Kehebatan dan kebangkitan prestasi negara tetangga sangat dipengaruhi berbagai faktor, Pengamat olahraga dan atlet sebagian besar menyebut masalah di Indonesia terutama masalah dana. Pemerintah Indonesia harus menambah anggaran untuk membangun olah raga Indonesia.Â
Malaysia itu setiap tahun anggaran olahraga mencapai tiga triliun rupiah untuk program kayak Program Indonesia emas (Prima). Sementara di Indonesia, tiap tahun rata-rata hanya sekitar lima ratus miliar.
Masalah kelesuan ekonomi tidak bisa dijadikan alasan karena Indonesia mengalami hal yang sama dengan negara tetangga lainnya. Bukankah para penguasa di Indonesia sering mengklaim sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di dunia tetapi fakta di lapangan sangat jauh berbeda. Dukungan prasarana dan finansial para atlet sangat memprihatinkan.
Banyak atlet Indonesia mengeluh seperti atlet lifter angkat berat terkenal dari Indonesia mengeluh, Atlet dituntut berprestasi tinggi tetapi dukungan akomodasi dan uang saku para atlet sangat memprihatinkan.Â
Demikian juga banyak atlet lainnya. Atlet Indonesia cabang atletik, Eki Febri Ekawati mengeluhkan akomodasi yang belum cair. Ia mengaku sejak Januari belum mendapatkan akomodasi.Â
Hal itu diketahui usai akun instagram @badmintalk_com menyebarkan keluh kesah atlet putri nomor tolak peluru itu. "Saya atlet peraih emas SEA Games 2017. Uang Akomodasi (Makan, Penginapan,dll) belum juga dibayar dari bulan Januari-Agustus. Padahal SEA Games sudah hampir selesai. Gimana mau maju? Birokrasi dan sistem olahraga di Indonesia yang ribet! @ina_seagames2017 bilang min pemerintah juga harus introspeksi terkait penyebab knp indonesia tidak maksimal di sea games skrg!" tulisnya di akun @ekifebri yang diposting @badmintalk_com.Â
Kesaksian atlet senior lainnya adalah Jintar Simanjuntak, karateka senior yang kini kembali masuk pelatnas, tak segan untuk mengutarakan unek-uneknya di hadapan Menpora Imam Nahrawi yang datang mengunjungi lokasi latihan karate di Apartemen Belleza, Permata Hijau, Jakarta, Jumat (9/6).Â
Bukan hanya soal molornya uang saku dan honor yang dialaminya selama dua bulan terakhir, tapi ternyata masih sederet persoalan yang harus dihadapi para atlet selama menjalani pemusatan latihan khususnya masalah akomodasi dan prasarana latihan.Â
Curhatan para atlet Nasional yang manusiawi itu dipandang buruk oleh beberapa kelompok masyarakat. Sebagian netizen bahkan ada yang sinis, menyindir bahkan mengumpat, para atlet sekarang tidak menjunjung tinggi aku Indonesia, sehingga nasionalismenya luntur terpengaruh materi.
Memang idealnya Nasionalisme dengan lambang merah putih atau Garuda di dada adalah motivasi terbesar untuk perjuangan membela bangsa dalam berolahraga. Tetapi atlet adalah juga manusia. Manusia yang normal di dunia modern ini pasti dituntut kebutuhan ekonomi dan kebutuhan hidup lainnya.Â
Apalagi bagi atlet yang mengorbankan waktunya sebagai seorang pedagang atau karayawan pasti akan terasa kehidupan ekonominya saat diputus dengan dunia luar harus berlatih sepanjang waktu di pelatnas.Â