Para tokoh nasional dalam acara tersebut berulang mengatakan bahwa pemerintah dan Organisasi Anti Rokok hanya mengurusi rokok padahal banyak masalah kesehatan dan masalah bangsa lainya yang belum diurusi. Perokok dan pengusaha rokok sering merasa terancam selalu curiga dan paranoid setiap masalah merokok selalu diangkat sebagai hal yang menganggu kesehatan. Para merokok selalu berdalih bahwa mengapa kolesterol, alkohol, polusi udara, korupsi, kecelakaan lalulintas lebih berbahaya dan mengancam jiwa tidak diurus tetapi hanya rokok yang selalu disorot dan dijadikan kambing hitam. Akhirnya sering keluar opini yang naifm bahwa urusan usia adalah urusan sang Pencipta bukan urusan pemerintah atau penggiat antirokok. Padahal pemerintah dan LSM juga banyak mengurusi hal itu tetapi tidak telalu disorot seperti kampanye anti rokok. Hal ini merupakan sifat mekanisme pembelaan diri yang paling sering dialami bila seseorang terdesak apabila kenikmatan kehidupan dan penghasilan hidupnya terancam. Seperti hal kelompok masyarakat pelaku pelanggaran lain selalu saja berteriak “maling teriak maling”. Pelaku pelanggaran seperti berdagang di tempat stategis yang dapat mengganggu lalu lintas. Saat digusur mereka selalu berdalih mengapa pedagang kaki lima yang lain tidak digusur. Seorang koruptor seperti Nazarudin ketika ditangkap pasti juga melakukan pembelaan diri mengapa para koruptor lainnya masih bebas berkeliaran. Karena mekanisme pembelaan diri inilah maka seringkali para perokok atau produsen rokok sering paranoid dan memberikan argument yang tidak rasional ketika kenikmatannya terancam . Sehingga mereka selalu menyalahkan fakta ilmiah yang ada bahwa memang rokok berbahaya mereka selalu mengatakan fakta atau opini dengan berdasarkan “katanya” atau “”kata seseorang” atau mungkin menunjuk kasus per kasus bahwa seorang kasus tidak apa dan sehat selama puluhan tahun meski merokok. Contoh ”katanya” dan kasus per kasus itu dibandingkan dengan penelitian ilmiah yang telah memperhitungkan berbagai faktor resiko dan secara statistik tingkat kebenaran dan kepercayaannya sangat tinggi. Seperti halnya “Quick Count Yang Sejati” selalu menunjukkan kebenaran pada akhirnya meski awalnya sering tidak dipercaya dan diremehkan. Inilah kesulitan para orang pintar dalam hal ilmiah yang selalu tidak dipahami, dicemooh dan dianggap bohong oleh orang awam apalagi bila posisi atau kenikmatan orang tersebut terancam. Pasca anjloknya produksi karena beban cukai yang naik 3 kali turun menjadi 189 miliar batang pada tahun 2000, tetapi secara mengejutkan meningkat 235 miliar batang pada 2003-2004, Tidak disadari tahun 2011 Indonesia telah dikepung oleh 265 miliar rokok batang yang diproduksi oleh perusahaan rokok di Indonesia setiap tahunnya. Yang lebih memilukan pertumbuhan angka perokok anak-anak sudah mencapai 14,5 persen. Kampanye anti rokok selama ini justru bergerak pada sasaran orang yang sehat yang belum terpapar rokok yang terancam terkena rokok. Karena untuk menyadarkan para perokok sangat sulit dan sudah tidak bisa lagi. Mungkin para perokok hanya bisa disadarkan bila musibah sudah mulai terjadi pada dirinya dan berdampak pada anggota keluarganya.
Perokok berat termasuk Reny Jayusman, Henry Yosodiningrat dan Ridwan Saidi merasa sehat buktinya beberapa kali foto Rontgen normal dan saat melakukan medical checkup normal. Perokok menganggap dirinya sehat setelah beberapa kali mengalami foto rontgen. Inilah salah satu kesalahan terbesar para perokok. Rokok dapat menyebabkan gangguan pembuluh darah yang dapat berakibat stroke, jantung, impotensi, kanker paru atau gangguan kanker lainnya. Dalam tahap awal gangguan yang diakibatkan rokok mungkin hanya menganggu pembuluh darah atau permukaan saluran napas atas . Dalam keadaan seperti ini foto rontgen normal dan medical checkup normal. Saat terjadi gangguan pembuluh darah mungkin para perokok tidak mengalami gangguan sedikitpun atau mungkin hanya gangguan ringan seperti nyeri dada, sakit kepala atau badan lemah dan hal ini dianggap hal lain seperti kecapekan atau masuk angin. Itulah sebabnya mengapa banyak orang sakit jantung meninggal mendadak saat melakukan medical check up normal dan merasa tidak mengalami gangguan penyakit sebelumnya. Sedangkan untuk kanker paru awalnya juga tidak didapatkan gangguan sedikitpun pada foto rontgen dan paru. Banyak penderita kanker paru justru sudah ketahuan menjalar ke seluruh organ tubuh, hanya di awali dengan keluhan batuk-batuk ringan. Gangguan permukaan saluranaan nafas yang dialami para perokok hanya mengalami batuk ringan dan dalam keadaan ini foto paru bahkan CT Scan masih sangat bagus dan normal. Disamping itu banyak perokok saat mengalami batuk lama, sesak, impotensi atau badan lemah mengingkari hal itu bukan karena rokok tetapi karena terlalu capai, stres atau mekanisme pembelaan diri lainnya.
Sebagian besar perokok dan para tokoh nasional itu selalu dengan bangganya masih menganggap bahwa merokok itu aman dan sehat. Dengan jumawanya Hernry Yosodiningrat lebih sehat dibandingkan tetangganya yang kemarin mati muda tetapi bukan perokok. Kecepatan lari dan kekuatan fisik Henry juga lebih baik dibandingkan si temannya yang bukan perokok. Hal tidak rasional inilah yang sering diungkapkan para perokok bila dibandingkan dengan orang yang tidak sehat dan tidak rajin olahraga meski bukan perokok. Perokok tidak menyadari mungkin saja dengan kondisi fisik yang sama dengan orang sehat lainnya perokok tersebut biasa akan mati 15 tahun lebih dulu. Atau bila dibandingkan orang sehat lainnya yang bukan perokok maka kecepatan lari dan kekuatan fisiknya akan kalah jauh. Banyak penelitian dan dokter memastikan bahwa rokok itu berbahaya. Ratusan penlitian yang telah diakui kevalidannya di dunia ilmiah telah banyak riset yang membuktikan bahwa rokok sangat menyebabkan ketergantungan, di samping menyebabkan banyak tipedan jenis kanker, penyakit jantung, penyakit pernapasan, penyakit pencernaan, efek buruk bagi kelahiran, emfisema, dan memperberat penyakit lainnya. Penelitan banyak menunjukkan bahwa perokok pasif bisa terkena dampak kesehatan sama dengan perokok aktif. Uniknya dibalik pendapat “ngawur” yang keluar dari mulutnya bahwa rokok aman, tetapi sebagian para perokok takut merokok di dekat anaknya sendiri. Meski sebagian kecil orangtua masih ada yang tidak peduli tetap merokok terus di dekat anak dan cucunya. Tetapi sebagian para perokok yang egois atau memang benar-benar tidak tahu itu memang tidak peduli kesehatan orang lain di sekitarnya saat dia merokok dalam ruangan, dalam kendaraan umum, atau dalam rumah makan yang banyak terdapat anak, ibu hamil dan orang sehat bukan perokok lainnya.
Perokok termasuk Reny Jayusman dengan bangganya bahwa merokok merupakan bentuk kemerdekaan seseorang dan tidak melanggar hak asasi. Para perokok dianggap sebagai orang yang merdeka karena mereka berani menempuh bahaya dibandingkan orang lain. Padahal bagi orang rasional mungkin secara ektrim perokok bukan orang yang merdeka tetapi orang nekat dan tidak waras karena berani bertarung nyawa. Perokok menganggap dirinya merdeka bisa menghisap asap rokok dengan menganggu kemerdekaan orang yang butuh udara sehat. Tidak disadari para perokok justru hanya mengagungkan hak asasi pribadi dengan mengorbankan hak asasi orang lain dengan merokok di sembarang tempat. Bahkan sebagian lain para perokok sudah keblabasan ketika ditegur merokok di sembarang tempat dan menganggu sekitarnya menjadi amrah. Inilah bentuk ketidakwarasan para perokok yang dilabelkan banyak orang ketika mereke terganggu ulah perokok. Beranikah para perokok menyuruh anak perempuannya untuk merokok sebagai bentuk kemerdekaan perempuan. Bahkan para perokok dengan egoisnya sering mengatakan mengapa anda tidak mengingatkan ketika saya makan makanan mengandung kolesterol. Substansi utamanya bila memang perokok tidak bisa disadarkan bahwa rokok berbahaya tidak usah menggunakan berbagai istilah yang tidak rasional. Tetapi bila itu tidak bisa disadarkan sebaiknya kampanye anti rokok ini hanya untuk menyelamatkan yang bukan perokok dengan jangan merokok di dekat orangn lain. Seharusnya mereka berterimakasih dengan orang lain yang mengingatkan dan peduli dengan kesehatannya. Tetapi hal itu dijawab dengan cemoohan dan ketidak pedulian terhadap orang di sekitarnya
Dalam Acara tersebut para Tokoh Nasional, Anggota DPR dan Ketua Asosiasi Rokok Indonesia berulang sangat paranoid dan mengatakan bahwa rokok membantu petani tembakau dan kepentingan bisnis Amerika menghancurkan rokok Indonesia. Sebagian pihak mencurigai sebagian dana asing membantu yayasan nirlaba untuk bergerak social dalam bidang anti rokok. Tetapi bila hal itu benar dan demi kesehatan bangsa ini maka sebaiknya para perokok dan produsen rokok harus bisa menyadari. Kalaupun itu berdampak pada produksi rokok nasional adalah dampak akhir yang bisa terjadi. Sebaliknya para perokok tidak menyadari telah dimanfatkan produsen rokok yang selalu mengatakan demi membantu kehidupan petani tembakau. Saat regulasi merokok diatur demi kesehatan orang yang bukan perokok para produsen rokok belingsatan dan meradang. Produsen rokok keberatan bila ada regulasi harus menampilkan gambar bahaya rokok dalam kemasan rokok. Tetapi anehnya mereka tidak keberatan saat rokok ekspor harus mencantumkan gambar itu. Mungkin saja ini salah satu bukti bahwa produsen rokok tersebut tidak peduli kepentingan kesehatan bangsa ini, tetapi sangat peduli kepentingan bisnisnya. Indonesia adalah “Surga bagi perokok dan produsen rokok, neraka bagi orang yang tidak merokok”. Faktanya duapuluh tahun belakangan jumlah produksi rokok meningkat sangat pesat tetapi jumlah produksi tembakau nasional tetap. Hal ini terjadi karena import tembakau semakin besar. Impor tembakau oleh produsen rokok Indonesia telah dilakukan beberapa tahun terakhir sebesar 30% dari total kebutuhan. Produksi tembakau domestik hanya men-support supply 70% terhadap kebutuhan tembakau sebagai bahan baku rokok. Para produsen rokok semakin kaya tetapi kehidupan petani rokok justru semakin merosot kualitas tembakaunya lebih mahal dan kualitasnya lebih buruk dibandingkan kualitas impor seperti dari Brazil dan Cina. Selain itu karyawan buruh rokok linting sudah banyak di PHK dengan diganti mesin canggih demi efisiensi biaya dan mengeruk keuntungan lebih besar lagi. Sebaliknya para produsen rokok semakin kaya bahkan menjadi manusia terkaya di indonesia seperti R Budi Hartono dan Michael Hartono R. Budi Hartono lewat 2 perusahaan raksasa Djarum, masuk daftar orang terkaya di dunia tahun 2012 di posisi 146 dengan kekayaan mencapai US$6,5 miliar. Semakin banyak kampanye anti rokok ternyata tidak menyiutkan masyarakat tetapi justru semakin besar produksi rokok nasional. Kalaupun kampanya anti rokok berhasil mungkin hanya bisa membantu mengurangi jumklah impor tembakau Indonesia tidak sampai mengganggu para petani. Jadi selama ini tidak disadari yang menjadi paling gerah dengan kampanye anti rokok adalah produsen rokok bukan petani tembakau. Kalauoun ada gerakan petani rokok besar-besaran menyerbu Jakarta agak aneh dan dicurigai ada yang menggerakkan karena mereka seharusnya tidak terganggu.
Berkali-kali Karni ilias mengatakan bahwa rokok belum terbukti sebagai penyebab kanker. Bahkan banyak para perokok dan tokoh nasional itu masih tidak yakin atau pura-pura tidak tahu bahwa rokok dapat menyebabkan kanker. Bahkan sebagian kelompok kampanye hitam rokok mengatakan bahwa penelitian rokok penyebab kanker adalah bohong besar. Sebagian lainnya mengatakan sebaliknya bahwa rokok sebagai anti kanker karena terdapat zat anticarcinogenik. Memang mungkin saja ada kandungan baik hijaunya daun segar tembakau bila diteliti. Tetapi saat berupa asap rokok akan banyak didominasi ratusan bahan karsinogebik lainnya. Perokok sering menganalogkan bahwa menteri kesehatan atau si Ponari tetangga sebelah meninggal karena kanker paru juga bukan perokok. Tetapi dengan contoh kasus perkasus seperti itu tidak bisa disimpulkan bahwa rokok bukan penyebab kanker. Analogi salah lainnya sebagian besar orang meninggal sakit jantung dengan kolesterol yang normal. Tetapi mereka tidak tahu bahwa sebagian besar penderita kanker paru adalah perokok. Memang kanker paru dan penyakit jantung disebabkan berbagai faktor bukan hanya rokok. Faktor penyebab lainnya termasuk kolesterol, diabet, genetik atau faktor lainnya. Sudah puluhan atau mungkin ratusan penelitian yang dilakukan dengan benar secara ilmiah telah menunjukkan bahwa rokok penyebab kanker dan dampak kesehatan lainnya. Sebagian besar penelitian yang telah dipublikasikan di jurnal online pubmed tentunya sudah berdasarkan kaidah penelitian yang baik dan benar dengan memperhitungkan bukan hanya rokok sebagai penyebab tetapi berbagai faktor resiko atau penyebab lainnya dan juga dibandikan dengan kelompok orang sehat. Risiko kematian akibat kanker paru-paru pada laki-laki yang merokok lebih besar 23 kali sedangkan untuk wanita yang merokok sebesar 13 kali lipat dan sepertiga dari perokok tersebut meninggal dengan rata-rata waktu meninggal 15 tahun lebih cepat dibandingkan yang tidak merokok. Hal ini didukung oleh ratusan penelitian ilmiah lainnya
Arswendo dan Renny Jasusman dan pihak pro rokok selalu mengatakan bahwa perokok dianggap sebagai pahlawan dalam melestarikan kebudayaan bangsa. Benarkah merokok adalah budaya Indonesia. Sesungguh budaya merokok justru datang dari Amerika. Budaya merokok sebenarnya berasal dari Amerika. Merokok untuk pertama kalinya adalah suku bangsa Indian di Amerika, untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad 16, Ketika bangsa Eropa menemukan benua Amerika, sebagian dari para penjelajah Eropa itu ikut mencoba-coba menghisap rokok dan kemudian membawa tembakau ke Eropa. Kemudian kebiasaan merokok mulai muncul di kalangan bangsawan Eropa. Tapi berbeda dengan bangsa Indian yang merokok untuk keperluan ritual, di Eropa orang merokok hanya untuk kesenangan semata-mata. Abad 17 para pedagang Spanyol masuk ke Turki dan saat itu kebiasaan merokok mulai masuk negara-negara Islam. Rokok tanpa filter atau kretek bukan hanya milik bangsa ini. Jaman dahulu para merokok menggunakannya tanpa filter atau cerutu. Tetapi dengan semakin majunya pengetahuan disadari berbahaya akhirnya rokok tanpa filter sudah mulai ditinggalkan. Sayangnya bangsa ini masih terlena oleh budaya kuno Amerika yang sudah mulai ditinggalkan tetapi tetap terus dibudayakan di negeri ini dengan tetap meyakini bahwa kretek adalah budaya bangsa. Tetapi apabila para perokok tetap bersikeras menganggap sebagai budaya bangsa seharusnya bila budaya tersebut mengganggu kehidupan dan kualitas hidup bangsa apakah harus mati-matian dipertahankan demi harga diri bangsa. Sama juga dengan budaya negatif bangsa ini lainnya, seperti minum tuak, tari dangdut porno, budaya tidak disiplin atau budaya korupsi. Bangsa besar ini memang harus mati-matian mempertahankan budaya tinggi bangsa ini. Tetapi jangan terlalu bangga dengan budaya buruk bangsa ini. Para perokok selalu paranoid bahwa mereka dipengaruhi oleh tekanan asing untuk menghenntikan kebiasaan merokoknya. Tetapi tidak menyadari bahwa budaya buruk merokok itu justru datang dari Amerika dan saat ini kalau ada orang Amerika yang menghentikan budaya buruk mereka tersebut malah dicurigai membunuh budaya Indonesia.
Perokok dan para tokoh nasional tersebut selalu mengklaim bahwa sebagai penyumbang terbesar negara sebagai cukai rokok. Pendapat klasik inilah yang selalu timbul ketika rokok diusik sebagai bahan berbahaya. Cukai rokok yang diterima oleh negara tidak sebanding dengan biaya kesehatan yang harus dibayar oleh negara dan masyarakat akibat rokok. Cukai produk tembakau seperti rokok sekitar Rp40 triliun tahun 2006 dan Rp77 triliun tahun 2011. Namun, pendapatan APBN tersebut sangatlah kecil bila dibandingkan dengan uang yang harus dikeluarkan untuk biaya pengobatan penyakit akibat rokok. Biaya kesehatan yang harus ditanggung oleh masyarakat akibat rokok diperkirakan sebesar Rp 120 – 180 triliun. Bila seluruh pengobatan nantinya akan dibiayai oleh Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), maka Jamkesmas harus menanggung Rp 80 triliun sisa biaya pengobatannya.
Renny Jayusman bak ahli kesehatan mengatakan bahwa rokok dapat digunakan sebagai obat. Para perokok bak “ahli kesehatan” mengatakan dengan suara percaya diri bahwa secara tradisonal rokok kretek adalah baik untuk kesehatan. Bahkan penyanyi gaek itu dengan "pintarnya" mengatakan bahwa “katanya” banyak dokter yang mengatakan bahwa rokok bisa jadi obat. Dengan bangganya mperokok mengatakan. Bahwa “katanya” dokter yang praktek di Salemba telah melakukan praktek dengan melakukan terapi rokok untuk menyembuhkan kesehatan. Tidak ada penelitian satupun yang menunjukkan bahwa merokok dapat terbukti sebagai obat. Isu bahwa rokok untuk baik kesehatan itu dicurigai dihembuskan oleh berbagai pihak khssusnya produsen rokok yang justru menyesatkan para perokok. Jadi kalau ada dokter yang berpraktek terapi rokok untuk menyembuhkan penyakit pasti akan ditindak oleh Komisi Etik Ikatan Dokter Indonesia karena menyalahi kaidah ilmu kedokteran karena menyesatkan dan membahayakan penderita. Kalaupun ada penelitian mungkin saja tembakau atau bahan narkoba yang digunakan sebagai obat tetapi bukan dalam bentuk rokok tetapi dalam bentuk tembakau segar dan dalam jumlah yang berlebihan. Justru tidak bisa dibantahkan osedikitpun bahwa hampir semua penelitian tentang rokok menunjukkan dampak buruk rokok bagi kesehatan.
Karni ilias dan para tokoh nasional itu mengatakan bahwa Fidel Castro sudah tua perokok berat masih sehat-sehat saja. Dokter dan orang kesehatan di dunia bohong besar dan tidak tahu apa tentang bahaya merokok. Buktinya Fidel Castro sudah tua perokok berat masih sehat-sehat saja. Beberapa orang perokok bahkan dengan kasar dan “sok pintar” sering menuduh bahwa dokter tidak tahu apa-apa tentang kesehatan. Buktinya Fidel Catro, Mao Ze Dong atau Mbah Parto kakeknya telah berusia 60 tahun telah merokok tetapi sampai sekatrang masih hidup sehat. Dengan sombongnya para perokok mengatakan bahwa tetangga saya bukan perokok meninggal dalam usia muda sedangkan saya sehat-sehat saja meski perokok berat. Meski tidak pernah diketahui bahwa selama ini para orangtua perokok tersebut sering batuk lama, impoten atau kualitas hidup buruk lainnya. Memang banyak faktor mengapa seseorang mengalami usia panjang. Ternyata beberapa gen dalam setiap individu juga berperanan mengapa seseorang dapat tahan dengan berbagai penyakit dan paparan berbahaya di sekitarnya. Tetapi bila ini terjadi bisa saja kelompok ini mungkin Fidel Castro, Mao Ze Dong atau Mbah Parto meski perokok baru meninggal usia 90 tahun tetapi mereka tidak menyadari bahwa teman Fidel Castro yang bukan perokok yang mempunyai genetik sama baru meninggal usia 105 tahun atau 15 tahun lebih lama hidup di dunia. Penelitian telah membuktikan bahwa diantara ribuan orang yang diteliti usia perokok 15 tahun lebih muda dibandingkan bukan perokok. Sebaliknya dalam kelompok yang rentan bisa saja berumur tidak panjang bila terjadi paparan bahan berbahaya di lingkungannya.
Media harus arif