Mohon tunggu...
Sandi Saputra
Sandi Saputra Mohon Tunggu... Konsultan - Tenang saja, aku hanya belajar.

Mahasiswa S2 yang sedang menjalani mimpinya di Kutub Utara

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Terwujudnya Mimpi Anak Petani Miskin Sekolah ke Eropa

1 Maret 2019   21:00 Diperbarui: 4 Maret 2019   21:57 1350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Chang (Vietnam), gue, dan Sha (China) | dokpri

Tidak banyak yang tau sebenernya, dari dulu gue udah sering dapat beasiswa. Kalo dulu gue tidak begitu mau bercerita untuk publik, tapi sekarang gue perlu berbagi kisah kecil ini untuk memberikan semangat dan kesadaran pendidikan yang sangat penting untuk semua orang, terutama dari masyarakat kebawah. Untuk memahami bahwa setiap orang berhak memiliki mimpi.

Pertama kali gue dapet peringkat adalah sekolah dasar kelas 1, peringkat 3 dan pertama kali mendapat bantuan biaya pendidikan dari pemerintah saat itu kelas 4 SD. Gue inget waktu itu sebesar 180 ribu rupiah (Saat itu bahkan uangnya tidak hanya dipakai untuk keperluan pendidikan tapi, juga untuk beli beras) dan ketika kelas 6 pendidikan gratis dimulai, dan di sini pertama kali gue jatuh cinta ke pendidikan. 

Dulu, gue sering membawa buku ke ladang, apa aja,  Biologi, PPKN, Sejarah, atau sekadar buku cerita. Di sinilah mimpi anak petani miskin yang ingin sekolah ke Eropa di mulai, dulu yang terpikir pokoknya mau kuliah di mana aja, gue bilang sama emak:

"Mak, nanti kalo udah gede, aku mau kuliah kayak di tipi-tipi"

"Iya"

Hanya jawaban singkat dari mak gue, menandakan bahwa hal tersebut nyaris tidak mungkin. Dulu, gue gak paham dengan apa yang ada dipikiran emak gue ketika gue menanyakan itu tapi, gue yakin disetiap langkah gue itu ada doa dia di dalamnya.

Saat SD gue sering ngumpulin tanaman dan hewan yang menurut gue aneh. You know? Sifat anak seperti ini harus didukung! Percaya sama gue, jangan pernah batasi kreativitas anak. Bagi orang dewasa mungkin salah, aneh, dan kotor, tapi itu adalah bakat awal menuju hal yang besar.

Pertama kali gue mendapatkan beasiswa ketika  SMP adalah saat kelas 2 semester akhir berupa potongan SPP 3 bulan, lalu kelas 3 gue mendapat potongan sebanyak 6-7 bulan. Periode ini gue sadar, bahwa dengan rajin belajar gue bisa mengejar apapun yang gue mau. Semakin sering bawa buku ke ladang, sambil NGARET.

Dramatically, gue dari kelas 1 nakal, ketika kelas 3, menjadi salah satu terbaik di sekolah, nilai tertinggi di Bahasa Indonesia dan Inggris. Lalu diakhir, gue menjadi satu-satunya di sekolah yang lulus try out dan hanya 4 orang dari 3 sekolah (ini dulu pak Sutikno yang mengumumkan). Di sini gue jatuh cinta dengan komputer.

SMK. Jujur, SMK bukan pilihan gue, tapi gue tidak menyesal karena bahkan emak menyarankan gue sekolah di kampung saja karena, alasan utamanya adalah biaya hidup yang secara jelas emak khawatir tidak bisa membiyayi namun, almarhum Abah yang mendukung gue untuk keluar kampung, sekolah ke kota. Namun dulu gue berpikir, gue butuh dunia yang lebih besar, gue harus keluar kampung.

Di SMK gue bayaran hanya 1 semester, sisanya gue mendapatkan beasiswa dan dibantu oleh"malaikat", yaitu orang tua angkat gue yang membantu gue tumbuh selama SMK, masih berkomunikasi dengan baik hingga saat ini. Gue selalu peringkat 1 selama SMK. Namun, di awal sekolah, tidak mudah bagi gue, saat itu abah hanya bisa memberikan uang 50 ribu rupiah untuk 2 minggu, dipotong ongkos untuk pulang 2 minggu kemudian 15 ribu jadi, sisanya harus gue cukupin selama dua minggu. Pada saat ini lah, gue belajar banyak tentang perjuangan mengejar mimpi, untuk mengirit biaya, dari kampung gue udah bawa cabe, bawan, beras, bahkan singkong! Pernah gue hanya hidup dengan uang 2 ribu untuk 4 hari! Karena uang gue abis untuk sokongan uang di kelas, gimana cara bertahan hidup? Gue masak REBON dibanyakin aernya, jadi tetep bisa makan pake lauk, yang penting ada temen nasi. Dulu, kadang pas pulang suka nangis kalo pas ditanya gini sama emak "Ndik, uang kemarin masih sisa enggak?".

Di SMK gue semakin tumbuh, gue mulai membaca kisah-kisah hebat orang-orang yang kuliah ke luar negeri, mendengarkan audio Mario Teguh, belajar filsafat dasar, komputer, bahasa asing di perpustakaan sekolah, perpus daerah, sambil nyari makanan ikan (daun talas), bahkan sambil nemenin teman ngangon kambing (Ikhwan, walau sudah di kota masih saja gue dekat dengan kambing). Selama di SMK, gue menang juara 3 se provinsi untuk pidato bahasa Jepang yang diselenggarakan oleh Universitas Teknokrat, satu-staunya dari sekolah SMK dan juga satu-satunya sekolah Swasta, juara 3,2 bahasa Inggris, ikut lomba komputer dan puisi.

Di akhir sekolah, gue mendapatkan beasiswa di Universitas Bandar Lampung jika tidak salah diwal 65% dan bisa 100% ketika melihat nilai semester 1. Beberapa orang juga menawarkan untuk kesempatan kuliah gratis di salah satu kampus terbesar di Metro, bahkan Lampung. Tapi gue berpikir, gue butuh space yang lebih besar, gue harus berkompetisi dengan orang-orang kaya di Jakarta.

Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) Jakarta. Gue kembali mendapatkan beasiswa setelah semester 2 atau 3 dengan nilai IPS tidak pernah di bawah 3,8 dan IPK akhir 3,91 terbaik di jurusan, nomor 2 secara keseluruhan. Sejak saat itu hingga lulus tidak pernah bayar kuliah! 

Di fase ini gue semakin "liar" dengan mimpi-mimpi gue, semakin radikal dan fanatik terhadap mimpi yang harus gue kejar, yaitu sekolah ke Eropa. Itu karena gue butuh kompetisi yang lebih besar. Di sini gue belajar ekonomi, politik, filsafat dan bahasa asing. Gue sangat mengagumi karya-karya Adam Smth, Ricardo, Plato, Habermas, Rauls, Derida, Maciavelli, Katry Sikkinkk, Barry Buzan, Waltz, Fukuyama, Kant, Rousseau, Hobbes, Holsti, Nye, Keohane, Locke, Giddens, Tan Malaka, Pramudiya dan Spivak.

Selama di Jakarta, gue berjuang tidak mudah. Hari pertama kuliah gue gak punya tempat tinggal, sehingga gue tinggal di Masjid Universitas Pancasila bersama para gelandangan, setelah sebelumnya gue diusir dari salah satu masjid karena gue mencoba untuk tidur di sana. Gue juga pernah 2 malam tinggal di kampus, tanpa lampu, tanpa apapun hanya pake sarung yang gue bawa, saat itu dipikiran gue, pokoknya apapun yang terjadi, gue harus kuliah dan jadi yang terbaik.

Tiga tahun lebih gue berpindah-pindah kosan, karena numpang sama teman-teman, bahkan beberapa teman-teman menyebut gue "mahasiswa backpacker". Bahkan gue dulu beli nasi uduk sangat sering hanya pake ceker dan tempe. Kenapa? Karena gue gak ada uang buat beli pake ayam. Tapi hasil dari perjuangan, ternyata berbuah manis. Namun, sekali lagi gue dibantu oleh banyak orang teman, sahabat, dosen-dosen, keluarga dan orang-orang terdekat baik yang sudah kenal maupun baru kenal. Gue bersyukur untuk ini, yang penting kita jangan lupa untuk selalu bersuaha membantu orang lain dengan cara kita, maka percaya deh, tuhan akan mengirimkan bantuan secara semena-mena ke pada kita. Mungkin gue gak bisa sebutin semua orang sudah membantu gue semuanya di sini, tapi mereka diantaranya yang berjasa besar dihidup yang pasti keluarga utama, terus Cak Yo, pak Ish, Vina, Ipul Amri, Bob, Ibu kos teteh, Rio, Ghozy, Siro, mbak Irma, Mbak Kiki, Kak Panji, Imad, bang Barok dan Kak Echa.

Di masa ini juga gue semakin banyak belajar bahasa asing Mandarin, Prancis dan bahkan gue menjadi angkatan pertama di Indonesiayang belajar bahasa Polandia yang diselenggarakan oleh Kedutaan Polandia bekerja sama dengan UI dan Universitas Atmajaya. Bahkan saat itu gue terpilih 1 dari 10 orang yang berkesempatan belajar bahasa Polandia secara gratis ke Polandia! Namun, ada masalah sedikit yang membuat gue mengurungkan berangkat ke sana.

Now, gue di sini, di Kutub Utara, Arkangelsk, Northern (Arctic) Federal University satu dari 10 kampus terbaik dan terpenting di Russia, di jurusan Foreign Regional Studies, European Studies: Arctic Focus, baru ada satu orang yang lulus dari jurusan ini di Indonesia dan gue in shaa allah akan menjadi yang ke 2, studi ini memang tidak populer di Indonesia, karena dianggkap untuk apa kita mempelajari Arctic karena jauh tapi berbeda dengan apa yang gue pikirkan, justru saat inilah kita harus mempelajarinya, karena semua sudah bergerak, misal ada yang disebut dengan Northern Sea Route yaitu pembukaan jalur Utara oleh Russia dengan cara pembelahan lautan es, yang memindahkan jalur pelayaran dari Selatan ke Utara, dampak langsungnya bagi Indonesia yang mau mengekspor hasil industri ke Eropa bisa irit hingga 40 persen biaya dan waktu, Arctic Indigenous Peoples, Arctic Council dan Barents Sea. Di sini gue berkompetisi dengan orang-orang dari berbagai penjuru dunia, gue kuliah melalui jalur beasiswa pemerintah Russia plus bantuan dari berbagai pihak, terutama yang paling besar adalah seseorang yang saat ini sekolah di Mercubuana, Bekasi seoarang sahabat, kakak dan keluarga namanya Cak Yo. Selalu gue bilang kalau mimpi itu butuh proses panjang dan bantuan banyak orang!
Gue bercerita seperti ini bukan bermaksud menyombongkan diri, karena dulu bahkan gue tidak pernah mempublikasikan ini secara luas. Tapi sekarang gue pengen semua orang tahu, bahwa ketika kita yang berasal dari masyarakat kecil, miskin, bukan berarti kita tidak mampu bersaing dan bermimpi.

Singkirkan semua omongan orang-orang yang tidak penting di sekelilingmu, gue pun mengalaminya. Tetangga kampung, teman, bahkan keluarga pun, pasti ada yang mencoba mengecilkan mimpi kalian. Pendidikan adalah hal sangat penting, peradaban akan diubah dari sini.

Jika ada yang bilang bahwa pendidikan tidak penting, yang penting punya banyak uang, maka hadapi dengan santai. Lihat saja mereka akan dilupakan setelah 3 generasi. Tapi dengan pendidikan dan jiwa sosial, lu bakal dikenang seluruh generasi. Dan dengan pendidikan yang baik akan mendapat perkerjaan yang baik dan uang yang baik pada waktunya. 

Oh iya, gue orang pertama dari kampung gue (bahkan lebih luas) yang kuliah ke Eropa! Dan juga dengan beasiswa, semoga banyak yang menyusul!

Tetap semangat, salam hormat para pemimpi!

*Melihat cukup banyak yang membaca,  respon baik dan membaca komentar teman teman,  saya berpikir untuk membuat tulisan bersambung yang menceritakan perjalanan dari awal lebih detail,  karna ini hanya ringkasan,  banyak perjuangan saya belum ditulis. Bagaimana menurut kalian, silakan tulis di komentar dan mungkin follow :)

Wawancara dengan salah satu TV Russia mengenai masakan Indo yang gue buat dan budayanya.
Wawancara dengan salah satu TV Russia mengenai masakan Indo yang gue buat dan budayanya.

Dari Kanan Atas: Anna (Russia), Shasha Cameroon, gue Olga (Russia), Chang (Vietnam). Bawah: Taisuke (Jepang), Kodir | dokpri
Dari Kanan Atas: Anna (Russia), Shasha Cameroon, gue Olga (Russia), Chang (Vietnam). Bawah: Taisuke (Jepang), Kodir | dokpri

Perosotan: Chang (Vietnam); gue, Laura (Jerman) | dokpri
Perosotan: Chang (Vietnam); gue, Laura (Jerman) | dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun