Mohon tunggu...
Widodo Judarwanto
Widodo Judarwanto Mohon Tunggu... Dokter - Penulis Kesehatan

Dr Widodo Judarwanto, pediatrician. Telemedicine 085-77777-2765. Focus Of Interest : Asma, Alergi, Anak Mudah Sakit, Kesulitan Makan, Gangguan Makan, Gangguan Berat Badan, Gangguan Belajar, Gangguan Bicara, Gangguan Konsentrasi, Gangguan Emosi, Hiperaktif, Autisme, ADHD dan gangguan perilaku lainnya yang berkaitan dengan alergi makanan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Ketika TVOne dan Tokoh Nasional Berkampanye "Rokok Sehat dan Berbudaya"

18 Juli 2012   00:16 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:51 2617
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

TVOne dan beberapa tokoh Nasional tanpa disadari melakukan kampanye hitam tentang "Merokok Itu Sehat dan Berbudaya". Hal ini terjadi ketika acara berkualitas seperti Indonesia Lawyer Club (ILC) pada hari Selasa (10/7/2012) mengetengahkan acara diskusi RUU tembakau. Seharusnya acara tersebut didominasi diskusi tentang aspek hukum RUU Pengendalian Tembakau. Tetapi sayangnya Karni Ilyas sang empunya acara JLC yang biasanya cerdas kali ini tidak berdaya mempertahankan substansi pembicaraan ke ranah aspek hukum dan aspek sosial. Justru host hebat ILC itu ikut terseret debat kusir tidak berkualitas tentang aspek medis dampak kesehatan rokok pada manusia. Meski yang hadir adalah tokoh nasional tetapi debat masalah kesehatan tentang bahaya rokok menjadi sangat tidak bermutu bahkan menjadi informasi sangat menyesatkan. Para tokoh yang bicara bukan yang berkompeten dalam bidang kesehatan tetapi beropini aspek medis yang bertentangan dengan fakta ilmiah kesehatan. Bila masyarakat tidak cerdas dalam menangkap substansi acara itu akan timbul kesan bahwa TVOne dan Tokoh Nasional berkampanye hitam "Merokok Itu Sehat dan Berbudaya".

Ketika menonton acara ILC tersebut, seorang remaja yang pernah dimarahi ibu saat ketahuan merokok, langsung melonjak kegirangan seperti mendapat durian runtuh. Dengan antusias dia menyindir Ibunya.” Ma coba dengar fakta kebenaran para tokoh nasional itu!” Tokoh hebat seperti Reny Jayusman artis senior, Henry Yosodiningrat, ahli hukum mantan ketua BNN, Ridwan Saidi mantan anggota DPR dan budayawan Betawi, Arswendo Atmowiloto tokoh wartawan dan beberapa anggota DPR bak seorang ahli kesehatan mengatakan bahwa merokok itu tidak jahat, sehat, aman, berbudaya. Bahkan beberapa tokoh tersebut meremehkan para ahli kesehatan yang hadir dengan mengatakan bahwa dokter tidak tahu apa-apa tentang kesehtaan, buktinya saya sudah masih sehat meski saya tidak merokok. Mendapat asupan informasi tersebut si anak remaja tersebut langsung bertepuk tangan sambil menyindir ortangtuanya yang selalu menasehati bahwa merokok itu berbahaya, tidak berbudaya dan berdampak kanker Si orangtua hanya bisa mengeleng-geleng saja saat melihat acara JLC tersebut. Bukan itu saja, ternyata sebagian besar peserta yang nota bene orang berpendidikan dan berkedudukan tersebut selalu bertepuk tangan bergemuruh seperti anak remaja, setiap para tokoh itu mengucapkan opini kontroversial tentang aspek medis rokok. Yang lebih miris lagi saat wakil menkes, dan para tokoh dokter mengungkapkan fakta kebenaran ilmiah tentang dampak buruk rokok, langsung ditimpali dengan teriakan huuuuu.., celutukan tidak sopan dan nada mencemooh lainnya.

RUU PDPTK

RUU Pengendalian Dampak Produk Tembakau Terhadap Kesehatan (RUU PDPTK) yang telah diajukan oleh pemerintah untuk disetujui DPR periode 2004-2009 belum juga disahkan dan terus bergulir menjadi kontroversi. Hal ini karena mendapat intervensi dan tekanan dari berbagai pihak. Dari pihak pro rokok khususnya dari asosiasi petani tembakau Indonesia mengatakan bahwa pemerintah sangat menekan kepentingan petani rokok sedangkan para penggiat anti rokok mengatakan bahwa aturan tersebut sangat ringan dan tidak ada apa-apanya bila pemerintah berkeinginan menekan bahaya dampak buruk rokok bagi bangsa ini. Sebenarnya substansi utama RUU ini sering disalah artikan secara paranoid bahwa akan membunuh kepentingan para petani tembakau. Misi utama RUU tersebut yang harus disosialisasikan adalah meminimalkan dampak buruk rokok bagi masyarakat yang sehat dan yang bukan perokok khususnya anak, remaja, ibu hamil dan orang sehat lainnya.

Dua pihak pihak saling berkontroversi tersebut diikuti pro kontra masyarakat lainnya. Pro Rokok pasti diikuti oleh orang yang terancam kenikmatan dan kehidupan ekonominya. Sedangkan kelompok Anti Rokok bukan demi kepentingan individu tetapi demi kepentingan dan kepedulian kesehatan orang lain khususnya orang bukan perokok yang terancam bahaya dampak rokok khsusnya anak, ibu hamil dan orang sehat lainnya. Beda pendapat tersebut tidak akan pernah berujung. Masing-masing mengemukakan argumentasi yang berbeda dan berseberangan. Para perokok dan produsen rokok sebagai pihak yang pro rokok karena terdesak kenikmatan dan kehidupan ekonominya melakukan segala cara untuk mempertahankan diri. Karakteristik umum pihak ini selalu paranoid, melakukan analogi yang tidak rasional, tidak ilmiah dan cenderung menyalahkan fakta ilmiah yang telah dilakukan oleh para ahli kesehatan dunia di bidangnya. Sehingga demi kenikmatan pribadi dan kehidupan ekonominya terancam mereka cenderung melakukan pembelaan diri dengan melakukan kampanye hitam “Merokok itu Sehat dan berbudaya” yang justru akan menjeremuskan masyarakat ke dalam dampak buruk yang lebih besar.

Opini Menyesatkan

Dalam program acara JLC tersebut Henry Yosodiningrat, ahli hukum yang juga mantan ketua BNN mengatakan dengan bangga bahwa dirinya perokok tetapi kesehatan tidak terganggu sedikitpun karena selama ini telah melakukan medical Check up hasil sangat bagus. Selanjutnya dia mengatakan bahwa tetanggapun mati dalam usia muda meski bukan perokok. Dia juga sesumbar bahwa fisiknya lebih kuat dibandingkan temannya yang bukan. Bahkan dia berani bertaruh fisiknya lebih kuat dibandingkan perokok.

Ridwan Saidi mantan anggota DPR dan seorang budayawan Betawi malah bersuatra lebih keras lagi. Bahwa semua tidak ada yang boleh melarang ciptaan Tuhan untuk dinikmati. Bila ada kelompok orang yang melarang rokok berarti orang yang kufur melarang orang nikmat. Kalau memang benar pendapat tokoh ini, berarti ganja juga tanaman ciptaan Tuhan, Maka orang yang melarang ganja termasuk orang kufur. Kemudian lebih keras lagi dia mencemooh para dokter yang hadir di acara tersebut. Termasuk Wakil Menkes, Ketua IDI dan beberapa tokoh dokter lainnya. Dengan keras dia mengatakan bahwa dokter sebenarnya tidak tahu apa-apa tentang kesehatan. Buktinya sampai saat ini dirinya sehat-saja meski perokok berat. Pendapat itu ditimpali lagi oleh Karni Iliaspun dengan mengatakan bahwa Fidel Castro, Mao Ze Dong dan tokoh tua lainnya sampai saat ini masih segar meski perokok.

Lain lagi dengan artis dan mantan penyanyi rock Renny Jayusmanpun ikut bersaksi. Bahwa dirinya perokok tetapi sampai sehat-sehat ini saja. Bahkan dirinya mengaku sudah beberapa kali foto rontgen paru-parunya baik-baik saja. Selain itu Reny Jayusmanpun juga menambahkan bahwa selama ini dia bangga menjadi perokok karena perokok melambangkan orang yang merdeka bisa bebas. Perokok adalah bentuk kemerdekaan seseorang. Jaya Suprana, budayawan dan pengusaha jamupun ikut berkomentar bahwa dirinya juga penderita kolesterol. Tetapi tidak dilarang, dan itu adalah hak dia untuk punya kolesterol dan orang lain ngga bisa mengatur. Demikian juga perokok tidak bisa diatur oleh orang lain

Dalam Acara tersebut para Tokoh Nasional, Anggota DPR dan Ketua Asosiasi Rokok Indonesia berulang sangat paranoid dan mengatakan bahwa rokok membantu petani tembakau dan kepentingan bisnis Amerika menghancurkan rokok Indonesia. Sebagian pihak mencurigai sebagian dana asing membantu yayasan nirlaba untuk bergerak social dalam bidang anti rokok. Bahkan Arswendi Atmowiloto mantan wartawan dengan keras mengatakan bahwa Amerika sengaja akan membunuh rokok kretek sebagai budaya Indonesia yang sangat luhur. Bahkan Arswendo mengatakan pihak asing juga melarang durian di pesawat, hotel atau tempat umum karena di sana durian tidak ada dan pihak asing takut buah durian bersaing dengan buah lokal mereka. Alasan yang paranoid itu berlebihan. Padahal alasan sederhana pelarangan durian tersebut hanya semata karena baunya yang sangat tajam bagi orang yang belum pernah familiar dengan bau buah tajam yanga sangat mengganggu.

Fakta Ilmiah dan Fakta Sosial Ekonomi

Para tokoh nasional dalam acara tersebut berulang mengatakan bahwa pemerintah dan Organisasi Anti Rokok hanya mengurusi rokok padahal banyak masalah kesehatan dan masalah bangsa lainya yang belum diurusi. Perokok dan pengusaha rokok sering merasa terancam selalu curiga dan paranoid setiap masalah merokok selalu diangkat sebagai hal yang menganggu kesehatan. Para merokok selalu berdalih bahwa mengapa kolesterol, alkohol, polusi udara, korupsi, kecelakaan lalulintas lebih berbahaya dan mengancam jiwa tidak diurus tetapi hanya rokok yang selalu disorot dan dijadikan kambing hitam. Akhirnya sering keluar opini yang naifm bahwa urusan usia adalah urusan sang Pencipta bukan urusan pemerintah atau penggiat antirokok. Padahal pemerintah dan LSM juga banyak mengurusi hal itu tetapi tidak telalu disorot seperti kampanye anti rokok. Hal ini merupakan sifat mekanisme pembelaan diri yang paling sering dialami bila seseorang terdesak apabila kenikmatan kehidupan dan penghasilan hidupnya terancam. Seperti hal kelompok masyarakat pelaku pelanggaran lain selalu saja berteriak “maling teriak maling”. Pelaku pelanggaran seperti berdagang di tempat stategis yang dapat mengganggu lalu lintas. Saat digusur mereka selalu berdalih mengapa pedagang kaki lima yang lain tidak digusur. Seorang koruptor seperti Nazarudin ketika ditangkap pasti juga melakukan pembelaan diri mengapa para koruptor lainnya masih bebas berkeliaran. Karena mekanisme pembelaan diri inilah maka seringkali para perokok atau produsen rokok sering paranoid dan memberikan argument yang tidak rasional ketika kenikmatannya terancam . Sehingga mereka selalu menyalahkan fakta ilmiah yang ada bahwa memang rokok berbahaya mereka selalu mengatakan fakta atau opini dengan berdasarkan “katanya” atau “”kata seseorang” atau mungkin menunjuk kasus per kasus bahwa seorang kasus tidak apa dan sehat selama puluhan tahun meski merokok. Contoh ”katanya” dan kasus per kasus itu dibandingkan dengan penelitian ilmiah yang telah memperhitungkan berbagai faktor resiko dan secara statistik tingkat kebenaran dan kepercayaannya sangat tinggi. Seperti halnya “Quick Count Yang Sejati” selalu menunjukkan kebenaran pada akhirnya meski awalnya sering tidak dipercaya dan diremehkan. Inilah kesulitan para orang pintar dalam hal ilmiah yang selalu tidak dipahami, dicemooh dan dianggap bohong oleh orang awam apalagi bila posisi atau kenikmatan orang tersebut terancam. Pasca anjloknya produksi karena beban cukai yang naik 3 kali turun menjadi 189 miliar batang pada tahun 2000, tetapi secara mengejutkan meningkat 235 miliar batang pada 2003-2004, Tidak disadari tahun 2011 Indonesia telah dikepung oleh 265 miliar rokok batang yang diproduksi oleh perusahaan rokok di Indonesia setiap tahunnya. Yang lebih memilukan pertumbuhan angka perokok anak-anak sudah mencapai 14,5 persen. Kampanye anti rokok selama ini justru bergerak pada sasaran orang yang sehat yang belum terpapar rokok yang terancam terkena rokok. Karena untuk menyadarkan para perokok sangat sulit dan sudah tidak bisa lagi. Mungkin para perokok hanya bisa disadarkan bila musibah sudah mulai terjadi pada dirinya dan berdampak pada anggota keluarganya.

Perokok berat termasuk Reny Jayusman, Henry Yosodiningrat dan Ridwan Saidi merasa sehat buktinya beberapa kali foto Rontgen normal dan saat melakukan medical checkup normal. Perokok menganggap dirinya sehat setelah beberapa kali mengalami foto rontgen. Inilah salah satu kesalahan terbesar para perokok. Rokok dapat menyebabkan gangguan pembuluh darah yang dapat berakibat stroke, jantung, impotensi, kanker paru atau gangguan kanker lainnya. Dalam tahap awal gangguan yang diakibatkan rokok mungkin hanya menganggu pembuluh darah atau permukaan saluran napas atas . Dalam keadaan seperti ini foto rontgen normal dan medical checkup normal. Saat terjadi gangguan pembuluh darah mungkin para perokok tidak mengalami gangguan sedikitpun atau mungkin hanya gangguan ringan seperti nyeri dada, sakit kepala atau badan lemah dan hal ini dianggap hal lain seperti kecapekan atau masuk angin. Itulah sebabnya mengapa banyak orang sakit jantung meninggal mendadak saat melakukan medical check up normal dan merasa tidak mengalami gangguan penyakit sebelumnya. Sedangkan untuk kanker paru awalnya juga tidak didapatkan gangguan sedikitpun pada foto rontgen dan paru. Banyak penderita kanker paru justru sudah ketahuan menjalar ke seluruh organ tubuh, hanya di awali dengan keluhan batuk-batuk ringan. Gangguan permukaan saluranaan nafas yang dialami para perokok hanya mengalami batuk ringan dan dalam keadaan ini foto paru bahkan CT Scan masih sangat bagus dan normal. Disamping itu banyak perokok saat mengalami batuk lama, sesak, impotensi atau badan lemah mengingkari hal itu bukan karena rokok tetapi karena terlalu capai, stres atau mekanisme pembelaan diri lainnya.

Sebagian besar perokok dan para tokoh nasional itu selalu dengan bangganya masih menganggap bahwa merokok itu aman dan sehat. Dengan jumawanya Hernry Yosodiningrat lebih sehat dibandingkan tetangganya yang kemarin mati muda tetapi bukan perokok. Kecepatan lari dan kekuatan fisik Henry juga lebih baik dibandingkan si temannya yang bukan perokok. Hal tidak rasional inilah yang sering diungkapkan para perokok bila dibandingkan dengan orang yang tidak sehat dan tidak rajin olahraga meski bukan perokok. Perokok tidak menyadari mungkin saja dengan kondisi fisik yang sama dengan orang sehat lainnya perokok tersebut biasa akan mati 15 tahun lebih dulu. Atau bila dibandingkan orang sehat lainnya yang bukan perokok maka kecepatan lari dan kekuatan fisiknya akan kalah jauh. Banyak penelitian dan dokter memastikan bahwa rokok itu berbahaya. Ratusan penlitian yang telah diakui kevalidannya di dunia ilmiah telah banyak riset yang membuktikan bahwa rokok sangat menyebabkan ketergantungan, di samping menyebabkan banyak tipedan jenis kanker, penyakit jantung, penyakit pernapasan, penyakit pencernaan, efek buruk bagi kelahiran, emfisema, dan memperberat penyakit lainnya. Penelitan banyak menunjukkan bahwa perokok pasif bisa terkena dampak kesehatan sama dengan perokok aktif. Uniknya dibalik pendapat “ngawur” yang keluar dari mulutnya bahwa rokok aman, tetapi sebagian para perokok takut merokok di dekat anaknya sendiri. Meski sebagian kecil orangtua masih ada yang tidak peduli tetap merokok terus di dekat anak dan cucunya. Tetapi sebagian para perokok yang egois atau memang benar-benar tidak tahu itu memang tidak peduli kesehatan orang lain di sekitarnya saat dia merokok dalam ruangan, dalam kendaraan umum, atau dalam rumah makan yang banyak terdapat anak, ibu hamil dan orang sehat bukan perokok lainnya.

Perokok termasuk Reny Jayusman dengan bangganya bahwa merokok merupakan bentuk kemerdekaan seseorang dan tidak melanggar hak asasi. Para perokok dianggap sebagai orang yang merdeka karena mereka berani menempuh bahaya dibandingkan orang lain. Padahal bagi orang rasional mungkin secara ektrim perokok bukan orang yang merdeka tetapi orang nekat dan tidak waras karena berani bertarung nyawa. Perokok menganggap dirinya merdeka bisa menghisap asap rokok dengan menganggu kemerdekaan orang yang butuh udara sehat. Tidak disadari para perokok justru hanya mengagungkan hak asasi pribadi dengan mengorbankan hak asasi orang lain dengan merokok di sembarang tempat. Bahkan sebagian lain para perokok sudah keblabasan ketika ditegur merokok di sembarang tempat dan menganggu sekitarnya menjadi amrah. Inilah bentuk ketidakwarasan para perokok yang dilabelkan banyak orang ketika mereke terganggu ulah perokok. Beranikah para perokok menyuruh anak perempuannya untuk merokok sebagai bentuk kemerdekaan perempuan. Bahkan para perokok dengan egoisnya sering mengatakan mengapa anda tidak mengingatkan ketika saya makan makanan mengandung kolesterol. Substansi utamanya bila memang perokok tidak bisa disadarkan bahwa rokok berbahaya tidak usah menggunakan berbagai istilah yang tidak rasional. Tetapi bila itu tidak bisa disadarkan sebaiknya kampanye anti rokok ini hanya untuk menyelamatkan yang bukan perokok dengan jangan merokok di dekat orangn lain. Seharusnya mereka berterimakasih dengan orang lain yang mengingatkan dan peduli dengan kesehatannya. Tetapi hal itu dijawab dengan cemoohan dan ketidak pedulian terhadap orang di sekitarnya

Dalam Acara tersebut para Tokoh Nasional, Anggota DPR dan Ketua Asosiasi Rokok Indonesia berulang sangat paranoid dan mengatakan bahwa rokok membantu petani tembakau dan kepentingan bisnis Amerika menghancurkan rokok Indonesia. Sebagian pihak mencurigai sebagian dana asing membantu yayasan nirlaba untuk bergerak social dalam bidang anti rokok. Tetapi bila hal itu benar dan demi kesehatan bangsa ini maka sebaiknya para perokok dan produsen rokok harus bisa menyadari. Kalaupun itu berdampak pada produksi rokok nasional adalah dampak akhir yang bisa terjadi. Sebaliknya para perokok tidak menyadari telah dimanfatkan produsen rokok yang selalu mengatakan demi membantu kehidupan petani tembakau. Saat regulasi merokok diatur demi kesehatan orang yang bukan perokok para produsen rokok belingsatan dan meradang. Produsen rokok keberatan bila ada regulasi harus menampilkan gambar bahaya rokok dalam kemasan rokok. Tetapi anehnya mereka tidak keberatan saat rokok ekspor harus mencantumkan gambar itu. Mungkin saja ini salah satu bukti bahwa produsen rokok tersebut tidak peduli kepentingan kesehatan bangsa ini, tetapi sangat peduli kepentingan bisnisnya. Indonesia adalah “Surga bagi perokok dan produsen rokok, neraka bagi orang yang tidak merokok”. Faktanya duapuluh tahun belakangan jumlah produksi rokok meningkat sangat pesat tetapi jumlah produksi tembakau nasional tetap. Hal ini terjadi karena import tembakau semakin besar. Impor tembakau oleh produsen rokok Indonesia telah dilakukan beberapa tahun terakhir sebesar 30% dari total kebutuhan. Produksi tembakau domestik hanya men-support supply 70% terhadap kebutuhan tembakau sebagai bahan baku rokok. Para produsen rokok semakin kaya tetapi kehidupan petani rokok justru semakin merosot kualitas tembakaunya lebih mahal dan kualitasnya lebih buruk dibandingkan kualitas impor seperti dari Brazil dan Cina. Selain itu karyawan buruh rokok linting sudah banyak di PHK dengan diganti mesin canggih demi efisiensi biaya dan mengeruk keuntungan lebih besar lagi. Sebaliknya para produsen rokok semakin kaya bahkan menjadi manusia terkaya di indonesia seperti R Budi Hartono dan Michael Hartono R. Budi Hartono lewat 2 perusahaan raksasa Djarum, masuk daftar orang terkaya di dunia tahun 2012 di posisi 146 dengan kekayaan mencapai US$6,5 miliar. Semakin banyak kampanye anti rokok ternyata tidak menyiutkan masyarakat tetapi justru semakin besar produksi rokok nasional. Kalaupun kampanya anti rokok berhasil mungkin hanya bisa membantu mengurangi jumklah impor tembakau Indonesia tidak sampai mengganggu para petani. Jadi selama ini tidak disadari yang menjadi paling gerah dengan kampanye anti rokok adalah produsen rokok bukan petani tembakau. Kalauoun ada gerakan petani rokok besar-besaran menyerbu Jakarta agak aneh dan dicurigai ada yang menggerakkan karena mereka seharusnya tidak terganggu.

Berkali-kali Karni ilias mengatakan bahwa rokok belum terbukti sebagai penyebab kanker. Bahkan banyak para perokok dan tokoh nasional itu masih tidak yakin atau pura-pura tidak tahu bahwa rokok dapat menyebabkan kanker. Bahkan sebagian kelompok kampanye hitam rokok mengatakan bahwa penelitian rokok penyebab kanker adalah bohong besar. Sebagian lainnya mengatakan sebaliknya bahwa rokok sebagai anti kanker karena terdapat zat anticarcinogenik. Memang mungkin saja ada kandungan baik hijaunya daun segar tembakau bila diteliti. Tetapi saat berupa asap rokok akan banyak didominasi ratusan bahan karsinogebik lainnya. Perokok sering menganalogkan bahwa menteri kesehatan atau si Ponari tetangga sebelah meninggal karena kanker paru juga bukan perokok. Tetapi dengan contoh kasus perkasus seperti itu tidak bisa disimpulkan bahwa rokok bukan penyebab kanker. Analogi salah lainnya sebagian besar orang meninggal sakit jantung dengan kolesterol yang normal. Tetapi mereka tidak tahu bahwa sebagian besar penderita kanker paru adalah perokok. Memang kanker paru dan penyakit jantung disebabkan berbagai faktor bukan hanya rokok. Faktor penyebab lainnya termasuk kolesterol, diabet, genetik atau faktor lainnya. Sudah puluhan atau mungkin ratusan penelitian yang dilakukan dengan benar secara ilmiah telah menunjukkan bahwa rokok penyebab kanker dan dampak kesehatan lainnya. Sebagian besar penelitian yang telah dipublikasikan di jurnal online pubmed tentunya sudah berdasarkan kaidah penelitian yang baik dan benar dengan memperhitungkan bukan hanya rokok sebagai penyebab tetapi berbagai faktor resiko atau penyebab lainnya dan juga dibandikan dengan kelompok orang sehat. Risiko kematian akibat kanker paru-paru pada laki-laki yang merokok lebih besar 23 kali sedangkan untuk wanita yang merokok sebesar 13 kali lipat dan sepertiga dari perokok tersebut meninggal dengan rata-rata waktu meninggal 15 tahun lebih cepat dibandingkan yang tidak merokok. Hal ini didukung oleh ratusan penelitian ilmiah lainnya

Arswendo dan Renny Jasusman dan pihak pro rokok selalu mengatakan bahwa perokok dianggap sebagai pahlawan dalam melestarikan kebudayaan bangsa. Benarkah merokok adalah budaya Indonesia. Sesungguh budaya merokok justru datang dari Amerika. Budaya merokok sebenarnya berasal dari Amerika. Merokok untuk pertama kalinya adalah suku bangsa Indian di Amerika, untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad 16, Ketika bangsa Eropa menemukan benua Amerika, sebagian dari para penjelajah Eropa itu ikut mencoba-coba menghisap rokok dan kemudian membawa tembakau ke Eropa. Kemudian kebiasaan merokok mulai muncul di kalangan bangsawan Eropa. Tapi berbeda dengan bangsa Indian yang merokok untuk keperluan ritual, di Eropa orang merokok hanya untuk kesenangan semata-mata. Abad 17 para pedagang Spanyol masuk ke Turki dan saat itu kebiasaan merokok mulai masuk negara-negara Islam. Rokok tanpa filter atau kretek bukan hanya milik bangsa ini. Jaman dahulu para merokok menggunakannya tanpa filter atau cerutu. Tetapi dengan semakin majunya pengetahuan disadari berbahaya akhirnya rokok tanpa filter sudah mulai ditinggalkan. Sayangnya bangsa ini masih terlena oleh budaya kuno Amerika yang sudah mulai ditinggalkan tetapi tetap terus dibudayakan di negeri ini dengan tetap meyakini bahwa kretek adalah budaya bangsa. Tetapi apabila para perokok tetap bersikeras menganggap sebagai budaya bangsa seharusnya bila budaya tersebut mengganggu kehidupan dan kualitas hidup bangsa apakah harus mati-matian dipertahankan demi harga diri bangsa. Sama juga dengan budaya negatif bangsa ini lainnya, seperti minum tuak, tari dangdut porno, budaya tidak disiplin atau budaya korupsi. Bangsa besar ini memang harus mati-matian mempertahankan budaya tinggi bangsa ini. Tetapi jangan terlalu bangga dengan budaya buruk bangsa ini. Para perokok selalu paranoid bahwa mereka dipengaruhi oleh tekanan asing untuk menghenntikan kebiasaan merokoknya. Tetapi tidak menyadari bahwa budaya buruk merokok itu justru datang dari Amerika dan saat ini kalau ada orang Amerika yang menghentikan budaya buruk mereka tersebut malah dicurigai membunuh budaya Indonesia.

Perokok dan para tokoh nasional tersebut selalu mengklaim bahwa sebagai penyumbang terbesar negara sebagai cukai rokok. Pendapat klasik inilah yang selalu timbul ketika rokok diusik sebagai bahan berbahaya. Cukai rokok yang diterima oleh negara tidak sebanding dengan biaya kesehatan yang harus dibayar oleh negara dan masyarakat akibat rokok. Cukai produk tembakau seperti rokok sekitar Rp40 triliun tahun 2006 dan Rp77 triliun tahun 2011. Namun, pendapatan APBN tersebut sangatlah kecil bila dibandingkan dengan uang yang harus dikeluarkan untuk biaya pengobatan penyakit akibat rokok. Biaya kesehatan yang harus ditanggung oleh masyarakat akibat rokok diperkirakan sebesar Rp 120 – 180 triliun. Bila seluruh pengobatan nantinya akan dibiayai oleh Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), maka Jamkesmas harus menanggung Rp 80 triliun sisa biaya pengobatannya.

Renny Jayusman bak ahli kesehatan mengatakan bahwa rokok dapat digunakan sebagai obat. Para perokok bak “ahli kesehatan” mengatakan dengan suara percaya diri bahwa secara tradisonal rokok kretek adalah baik untuk kesehatan. Bahkan penyanyi gaek itu dengan "pintarnya" mengatakan bahwa “katanya” banyak dokter yang mengatakan bahwa rokok bisa jadi obat. Dengan bangganya mperokok mengatakan. Bahwa “katanya” dokter yang praktek di Salemba telah melakukan praktek dengan melakukan terapi rokok untuk menyembuhkan kesehatan. Tidak ada penelitian satupun yang menunjukkan bahwa merokok dapat terbukti sebagai obat. Isu bahwa rokok untuk baik kesehatan itu dicurigai dihembuskan oleh berbagai pihak khssusnya produsen rokok yang justru menyesatkan para perokok. Jadi kalau ada dokter yang berpraktek terapi rokok untuk menyembuhkan penyakit pasti akan ditindak oleh Komisi Etik Ikatan Dokter Indonesia karena menyalahi kaidah ilmu kedokteran karena menyesatkan dan membahayakan penderita. Kalaupun ada penelitian mungkin saja tembakau atau bahan narkoba yang digunakan sebagai obat tetapi bukan dalam bentuk rokok tetapi dalam bentuk tembakau segar dan dalam jumlah yang berlebihan. Justru tidak bisa dibantahkan osedikitpun bahwa hampir semua penelitian tentang rokok menunjukkan dampak buruk rokok bagi kesehatan.

Karni ilias dan para tokoh nasional itu mengatakan bahwa Fidel Castro sudah tua perokok berat masih sehat-sehat saja. Dokter dan orang kesehatan di dunia bohong besar dan tidak tahu apa tentang bahaya merokok. Buktinya Fidel Castro sudah tua perokok berat masih sehat-sehat saja. Beberapa orang perokok bahkan dengan kasar dan “sok pintar” sering menuduh bahwa dokter tidak tahu apa-apa tentang kesehatan. Buktinya Fidel Catro, Mao Ze Dong atau Mbah Parto kakeknya telah berusia 60 tahun telah merokok tetapi sampai sekatrang masih hidup sehat. Dengan sombongnya para perokok mengatakan bahwa tetangga saya bukan perokok meninggal dalam usia muda sedangkan saya sehat-sehat saja meski perokok berat. Meski tidak pernah diketahui bahwa selama ini para orangtua perokok tersebut sering batuk lama, impoten atau kualitas hidup buruk lainnya. Memang banyak faktor mengapa seseorang mengalami usia panjang. Ternyata beberapa gen dalam setiap individu juga berperanan mengapa seseorang dapat tahan dengan berbagai penyakit dan paparan berbahaya di sekitarnya. Tetapi bila ini terjadi bisa saja kelompok ini mungkin Fidel Castro, Mao Ze Dong atau Mbah Parto meski perokok baru meninggal usia 90 tahun tetapi mereka tidak menyadari bahwa teman Fidel Castro yang bukan perokok yang mempunyai genetik sama baru meninggal usia 105 tahun atau 15 tahun lebih lama hidup di dunia. Penelitian telah membuktikan bahwa diantara ribuan orang yang diteliti usia perokok 15 tahun lebih muda dibandingkan bukan perokok. Sebaliknya dalam kelompok yang rentan bisa saja berumur tidak panjang bila terjadi paparan bahan berbahaya di lingkungannya.

Media harus arif

Melihat permasalahan itu seharusnya media lebih arif dalam memberitakan opini dalam bentuk acara apapun karena televisi dinikmati oleh semua kalangan masyarakat termasuk dengan latar belakangan berbagai jenis pendidikan dan usia. Informasi dan kampanye hitam itu mungkin saja akan dianggap aneh dan menyesatkan bagi masyarakat yang berpendidikan. Tetapi bila informasi salah tersebut terpatri dalam otak anak remaja atau masyarakat berpendidikan rendah maka akan diterima sebagai menjadi fakta kebenaran bahwa rokok sehat dan berbudaya. Apalagi opini yang sangat salah itu disuarakan oleh para tokoh nasional dan TVOne yang banyak didengar oleh jutaan anak bangsa.

Dalam era demokrasi ini sebenarnya media tidak salah dalam memberitakan informasi apapun karena merupakan bentuk kemerdekaan berpendapat. Tetapi seharusnya disadari tanggung jawab terhadap bangsa bahwa perdebatan kontroversial dapat menyeret opini masyarakat dalam informasi kesehatan yang tidak berkualitas dan tidak mendidik . Seharusnya acara tersebut lebih difokuskan dalam aspek hukum atau aspek sosial RUU pengendalian rokok. Bila ingin melakukan kajian aspek medis dan dampak kesehatan rokok seharusnya mendatangkan para pakar kesehatan yang berkompeten bukan diperdebatkan dengan masyarakat awam. Para pengamat media sering mengatakan bahwa wajar bila seperti acara tersebut selalu saja dimasukkan nara sumber yang kontrovesial dan unik sebagai daya tarik acara. Tetapi sayangnya tidak disadari informasi yang salah dari nara sumber seperti itu akan menyesatkan informasi masyarakat.

Perdebatan pro kontra rokok bila digelar tidak akan pernah berujung. Apalagi bila hal itu menyinggung kenikmatan dan penghasilan para produsen rokok maka kampanye anti rokok sering kali dianggap melanggar hak asasi para perokok. Sebenarnya para perokok lebih arif bahwa pihak penggiat anti rokok hanya mengingatkan tidak ada yang bisa memaksa para perokok untuk berhenti. Tetapi selama ini para perokok merasa tersinggung bahwa hak asasi mereka selalu ditekan dan seolah menjadi kelompok masyarakat yang terpinggirkan. Padahal selama ini penggiat anti rokok hanya mengingatkan bahaya rokok bagi perokok dan lebih penting jangan merokok di tempat umum karena melanggar hak asasi masyarakat bukan perokok yang dipaksa menghirup asap rokok. Bila para perokok memang tidak bisa diingatkan lagi itu adalah hak mereka yang tidak ada yang bisa memaksakan. Karena keras kepalanya para perokok maka saat ini para penggiat anti rokok hanya berkonsentrasi agar bahaya rokok tersebut tidak berdampak pada manusia bukan perokok termasuk anak-anak, remaja, ibu hamil dan manusia yang sehat lainya. Semoga kampanye hitam "Rokok Sehat dan Berbudaya" oleh TVOne dan para tokoh nasional itu tidak terekam oleh otak para remaja, perokok pemula dan masyarakat yang kurang baik pendidikannya. Mungkin saja setelah menonton acara TVOne tersebut nantinya Fidel Castro dijadikan idola para perokok. Tua, sehat, kaya raya, banyak isteri dan bebas merokok berlebihan sampai akhir hayatnya.

Supported By


  • SAVE OUR CHILDREN FROM SMOKE. OUR KIDS ARE THE FUTURE. PROTECT OUR KIDS. DON’T SMOKE AROUND KIDS
  • Please navigate and learn to this site , join this group and invite your friends to support : SAVE OUR CHILDREN FROM SMOKE (FACEBOOK GROUP) : working together make a smoke-free homes and smoke-free zones for all children.
  • SAVE OUR CHILDREN FROM SMOKE be a global resource and advocate in the field of parenting prevented child from smoke , advancing excellence in knowledge and attitude through education and information online.

Save Our Children From Smoke


Make a smoke-free homes and smoke-free zones for all children
Editor : Audi Yudhasmara. Sandiaz Yudhasmara. Multi media-Design Graphis: Digna Betanandya Andika. Editor In Chief: dr Widodo Judarwanto SpA
Jl Taman Bendungan Asahan 5 Bendungan Hilir Jakarta Pusat Phone : (021) 5703646 email : judarwanto@gmail.com http://savesmokechildren.wordpress.com

Save Our Children From Smoke Information Education Network.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun