Aroma terasi udang yang bergelantungan memenuhi seisi rumah, teriak-teriak minyak yang saling menyambar dengan garam, cabe, bawang merah dan putih.Â
Setelah lima menit, kegelisahan menerpa di dalam kelambu buruk yang agak cokelat penuh dengan jahitan, akhirnya pagi itu aku menyerah dan bangun setelah semua saraf serotonin ku merespon dahsyatnya aroma tempe goreng dengan bawang dan serangan fajar ikan asin peda.
Sudah hampir setengah tahun aku di sini. Di kota yang benar-benar berbeda dari tempat tinggal ku dulu. Aku memutuskan untuk melanjutkan study Master ku di negara beruang kutub, di kota yang merupakan jendela untuk pengelolaan dan pengembangan Arktik, Arkhangelsk.Â
Nama kota ini diambil dari Michael seorang mailaikat penjaga umat. Aku kuliah di jurusan Regional Studies; European Studies: Arctic Focus.
Baguette keras dan Panjang ku iris-iris di sebuah piring dengan diameter 15 sentimeter berwarna pink di bagian tengah dan putih dipinggirnya. Aroma teh dari Sichuan ini memang sangat khas, aku belum pernah menikmati teh seperti ini, wangi.Â
Teman dari China, Sha, memberiku beberapa waktu lalu. Dulu, aku sempat ingin melanjutkan study ke Prancis, membayangkan sarapan di depan Seine atau sekedar ngopi sambil membaca BBC di Champs-lyses. Hari Sabtu ke Louvre dan kuliah di AUP dengan beasiswa Eiffel. Ah sempurnanya, tapi sudahlan itu kan dulu sekarang aku cinta Arkhangelsk.
Aku adalah anak terakhir dari tiga bersaudara, aku sangat dekat dengan emak. Wanita itu kini sudah tidak tua lagi. Garis-garis diwajahnya yang sudah keriput dan rambut yang sudah tidak hitam lagi.Â
Wanita ini berhasil membesarkan tiga orang pangeran yang saat ini salah satu dari mereka sedang menempuh Pendidikan di ujung dunia. Walaupun dia tidak bisa menyelesaikan Sekolah Dasar, tapi dia mampu membuat anaknya mendapatkan beasiswa sejak SMP hingga S2.
Kadang, ketika sedang buruk, aku memasak persis seperti apa yang emak masak, nasi goreng. Aku masih menyimpan terasi yang dibawakan teman bulan Januari kemarin yang pulang ke Indonesia. Saat ini, emak tinggal sendirian di kampung, ke dua anknya yang lain bekerja di Jakarta.Â
Aku pernah bilang bahwa mending emak ikut dengan salah satu kakak ku saja, tapi beliau gak mau. Kata dia maunya sama aku, ini nih kalo anak terakhir hehe.