Mohon tunggu...
Samurai Jagoan
Samurai Jagoan Mohon Tunggu... Penulis - Tukang Makan Enak

Seorang Entrepreneur, Tukang Jalan, Tukang Makan Enak, Praktisi & Owner Wenmit Pecel Bento, Penulis Buku, Provokator Entrepreneur, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional di bidang Entrepreneurship \r\n\r\n> HP 0818377811\r\n> FB Samurai Jagoan\r\n> Twitter @sa_murai

Selanjutnya

Tutup

Money

Bergaul dengan Benar...

9 Oktober 2012   02:31 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:03 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Yuk kita ingat-ingat Syair dari lagu ‘Tombo Ati’ yang katanya ciptaan Sunan Bonang, sering dilantunkan Cak Nun, dan dikenalkan lebih luas oleh Opick,

Tombo ati iku ana lima perkarane
Kaping siji, Moco Quran sak maknane
Kaping pindo, Sholat wengi lakonono
Kaping telu, Wong kang sholeh kumpulono
Kaping papat, Weteng iro ingkang luwe
Kaping limo, Dzikir wengi ingkang suwe
Salah sakwijine sopo biso ngelakoni
Insya Allah Gusti Pangeran ngijabahi
(obat hati itu ada lima macam)
(nomor satu,membaca Al Quran dengan maknanya)
(nomor dua, sholat malam dirikanlah)
(nomor tiga, berkumpullah dengan orang sholeh)
(nomor empat, perutmu dilaparkan/perbanyaklah berpuasa)
(nomor lima, dzikir malam perpanjanglah)
(barang siapa yang melakukan salah satunya)
(insya Allah, Yang Maha Kuasa memberkati)

Lagu ini sangat popular waktu itu, dan sampai sekarang pun masih digemari oleh banyak kalangan mulai dari dewasa sampai anak-anak.

Yang mau saya katakan berdasarkan syair ini adalah tentang bait ke tiga :

Kaping telu, Wong kang sholeh kumpulono, (nomor tiga, berkumpullah dengan orang sholeh)

Kira-kira menurut saya artinya begini : Bahwa kalau kita kepingin menjadi orang yang sholeh, maka kita diharuskan untuk selalu "berkumpullah dengan orang-orang sholeh"

Ini bisa diartikan juga dengan mentalitas kita sebagai seorang karyawan. Untuk mengobati mentalitas karyawan kita dan menggantinya dengan mentalitas bisnis, maka kita yang masih menjadi karyawan dan bekerja di perusahaannya orang lain mesti sering-sering "berkumpullah dengan orang-orang yang sudah berbisnis". Supaya mental kita segera ketularan dan berubah menjadi punya mental bisnis.

Selama ini kita sebagai seorang karyawan maka lingkungan pergaulan kita ya pastinya adalah sesama karyawan, baik itu rekan kerja sekantor ataupun relasi dan kawan sesama karyawan yang bekerja di perusahaan lain. Nah kalo sesama karyawan berkumpul bersama pastilah yang diperbicangkan dan di obrolin adalah masalah kerjaan di kantor masing-masing atau masalah gaji bahkan yang terburuk seringkali kita ngobrolin atasan kita, pimpinan di perusahaan kita atau boss di perusahaan lain.

Sesama karyawan jarang sekali bahkan hampir nggak pernah membicarakan tentang sebuah bisnis, bila ada yang nekad membicarakan rencana bisnis pun bisa berakibat fatal, biasanya yang terjadi bukannya support dan semangat yang diperoleh dari kawan-kawannya tapi malahan mendapatkan cemoohan. Jadinya bukan menjadi bersemangat tapi malah bikin semangat bisnis yang kita punya jadi luntur bahkan hancur sama sekali karena cemoohan itu.

Tapi cobalah sekali-kali datang ke komunitas pengusaha, baik yang masih pemula ataupun yang sudah senior, hampir tidak akan ada cemoohan yang kita temukan di dalamnya terhadap rencana bisnis apapun. Yang kita dapatkan justru support dan semangat untuk mewujudkan rencana bisnis kita. justru inilah yang kita perlukan, support semangat dari yang lebih senior pada yang junior atau support semangat antara sesama pemula.

Untuk mengobati mentalitas karyawan kita, agar segera bermental bisnis, maka kita juga harus menjauh sekurang-kurangnya menjaga jarak dari orang-orang lain yang bermentalitas karyawan, terutama yang tidak menyadari kondisinya dan terus bertahan dengan pandangan suramnya dunia bisnis. Kenali tanda bahaya mentalitas karyawan pada diri orang-orang lain di sekitar kita, lalu tekatkan untuk tidak mengijinkan mereka mempengaruhi kita.

Bila kebetulan teman dekat dan akrab kita masih bermental karyawan, maka bisa jadi kita akan dituntut untuk membuat keputusan berat untuk meninggalkannya. Bukan meninggalkan dalam artian bermusuhan, nggak seperti itu, tapi lebih nggak lagi bergaul akrab seban sekarang tujuan kita adalah tujuan karyawan yang berbisnis bukan karyawan yang setia pada pekerjaan di kantornya atau karyawan yang anti bisnis.

Paling tidak pada tahap awal. Karena bila kita nasih bermental karyawan, kita harus mengobatinya lebih dahulu sebelum bisa mengobati mentalitas karyawan sahabat dekat kita  tersebut. Maka jalan paling aman adalah dengan meninggalkan semua yang bermental karyawan terlebih dahulu dan mencari mereka yang sudah bermental pengusaha untuk dapat segera menginspirasi kita.

Untuk itu segera temukan seseorang yang sudah sukses sebagai pebisnis atau yang kita tahu memiliki mentalitas pengusaha sukses untuk menjadi mentor kita. Mungkin, tidak hanya satu orang saja tetapi, yang jelas, kita harus mau belajar dari orang lain yang lebih sukses dalam bisnisnya dari kita. Kita harus mau sering-sering berkomunikasi dan bertanya pada orang-orang yang positif dan bermental pebisnis sukses.

Komunitas pengusaha, komunitas pebisnis atau komunitas entrepreneur sekarang banyak tumbuh dan menjamur di berbagai kota di indonesia, bergabunglah dengan mereka bertemanlah dengan sebanyak-banyaknya pengusaha maka network kita akan berkembang menjadi network pengusaha dan pebisnis, bukan lagi network karyawan. Dengan demikin wawasan dan semangat entrepreneur kita akan terpacu begitu pula dengan semangat kita.

Sekarang tugas kita sebagai seorang karyawan yang pingin berbisnis dan pingin bisnisnya berkembang pesat adalah mencari dan membentuk segera sebuah "Bisnis Mastermind Group" atau sebuah kelompok yang berisi mereka-mereka yang yang sepaham dengan kita dalam hal bisnis dan kesuksesan.

Fungsi dari kelompok ini adalah di mana anggota kelompok ini saling mendukung kesuksesan anggota lainnya, saling berbagi pengalaman, saling berbagi inspirasi, saling membantu dan terus maju bersama. Saling menunjukkan jalan dan mengingatkan. Belajar bersama, berjuang bersama. Kalo terlalu mengandalkan sebuah komunitas agak berat karena yang namanya komunitas itu beranggotakan terlalu banyak orang sehingga perhatian pengurusnya nggak akan terlalu bisa detail pada setiap anggotanya.

Tapi dengan membentuk kelompok yang lebih kecil di dalam sebuah komunitas maka perhatian antar sesama anggotanya lebih kuat, satu dengan yang lainnya punya hubungan yang lebih kuat dan erat.

Kelompok seperti ini sangat kita butuhkan karena sebagaimana sebuah perjalanan akan terasa ringan dan menyenangkan bila kita memiliki teman seperjalanan yang "klop", yang pas dan asyik, yang sama pula tujuannya, maka begitu juga perjalanan hidup dan kesuksesan kita ini. Akan terasa indah, bila kita punya teman berbagi yang seiring sejalan.

Kembali ke lagu tombo ati tadi, yang bilang kalo mau jadi orang sholeh maka kita mesti bergaul dengan orang yang sholeh. Maka kalo mau jadi karyawan yang jagoan bisnis maka tanpa meninggalkan pekerjaan, kita mesti juga bergaul dengan para pebisnis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun