Mohon tunggu...
Widodo Judarwanto
Widodo Judarwanto Mohon Tunggu... Dokter - Penulis Kesehatan

Dr Widodo Judarwanto, pediatrician. Telemedicine 085-77777-2765. Focus Of Interest : Asma, Alergi, Anak Mudah Sakit, Kesulitan Makan, Gangguan Makan, Gangguan Berat Badan, Gangguan Belajar, Gangguan Bicara, Gangguan Konsentrasi, Gangguan Emosi, Hiperaktif, Autisme, ADHD dan gangguan perilaku lainnya yang berkaitan dengan alergi makanan.

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

kenali Faktor Resiko dan Gejala Autis sejak dini

1 Februari 2011   00:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:00 5629
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bila anak mengalami keterlambatan bicara, anak sangat aktif, konsentrasi kurang dan anak tidak mau dipanggil maka orang tua kawatir apakah anaknya mengidap Autis ? Padahal tidak semua gangguan seperti itu harus dianggap sebagai penderita Autis. Sebaliknya, gangguan keterlambatan yang ada itu sering diremehkan padahal bisa jadi merupakan gejala awal Autis.  Bila keterlambatan terjadi maka prognosisnya semakin tidak baik. Keterlambatan ini bukan saja dilakukan oleh orangtua tetapi tidak jarang dokter mengalami juga karena tanda dan gejala sejak dini sulit dipastikan.  Untuk mencegah dan mengenali Autis sejak dini orang tua harus memahami faktor resiko dan tanda gejala sejak dini.

Autis adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi sosial. Autism dapat terjadipada semua kelompok masyarakat kaya miskin, di desa dikota, berpendidikan maupun tidak serta pada semua kelompok etnis dan budaya di dunia. Sekalipun demikian anak-anak di negara maju pada umumnya memiliki kesempatan terdiagnosis lebih awal sehingga memungkinkan tatalaksana yang lebih dini dengan hasil yang lebih baik. Angka kejadian autis tampaknya meningkat pesat dalam beberapa tahun terahkir ini. Peningkatan ini terutama karena meningkatnya penyampaian informasi yang disampaikan berbagai media cetak maupun elektronik terutama internet. Sehingga baik kalangan medis maupun awam mengetahui perkembangan tehnolgi kesehatan yang berkaitan dengan hal tersebut. Sehingga masalah penyimpangan perilaku pada anak khususnya autis ini menjadi persoalan yang aktual dan menarik yang ingin diketahui oleh masyarakat baik dari kalangan akademisi maupun masyarakat umumnya.

Penyebab autis belum diketahui secara pasti. Beberapa ahli menyebutkan autis merupakan kelainan genetik yang mengakibatkan gangguan fungsional susunan saraf pusat yang disertai gangguan kerusakan pada saluran cerna. Keadaan itu dapat disebabkan dan dipicu oleh berbagai hal di antaranya gangguan dan infeksi sejak dalam kehamilan, pengaruh reaksi simpang makanan, dan berbagai pemicu lainnya.

TANDA DAN GEJALA AUTIS

Autism adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi sosial. Gangguan keanehan perilaku pada anak yang harus diamati adalah menyangkut berbagai perkembangan.

Gangguan dalam komunikasi verbal maupun nonverbal


  • Kemampuan berbahasa mengalami keterlambatan atau sama sekali tidak dapat berbicara. Menggunakan kata kata tanpa menghubungkannya dengan arti yang lazim digunakan.
  • Berkomunikasi dengan menggunakan bahasa tubuh dan hanya dapat berkomunikasi dalam waktu singkat.
  • Kata-kata yang tidak dapat dimengerti orang lain ("bahasa planet")
  • Tidak mengerti atau tidak menggunakan kata-kata dalam konteks yang sesuai.
  • Ekolalia (meniru atau membeo), menirukan kata, kalimat atau lagu tanpa tahu artinya.
  • Bicaranya monoton seperti robot
  • Bicara tidak digunakan untuk komunikasi
  • Mimik datar


Gangguan dalam bidang interaksi sosial


  • Menolak atau menghindar untuk bertatap muka
  • Tidak menoleh bila dipanggil, sehingga sering diduga tuli
  • Merasa tidak senang atau menolak dipeluk
  • Bila menginginkan sesuatu, menarik tangan tangan orang yang terdekat dan berharap orang tersebut melakukan sesuatu untuknya
  • Tidak berbagi kesenangan dengan orang lain
  • Saat bermain bila didekati malah menjauh
  • Bila menginginkan sesuatu ia menarik tangan orang lain dan mengharapkan tangan tersebut melakukan sesuatu untuknya.


Gangguan dalam bermain


  • Bermain sangat monoton dan aneh misalnya menderetkan sabun menjadi satu deretan yang panjang, memutar bola pada mainan mobil dan mengamati dengan seksama dalam jangka waktu lama.
  • Ada kelekatan dengan benda tertentu seperti kertas, gambar, kartu atau guling, terus dipegang dibawa kemana saja dia pergi.
  • Bila senang satu mainan tidak mau mainan lainnya.
  • Tidak menyukai boneka, tetapi lebih menyukai benda yang kurang menarik seperti botol, gelang karet, baterai atau benda lainnya
  • Tidak spontan / reflek dan tidak dapat berimajinasi dalam bermain. Tidak dapat meniru tindakan temannya dan tidak dapat memulai permainan yang bersifat pura pura.
  • Sering memperhatikan jari-jarinya sendiri, kipas angin yang berputar atau angin yang bergerak.
  • Perilaku yang ritualistik sering terjadi sulit mengubah rutinitas sehari hari, misalnya bila bermain harus melakukan urut-urutan tertentu, bila bepergian harus melalui rute yang sama.


Gangguan perilaku


  • Sering dianggap sebagai anak yang senang kerapian harus menempatkan barang tertentu pada tempatnya
  • Anak dapat terlihat hiperaktif misalnya bila masuk dalam rumah yang baru pertama kali ia datang, ia akan membuka semua pintu, berjalan kesana kemari, berlari-lari tak tentu arah.
  • Mengulang suatu gerakan tertentu (menggerakkan tangannya seperti burung terbang). Ia juga sering menyakiti diri sendiri seperti memukul kepala atau membenturkan kepala di dinding
  • Dapat menjadi sangat hiperaktif atau sangat pasif (pendiam), duduk diam bengong dengan tatap mata kosong. Marah tanpa alasan yang masuk akal. Amat sangat menaruh perhatian pada satu benda, ide, aktifitas ataupun orang. Tidak dapat menunjukkan akal sehatnya. Dapat sangat agresif ke orang lain atau dirinya sendiri.
  • Gangguan kognitif tidur, gangguan makan dan gangguan perilaku lainnya.


Gangguan perasaan dan emosi


  • Tertawa-tawa sendiri, menangis atau marah tanpa sebab nyata
  • Sering mengamuk tak terkendali (temper tantrum), terutama bila tidak mendapatkan sesuatu yang diinginkan
  • Sering mengamuk tak terkendali (temper tantrum)bila keinginannya tidak didapatkannya, bahkan bisa menjadi agresif dan merusak.
  • Tidak dapat berbagi perasaan (empati) dengan anak lain


Gangguan dalam persepsi sensoris


  • Sensitif terhadap cahaya, pendengaran, sentuhan, penciuman dan rasa (lidah) dari mulai ringan sampai berat.
  • Menggigit, menjilat atau mencium mainan atau benda apa saja
  • Bila mendengar suara keras, menutup telinga
  • Menangis setiap kali dicuci rambutnya
  • Meraskan tidak nyaman bila diberi pakaian tertentu
  • Tidak menyukai rabaan atau pelukan, Bila digendong sering merosot atau melepaskan diri dari pelukan.


DETEKSI DINI AUTISM

Meskipun sulit namun tanda dan gejala autism sebenarnya sudah bisa diamati sejak dini bahkan sejak sebelum usia 6 bulan.

1. DETEKSI DINI SEJAK DALAM KANDUNGAN

Sampai sejauh ini dengan kemajuan tehnologi kesehatan di dunia masih juga belum mampu mendeteksi resiko autism sejak dalam kandungan. Terdapat beberapa pemeriksaan biomolekular pada janin bayi untuk mendeteksi autism sejak dini, namun pemeriksaan ini masih dalam batas kebutuhan untuk penelitian.

2. DETEKSI DINI SEJAK LAHIR HINGGA USIA 5 TAHUN

Autisma agak sulit di diagnosis pada usia bayi. Tetapi amatlah penting untuk mengetahui gejala dan tanda penyakit ini sejak dini karena penanganan yang lebih cepat akan memberikan hasil yang lebih baik. Beberapa pakar kesehatanpun meyakini bahwa merupahan hal yang utama bahwa semakin besar kemungkinan kemajuan dan perbaikan apabila kelainan pada anak ditemukan pada usia yang semakin muda

Ada beberapa gejala yang harus diwaspadai terlihat sejak bayi atau anak menurut usia :

USIA 0 - 6 BULAN


  • Bayi tampak terlalu tenang ( jarang menangis)
  • Terlalu sensitif, cepat terganggu/terusik
  • Gerakan tangan dan kaki berlebihan terutama bila mandi
  • Tidak "babbling"
  • Tidak ditemukan senyum sosial diatas 10 minggu
  • Tidak ada kontak mata diatas umur 3 bulan
  • Perkembangan motor kasar/halus sering tampak normal

USIA 6 - 12 BULAN


  • Bayi tampak terlalu tenang ( jarang menangis)
  • Terlalu sensitif, cepat terganggu/terusik
  • Gerakan tangan dan kaki berlebihan
  • Sulit bila digendong
  • Tidak "babbling"
  • Menggigit tangan dan badan orang lain secara berlebihan
  • Tidak ditemukan senyum sosial
  • Tidak ada kontak mata
  • Perkembangan motor kasar/halus sering tampak normal

USIA 6 - 12 BULAN


  • Kaku bila digendong
  • Tidak mau bermain permainan sederhana (ciluk ba, da-da)
  • Tidak mengeluarkan kata
  • Tidak tertarik pada boneka
  • Memperhatikan tangannya sendiri
  • Terdapat keterlambatan dalam perkembangan motor kasar/halus
  • Mungkin tidak dapat menerima makanan cair

USIA 2 - 3 TAHUN


  • Tidak tertarik untuk bersosialisasi dengan anak lain
  • Melihat orang sebagai "benda"
  • Kontak mata terbatas
  • Tertarik pada benda tertentu
  • Kaku bila digendong

USIA 4 - 5 TAHUN


  • Sering didapatkan ekolalia (membeo)
  • Mengeluarkan suara yang aneh (nada tinggi atau datar)
  • Marah bila rutinitas yang seharusnya berubah
  • Menyakiti diri sendiri (membenturkan kepala)
  • Temperamen tantrum atau agresif

FAKTOR RESIKO AUTIS

Terdapat beberapa hal dan keadaan yang membuat resiko anak menjadi autism lebih besar. Dengan diketahui resiko tersebut tentunya dapat dilakukan tindakan untuk mencegah dan melakukan intervensi sejak dini pada anak yang beresiko. Adapun beberapa resiko tersebut dapat diikelompokkan dalam beberapa periode, diantaranya adalah :

PERIODE KEHAMILAN

Perkembangan janin dalam kehamilan sangat banyak yang mempengaruhinya. Pertumbuhan dan perkembangan otak atau sistem susunan saraf otak sangat pesat terjadi pada periode ini, sehingga segala sesuatu gangguan atau penyakit pada ibu tentunya sangat berpengaruh. Gangguan pada otak inilah nantinya akan mempengaruhi perkembangan dan perilaku anak kelak nantinya, termasuk resiko terjadinya autisme.

Beberapa keadaan ibu dan bayi dalam kandungan yang harus lebih diwaspadai dapat berkembang jadi autism adalah :


  • Infeksi selama persalinan terutama infeksi virus
  • Peradarahan selama kehamilan. Perdarahan selama kehamilan paling sering disebabkan karena placental complications, diantaranya placenta previa, abruptio placentae, vasa previa, circumvallate placenta, and rupture of the marginal sinus. Kondisi tersebut mengakibatkan gangguan transportasi oksigen dan nutrisi ke bayi yang mengakibatkan gangguan pada otak janin. Perdarahan awal kehamilan juga berhubungan dengan kelahiran prematur dan bayi lahir berat rendah. Prematur dan berat bayi lahior rendah juga merupakan resiko tinggi terjadinya autism
  • Obat-obatan yang diminum selama kehamilan terutama trimester pertama
  • Merokok saat kehamilan
  • Stres saat kehamilan
  • Adanya Fetal Atopi atau Maternal Atopi, yaitu kondisi alergi pada janin yang diakibatkan masuknya bahan penyebab alergi melalui ibu. Menurut pengamatan penulis, hal ini dapat dilihat adanya Gerakan bayi gerakan refluks oesefagial (hiccupps/cegukan) yang berlebihan sejak dalam kandungan terutama terjadi malam hari. Diduga dalam kedaaan tersebut bayi terpengaruh pencernaan dan aktifitasnya oleh penyebab tertentu termasuk alergi ataupun bahan-bahan toksik lainnya selama kehamilan.
  • Infeksi saluran kencing, Panas tinggi dan Depresi. Wilkerson dkk telah melakukan penelitian terhadap riwayat ibu hamil pada 183 anak autism dibandingkan 209 tanpa autism. Ditemukan kejadian infeksi saluran kencing, panas tinggi dan depresi pada ibu tampak jumlahnya bermakna pada kelompok ibu dengan anak autism.


PERIODE KEHAMILAN

Beberapa keadaan ibu dan bayi dalam kandungan yang harus lebih diwaspadai dapat berkembang jadi autism adalah :


  • Infeksi selama persalinan terutama infeksi virus
  • Peradarahan selama kehamilan. Perdarahan selama kehamilan paling sering disebabkan karena placental complications, diantaranya placenta previa, abruptio placentae, vasa previa, circumvallate placenta, and rupture of the marginal sinus. Kondisi tersebut mengakibatkan gangguan transportasi oksigen dan nutrisi ke bayi yang mengakibatkan gangguan pada otak janin. Perdarahan awal kehamilan juga berhubungan dengan kelahiran prematur dan bayi lahir berat rendah. Prematur dan berat bayi lahir rendah juga merupakan resiko tinggi terjadinya autism
  • Obat-obatan yang diminum selama kehamilan terutama trimester pertama. Peneliti di Swedia melaporkan pemberian obat Thaliodomide pada awal kehamilan dapat mengganggu pembentukan sistem susunan saraf pusat yang mengakibatkan autism
  • Adanya Fetal Atopi atau Maternal Atopi, yaitu kondisi alergi pada janin yang diakibatkan masuknya bahan penyebab alergi melalui ibu. Menurut pengamatan penulis, hal ini dapat dilihat adanya Gerakan bayi gerakan refluks oesefagial (hiccupps/cegukan) yang berlebihan sejak dalam kandungan terutama terjadi malam hari.
  • Infeksi saluran kencing, Panas tinggi dan Depresi. Wilkerson dkk telah melakukan penelitian terhadap riwayat ibu hamil pada 183 anak autism dibandingkan 209 tanpa autism. Ditemukan kejadian infeksi saluran kencing, panas tinggi dan depresi pada ibu tampak jumlahnya bermakna pada kelompok ibu dengan anak autism.


PERIODE PERSALINAN

Persalinan adalah periode yang paling menentukan dalam kehidupan bayi selanjutnya. Beberapa komplikasi yang timbul selama periode ini sangat menentukan kondisi bayi yang akan dilahirkan. Bila terjadi gangguan dalam persalinan maka yang paling berbahaya adalah hambatan aliran darah dan oksigen ke seluruh organ tubuh bayi termasuk otak. Organ otak adalah organ yang paling sensitif dan peka terhadap gangguan ini, kalau otak terganggu maka sangat mempengaruhi kualitas hidup anak baik dalam perkembangan dan perilaku anak nantinya

Gangguan persalinan yang dapat meningkatkan resiko terjadinya autism adalah :


  • Pemotongan tali pusat terlalu cepat
  • Asfiksia pada bayi (nilai APGAR SCORE rendah < 6 )
  • Komplikasi selama persalinan
  • Lamanya persalinan
  • letak presentasi bayi saat lahir
  • Berat lahir rendah ( < 2500 gram)


PERIODE USIA BAYI

Dalam kehidupan awal di usia bayi, beberapa kondisi awal atau gangguan yang terjadi dapat mengakibatkan gangguan pada optak yang akhirnya dapat beresiko untuk terjadinya gangguan autism.

Kondisi atau gangguan yang beresiko untuk terjadinya autism adalah sebagai berikut :


  • Prematuritas
  • Alergi makanan
  • Kegagalan kenaikan berat badan
  • Kelainan bawaan : kelainan jantung bawaan, kelainan genetik, kelainan metabolik,
  • Gangguan pencernaan : sering muntah, kolik, sulit buang air besar, sering buang air besar
  • Gangguan neurologI/saraf : trauma kepala, kejang, otot atipikal, kelemahan otot.


Diagnosis

Tidak ada satupun pemeriksaan laboratorium yang dapat memastikan suatu diagnosis Autism ada anak. Untuk menetapkan diagnosis gangguan autis sebenarnya hanya dengan diagnosis klinis. Diagnosis yang paling baik adalah dengan cara seksama mengamati perlilaku anak dalam berkomunikasi, bertingkah laku dan tingkat perkembangannya. Banyak tanda dan gejala perilaku seperti autis yang disebabkan oleh adanya gangguan selain autis. Pemeriksaan klinis dan penunjang lainnya mungkin diperlukan untuk memastikan kemungkinan adanya penyebab lain tersebut. Para klinisi sering menggunakan pedoman DSM IV.Gangguan Autism didiagnosis berdasarkan DSM-IV.

Karena dengan menggunakan diagnosis klinis maka subyektifitasnya sangat besar. Terutama anak yang mengalami gangguan perilaku ringan yang masuk "Grey Area" lebih sulit mendiagnosisnya. keadaan seperti ini bila seseorang ingin mengetahui assessment penyakit anak pada dokter akan mendapatkan hasil yang berbeda. Dengan pemeriksaan anak yang sama dan dokter yang berbeda seringkali menerima diagnosis yang berbeda pula, Berbagai diagnosis yang diterimanya adalah Autis ringan, bukan Autis, PDDNOS, MSDD, Hiperaktif, ADHD atau berbagai diagnosis lainnya. Bamyak kasus anak seperti ini saat didiagnosis bermacam-mavcam oleh dokter ternyata saat besarnya sehat seperti anak biasa. Sebaliknya banyak anak dengan keterlambatanm bicara yang dianggap biasa pada usia di bawah 2 tahun tetapi karena keterlambatan diagnosis ternyata pengidap Autis dan terlambat dalam penanganannya.

Artikel Terkait :


dr Widodo Judarwanto SpA  ( http://childrenclinic.wordpress.com  http://childrenautismclinic.wordpress.com/  )

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun