Dengan bertambahnya struktur dan aliran sumber daya, maka telah memberikan ruang baru bagi para koruptor. Kultur pemerintahan yang tak jauh berbeda dengan presiden sebelumnya, seta masih lemahnya penegakkan hukum, akan semakin menguatkan indikasi akan terjadinya kasus korupsi baru kedepannya.
Perbandingan Dengan Negara Maju
Gemuknya kabinet tersebut berbanding terbalik dengan struktur kabinet di sepuluh besar negara dengan capaian Government Effectiveness Index (Indeks Efektivitas Pemerintah) terbaik di dunia.Â
Mulai dari Finlandia, Denmark, Swiss, Swedia, Kanada, Luxemborg, Austria, Inggris, Australia, Belgia, Jerman dan Amerika Serikat,[2] sebagian besar memiliki jumlah kementerian yang tidak lebih dari 30 dengan jumlah paling sedikit adalah milik Negara Swiss sebanyak 7 kementerian sementara terbanyak adalah Kanada sebanyak 37 kementerian, sementara sisanya berkisar dari 15 sampai dengan 25 kementerian.Â
 Struktur kabinet yang lebih ramping namun kaya fungsi memungkinkan terjadinya kolaborasi internal antara urusan guna memangkas birokrasi, efisiensi biaya operasional, dan percepatan pengambilan keputusan.Â
Hasilnya mereka terus bertengger di papan atas klasemen indeks efektivitas pemerintahan yang mengukur kualitas pelayanan publik, pelayanan sipil, perumusan dan implementasi kebijakan, serta kredibilitas komitmen pemerintah untuk meningkatkan atau mempertahankan aspek-aspek tersebut.Â
Kondisi tersebut menggambarkan bahwa adanya korelasi antara rampingnya suatu kabinet dengan kualitas kinerjanya. Dengan kata lain kabinet yang ramping cenderung lebih responsif dan adaptif dalam menjawab tantangan dan tuntutan masyarakat.Â
Asumsi tersebut juga dapat diterapkan pada bumi Nusantara, walaupun ada ketimpangan dari aspek geografis dan demografis penduduk antara sebagian besar negara-negara tersebut dengan kondisi Indonesia, namun ini bukanlah suatu alasan untuk mengabaikan hubungan antara struktur dan efektivitas pelayanan publik, mengingat Amerika Serikat juga berpopulasi hingga lebih dari 300 juta kabinet, atau Jepang yang mencapai 170 juta lebih penduduk, namun tidak serta merta menggemukkan kabinetnya, namun lebih berfokus pada perbaikan tata kelola dan kultur kerja kementerian dari waktu ke waktu. Â
Kesimpulan
Akhirnya, dapat dikatakan bahwa kabinet gemoy yang akan dibentuk nantinya lebih berpotensi melahirkan komplikasi ketimbang prestasi yang membanggakan. Layaknya manusia yang berupaya agar tidak obesitas demi hidup sehat dan tetap produktif, seperti itulah struktur yang harusnya dikembangkan oleh Kabinet Indonesia Maju Jilid 2.
 Untuk memaksimalkan keberhasilan pemerintahan, penting bagi Presiden Terpilih untuk mempertimbangkan struktur kabinet yang lebih ramping namun tetap kaya akan fungsi.Â