Melihat fakta sejarah, kondisi di Filipina atau Cina dan informasi intelejen TNI  tentang kebangkitan PKI amatlah wajar bila sebagian rakyat khususnya  umat muslim dan TNI yang paling gerah. Mengapa saat ini hanya umat  muslim dan TNI yang selalu waspada dan kawatir akan kebangkitan PKI. Karena  umat muslim dan TNI adalah kelompok yang selama ini menjadi musuh utama  komunis dan pihak yang melawan dan bisa menghentikan aksi komunis.  Sebaliknya juga disadari bahwa kelompok rakyat yang lain selalu mengejek  dan menertawai aksi umat Islam dan TNI yang selalu konsisten melawan  komunis. Karena mereka dan keluarga mereka tidak mengalami sendiri  trauma kekejaman PKI. Kelompok rakyat yang lain itu juga selama ini  selalu sinis dan antipati terhadap aksi umat muslim akibat adanya reaksi  yang mendzalimi umat Muslim.  Sejarah tampaknya terus berulang dan  berulang lagi. Ketika dahulu umat muslim, ulama dan TNI adalah garda  terdepan menghancurkan PKI sekarang berulang kembali. Panglima Jenderal  Gayot Nurmantyo yang dengan tegas mengintrusikan pemutaran film  penghianatan G30S PKI meski dihambat dan dilarang pihak tertentu  akhirnya nobar film terjadi di seluruh pelosok nusantara. Bahkan  akhirnya Presiden Jokowipun "tunduk dan terpaksa" ikut nobar di Bogor.  Peristiwa unik mengingatkan ketika aksi 212 ditentang dan dilarang keras  oleh Menko Polkam,  Kapolri dan jajarannya tetapi saat keinginan umat  Islam tidak terbendung akhirnya Jokowipun ikut juga shalat bersama dalam  aksi 212.
Memang PKI sudah tamat, tetapi KGB dan Neo komunis dan pendukung  komunis terus berusaha bangkit. Jangan salahkan umat muslim dan TNI yang  waspada dan percaya data intelejen TNI bahwa terjadi kebangkitan PKI.  Tetapi tampaknya juga tidak bisa disalahkan ketika terdapat elit negeri  ini dan sebagian rakyat yang selalu menertawai dan mengejek bahwa PKI  sudah mati. Karena mereka tidak mengetahui sejarah dan mengalami sendiri  keluarganya menjadi aksi kekejaman PKI. Bagi kelompok rakyat yang  percaya bahwa PKI sudah mati sebaiknya tidak perlu nyinyir dan ikut  mementang aksi umat dan TNI dalam mewaspadai dan melawan aksi  kebangkitan KGB. Saat umat Islam dan TNI melakukan aksi menolak KGB,  kelompok rakyat yang lain tidak perlu ikut gerah karena tidak merugikan  mereka. Kelompok rakyat yang lain dan elit politik selalu menuding umat  muslim dam TNI mempolitisasi isu PKI. Padahal sebagian besar umat muslim  dan TNI yang mewaspadai kebangkitan KGB adalah bukan pelaku politik.  Justru sebaliknya kelompok tertentu sangat gerah saat fenomena isu kebangkitan KGB dianggap sisi kelemahan  kelompok politik tertentu di mata rakyat.
Seringkali para elit negeri ini dan kelompok masyarakat tertentu  dengan sinis menyindir bahwa Indonesia tidak akan maju bila terus  menerus berkutat pada masalah PKI. Orang lain sudah berbicara terbang ke  bulan tetapi kita masih bicara PKI. Kelompok orang seperti ini biasanya  meremehkan tentang pentingnya sejarah bagi bangsa dan negara. Para orang bijak mengatakan bahwa sejarah adalah  sumber ilmu, sejarah adalah sumber kekuatan dan sejarah adalah sumber  kebijaksanaan. Dengan sejarah rakyat dan bangsa ini akan mengetahui  kehebatan dan kekurangan para pemimpin negeri ini. Hal yang negatif  dibuang jauh yang positif akan terus dilakukan. Anehnya saat ini ada  upaya untuk menutup nutupi sejarah kelam bangsa ini akibat ulah PKI.  Bahkan banyak tokoh yang dengan keras mengatakan kita tidak usah membuka  luka lama tentang PKI. Padahal negeri Jerman yang sudah maju dan  berbudayapum setiap tahun memperingati kekejaman Nazi tetapi negerinya  tetap damai dan tetap maju. Jadi tidak ada salahnya kalau tetap mengenang dan menarik pelajaran dari sejarah kelam PKI sambil membicarakan caranya bangsa ini bisa terbang ke bulan.  Peringatan setiap tahun tentang kekejaman PKI seharusnya tidak membuat masalah bila semua yang terlibat dengan peristiwa kekejaman PKI  legowo. Bukanlah semua keluarga korban kekejaman PKI sudah melakukan rekonsiliasi alamiah  dengan legowo memaafkan kekejaman PKI yang dilakukan pada keluarganya.  Tetapi mengapa masih ada pihak yang merasa tidak salah dan merasa paling  benar dan selalu ingin dimaafkan. Bila perilaku itu terus terjadi maka  pertentangan akan selalu membara lagi dan proses rekonsiliasi tidak  pernah terjadi meski harus diatur dalam undang undang sekalipun
Mungkin saja sebagian kecil kelompok rakyat yang menentang aksi umat  muslim dan TNI adalah justru kelompok PKI, KGB, atau pendukung neo  komunis. Seperti yang diucapkan Menhan Ryamizard bahwa pun mencurigai  pihak yang menganggap PKI tidak ada dan menduga mereka yang beranggapan  seperti itu adalah seorang komunis. "Jadi, kita patut curigai itu yang  bilang nggak ada (PKI), mungkin dia yang komunisme," ungkap Menhan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H