Di kantin ini, aku belum pernah bertemu dengan orang asing lain. Sangat berasa bahwa banyak yang memperhatikan jika aku sedang makan di sana, ya wajar sih, misal bayangkan kalo di Indonesia gitu ada bule yang makan di warteg atau kantin sekolahan, pasti yang makan di sana termasuk siswa-siswanya banyak yang ngeliatin hihi.
Aku sering makan di sini, karena sangat murah dengan rasa dan jumlah yang sama bahkan sedikit lebih banyak porsinya, misal untuk 1 gelas teh, makaroni, fillet dan sup biasanya dengan harga 120 rubble saja (sekitar 26 ribu). Sangat murah kan, jika dibandingkan dengan kantin kampus.
Bahkan terkadang, aku membawa bekel sendiri, misal roti dan spageti dari asrama, lalu di sana cuma beli sup dan fillet, karna teh juga bawa dari rumah di dalam termos kecil. Jadi Cuma sekitar 90 rubble atau 20 ribuan rupiah aja. Selain itu, ada rempehan (apa coba bahasa Indonesianya yang bener hihi) roti gratis hihii + yang jagain kantin ini kan anak sekolah, nah pada geuli-geulis euyy, apalagi pas jam istirahat.
Hal yang bikin lucu, atau bisa dibilang identitas dari kantin inilah, setiap abis makan dari sana baju dan jaket ku pasti bau asep wkwkwkw. Karna, memang sistem ventilasinya kurang bagus, jadi udara kurang bebas keluar masuk. Tapi, biarinlah, yang penting makanannya enak, banyak, murah dan sehat.
Gak malu? Jangan pernah malu untuk melalukan hal-hal yang dapat membuat kita lebih baik, malu itu jika kita ngambil punya orang lain, mengambil yang bukan milik kita atau bagiku malu itu ketika kita tidak mampu bersaing dengan orang-orang dari seluruh dunia.
Aku sangat bersyukur dengan adanya kantin tersayang ini. Semoga hubungan kami langgeng ya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H