaksa mengatakan yang haram jadi halal. Pola pikir politik membuat kemunafikan sikap dan ucap. Pengaruh politik membuat nyawa dua anak manusia Indonesia yang kurang beruntung meninggal sia sia dianggap hal biasa. Keberpihakan politik memaksa sikap manusia untuk membuat yang miskin semakin terpuruk dan dianggap bukan manusia.
Akankah panitia pembagian "Sembako Politik" yang ceroboh hingga mengorbankan nyawa anak Indonesia yang sedang "kelaparan sembako" itu terus bersembunyi di ketiak penguasa ? Panitia yang seharusnya bertanggung jawab, kesalahanpun difitnahkan pada Wagub Sandiaga Uno? Apakah nyawa dua anak miskin dan tidak punya itu demikian tidak berharga di mata mereka ? Ketika virus politik mencemari manusia maka otak dan akal sehatpun berstandar ganda. Ketika nalar politik memanipulasi keberpipakan akal sehatpun terjadi.Â
Saat berbeda idola maka kesalahan kecilpun menjadi besar. Mata dan telinga terbuka lebar, mulut berteriak kencang menyeramkan dan Indonesiapun terguncang. Ketika sepaham politik, maka mata, telinga dan otakpun tertutup rapat. Para pejuang keadilan dan pejuang demokrasi itupun mendadak tiarap. Kesalahan besar jadi samar dan Indonesiapun mendadak senyap. Ibu Berkaos Politik Heboh, Anak Tewas Bersembako Politik Senyap.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H