Saat-saat jam belajar sudah habis, aku membebaskan mereka untuk mereka-reka hasil kerjanya. Meski tak dipungkiri, ada yang malah tertawa-tawa atau mengobrol ngalor-ngidul. Seperti Lia dan Ai, mereka terus saja cekikikan. Ternyata mereka tengah membuka webcam dan aku, Nia juga Nitha – yang kebetulan masih sedang membahas slide – ikut terdeteksi mata kamera. Haeh!
“Kalau udah, boleh di-save, boleh pulang,” kataku, sambil kuotak-atik pekerjaan Ikhwan, anak didikku yang lain. Kebetulan dulu dia berpesan agar hasil kerjanya dalam materi fungsi IF And & Or dikoreksi, sebab hasilnya selalu keliru.
“Sudah, yuk? Si ibunya sudah ngusir,” kata Nitha.
“Bukan gitu…” Aku mengklarifikasi dengan kikuk, ah semoga saja mereka tak terprovokasi.
Mereka pergi dan aku bergumam, welcome to the real life, dear.
“Oh ya, Bu, ada lagi yang daftar les,” kata Pak Iwan, sedikit mengagetkan, “Tapi kebanyakan pengin ngambil komputer. Bisa lah tiga kelas lagi.”
“Waduh?!”
“Iya mau satu instruktur saja gak mungkin,…”
“Pak Ikbal?”
“Capek, katanya, jadi gak bisa memaksakan juga.”
“Kalau saya rekomendasikan orang lain, boleh?”