Mohon tunggu...
Sandi Saputra
Sandi Saputra Mohon Tunggu... Konsultan - Tenang saja, aku hanya belajar.

Mahasiswa S2 yang sedang menjalani mimpinya di Kutub Utara

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Terwujudnya Mimpi Anak Petani Miskin Sekolah ke Eropa

1 Maret 2019   21:00 Diperbarui: 4 Maret 2019   21:57 1350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perosotan: Chang (Vietnam); gue, Laura (Jerman) | dokpri

Di SMK gue semakin tumbuh, gue mulai membaca kisah-kisah hebat orang-orang yang kuliah ke luar negeri, mendengarkan audio Mario Teguh, belajar filsafat dasar, komputer, bahasa asing di perpustakaan sekolah, perpus daerah, sambil nyari makanan ikan (daun talas), bahkan sambil nemenin teman ngangon kambing (Ikhwan, walau sudah di kota masih saja gue dekat dengan kambing). Selama di SMK, gue menang juara 3 se provinsi untuk pidato bahasa Jepang yang diselenggarakan oleh Universitas Teknokrat, satu-staunya dari sekolah SMK dan juga satu-satunya sekolah Swasta, juara 3,2 bahasa Inggris, ikut lomba komputer dan puisi.

Di akhir sekolah, gue mendapatkan beasiswa di Universitas Bandar Lampung jika tidak salah diwal 65% dan bisa 100% ketika melihat nilai semester 1. Beberapa orang juga menawarkan untuk kesempatan kuliah gratis di salah satu kampus terbesar di Metro, bahkan Lampung. Tapi gue berpikir, gue butuh space yang lebih besar, gue harus berkompetisi dengan orang-orang kaya di Jakarta.

Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) Jakarta. Gue kembali mendapatkan beasiswa setelah semester 2 atau 3 dengan nilai IPS tidak pernah di bawah 3,8 dan IPK akhir 3,91 terbaik di jurusan, nomor 2 secara keseluruhan. Sejak saat itu hingga lulus tidak pernah bayar kuliah! 

Di fase ini gue semakin "liar" dengan mimpi-mimpi gue, semakin radikal dan fanatik terhadap mimpi yang harus gue kejar, yaitu sekolah ke Eropa. Itu karena gue butuh kompetisi yang lebih besar. Di sini gue belajar ekonomi, politik, filsafat dan bahasa asing. Gue sangat mengagumi karya-karya Adam Smth, Ricardo, Plato, Habermas, Rauls, Derida, Maciavelli, Katry Sikkinkk, Barry Buzan, Waltz, Fukuyama, Kant, Rousseau, Hobbes, Holsti, Nye, Keohane, Locke, Giddens, Tan Malaka, Pramudiya dan Spivak.

Selama di Jakarta, gue berjuang tidak mudah. Hari pertama kuliah gue gak punya tempat tinggal, sehingga gue tinggal di Masjid Universitas Pancasila bersama para gelandangan, setelah sebelumnya gue diusir dari salah satu masjid karena gue mencoba untuk tidur di sana. Gue juga pernah 2 malam tinggal di kampus, tanpa lampu, tanpa apapun hanya pake sarung yang gue bawa, saat itu dipikiran gue, pokoknya apapun yang terjadi, gue harus kuliah dan jadi yang terbaik.

Tiga tahun lebih gue berpindah-pindah kosan, karena numpang sama teman-teman, bahkan beberapa teman-teman menyebut gue "mahasiswa backpacker". Bahkan gue dulu beli nasi uduk sangat sering hanya pake ceker dan tempe. Kenapa? Karena gue gak ada uang buat beli pake ayam. Tapi hasil dari perjuangan, ternyata berbuah manis. Namun, sekali lagi gue dibantu oleh banyak orang teman, sahabat, dosen-dosen, keluarga dan orang-orang terdekat baik yang sudah kenal maupun baru kenal. Gue bersyukur untuk ini, yang penting kita jangan lupa untuk selalu bersuaha membantu orang lain dengan cara kita, maka percaya deh, tuhan akan mengirimkan bantuan secara semena-mena ke pada kita. Mungkin gue gak bisa sebutin semua orang sudah membantu gue semuanya di sini, tapi mereka diantaranya yang berjasa besar dihidup yang pasti keluarga utama, terus Cak Yo, pak Ish, Vina, Ipul Amri, Bob, Ibu kos teteh, Rio, Ghozy, Siro, mbak Irma, Mbak Kiki, Kak Panji, Imad, bang Barok dan Kak Echa.

Di masa ini juga gue semakin banyak belajar bahasa asing Mandarin, Prancis dan bahkan gue menjadi angkatan pertama di Indonesiayang belajar bahasa Polandia yang diselenggarakan oleh Kedutaan Polandia bekerja sama dengan UI dan Universitas Atmajaya. Bahkan saat itu gue terpilih 1 dari 10 orang yang berkesempatan belajar bahasa Polandia secara gratis ke Polandia! Namun, ada masalah sedikit yang membuat gue mengurungkan berangkat ke sana.

Now, gue di sini, di Kutub Utara, Arkangelsk, Northern (Arctic) Federal University satu dari 10 kampus terbaik dan terpenting di Russia, di jurusan Foreign Regional Studies, European Studies: Arctic Focus, baru ada satu orang yang lulus dari jurusan ini di Indonesia dan gue in shaa allah akan menjadi yang ke 2, studi ini memang tidak populer di Indonesia, karena dianggkap untuk apa kita mempelajari Arctic karena jauh tapi berbeda dengan apa yang gue pikirkan, justru saat inilah kita harus mempelajarinya, karena semua sudah bergerak, misal ada yang disebut dengan Northern Sea Route yaitu pembukaan jalur Utara oleh Russia dengan cara pembelahan lautan es, yang memindahkan jalur pelayaran dari Selatan ke Utara, dampak langsungnya bagi Indonesia yang mau mengekspor hasil industri ke Eropa bisa irit hingga 40 persen biaya dan waktu, Arctic Indigenous Peoples, Arctic Council dan Barents Sea. Di sini gue berkompetisi dengan orang-orang dari berbagai penjuru dunia, gue kuliah melalui jalur beasiswa pemerintah Russia plus bantuan dari berbagai pihak, terutama yang paling besar adalah seseorang yang saat ini sekolah di Mercubuana, Bekasi seoarang sahabat, kakak dan keluarga namanya Cak Yo. Selalu gue bilang kalau mimpi itu butuh proses panjang dan bantuan banyak orang!

Chang (Vietnam), gue, dan Sha (China) | dokpri
Chang (Vietnam), gue, dan Sha (China) | dokpri
Gue bercerita seperti ini bukan bermaksud menyombongkan diri, karena dulu bahkan gue tidak pernah mempublikasikan ini secara luas. Tapi sekarang gue pengen semua orang tahu, bahwa ketika kita yang berasal dari masyarakat kecil, miskin, bukan berarti kita tidak mampu bersaing dan bermimpi.

Singkirkan semua omongan orang-orang yang tidak penting di sekelilingmu, gue pun mengalaminya. Tetangga kampung, teman, bahkan keluarga pun, pasti ada yang mencoba mengecilkan mimpi kalian. Pendidikan adalah hal sangat penting, peradaban akan diubah dari sini.

Jika ada yang bilang bahwa pendidikan tidak penting, yang penting punya banyak uang, maka hadapi dengan santai. Lihat saja mereka akan dilupakan setelah 3 generasi. Tapi dengan pendidikan dan jiwa sosial, lu bakal dikenang seluruh generasi. Dan dengan pendidikan yang baik akan mendapat perkerjaan yang baik dan uang yang baik pada waktunya. 

Oh iya, gue orang pertama dari kampung gue (bahkan lebih luas) yang kuliah ke Eropa! Dan juga dengan beasiswa, semoga banyak yang menyusul!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun