Mohon tunggu...
Samuel HasudunganTampubolon
Samuel HasudunganTampubolon Mohon Tunggu... Buruh - Seseorang yang senang belajar dan mengajar

Boleh berganti buah, tapi jangan lupa akar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ada di Sana dan Ada di Sini

29 Maret 2020   17:27 Diperbarui: 29 Maret 2020   17:40 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saya GAK bahas ncovid-19 di sini.
Pastinya, saya bukan PhD. di bidang corona dari universitas whatsap.
Stay safe, for everyone whom I love and hate. #jagajarak #physicaldistancing #socialdistancing

Let's start...

'From the moment the invaders arrived, breathed our air, ate and drank, they were doomed. They were undone, destroyed, after all of man's weapons and devices had failed, by the tiniest creatures that God in his wisdom put upon this earth. By the toll of a billion deaths, man had earned his immunity, his right to survive among this planet's infinite organisms. And that right is ours against all challenges. For neither do men live nor die in vain' (Morgan Freeman, War of the Worlds, 2005).

Gugel translet: Dari saat penyerbu tiba, menghirup udara kami, makan dan minum, mereka ditakdirkan untuk mati. Mereka dibatalkan, dihancurkan, setelah semua senjata dan peralatan manusia gagal, oleh makhluk terkecil yang Allah berikan dalam hikmatnya di bumi ini. Dengan korban satu miliar kematian, manusia telah mendapatkan kekebalannya, haknya untuk bertahan hidup di antara organisme tak terbatas di planet ini. Dan hak itu adalah hak kita melawan semua tantangan. Karena manusia tidak hidup atau mati dengan sia-sia.

Tulisan ini saya buat setelah menonton cuplikan dari sebuah film yang menurut saya adalah yang terbaik pada masanya. Film berjudul War of the Worlds yang diluncurkan tahun 2005. Hanya cuplikan loh ya, bukan full film nya. Pemeran utamanya juga yang terbaik dan cocok, yaitu Tom Cruise. Genre nya yang bagi saya gak jelas malah membuat saya suka pada film ini. Dibilang sci-fi iya, dibilang alien juga benar, ada horor dikit, ada thriller dikit, dibilang action juga iya karena banyak pertarungan, bahkan dibilang sport juga bisa karena banyak adegan lari. 

Film ini dimulai dengan narasi bahwa ada entitas dengan kecerdasan yang lebih tinggi yang memandang, mengamati, dan mengawasi planet bumi dan penghuninya seperti manusia mengamati mikroba di bawah mikroskop. 

Sesaat setelah adegan serangan pertama, seklias tergambar bahwa manusia sering menganggap alien datang dari luar angkasa. Memang iya sih, alien sering digambarkan datang dari arah atas, dengan menggunakan pesawat luar angkasa. Padahal pada film ini, sosok alien justru datang dari bawah tanah. Mereka sudah ada di sana ribuan atau jutaan tahun sebelum masa kini. Seolah ada yang menyimpan mereka di bawah tanah sana untuk suatu saat digunakan meyerang planet bumi. Surprise! surprise! 

Memang sesaat sebelum serangan pertama, terdapat kilatan atau sambaran atau petir dari luar angkasa yang masuk ke dalam tanah. Artinya mahluk pengendali tersebut dikirim lewat teleportasi atau kapsul bor super kecil super cepat, dari suatu planet atau kapal luar angkasa langsung masuk ke bawah tanah. Sedangkan objek yang ditanam di bawah tanah itu hanyalah kendaraan atau peralatan perang mereka. Kira-kira sama seperti ketika manusia memakai pesawat tempur, tank, atau kapal perang. 

Ada juga ditampilkan ketika alien itu mencoba mengubah kondisi planet bumi menjadi lebih sesuai dengan kebutuhan mereka. Singkatnya, agar planet bumi menjadi mirip dengan planet mereka. Seramnya, alien itu menggunakan daging dan darah manusia sebagai pupuk yang menyuburkan tanaman mereka di bumi. 

Meskipun pasukan militer dunia mencoba untuk menghancurkan mesin tersebut, hasilnya hampir nol. Karena mesin-mesin itu, kalaupun bisa, hanya dapat dihancurkan dengan diledakkan dari dalam. Itupun, ada ratusan ribu mesin penyerbu. 

Dengan melihat banyaknya manusia yang dibunuh, militer dunia tak berkutik, dan tanaman planet lain yang mulai tumbuh subur di bumi, maka para alien dengan percaya diri keluar dari mesin perang mereka. Mungkin ingin mencari udara segar, jogging, atau menikmati senja. Enggak gitu juga dong. Mereka melakukan observasi secara langsung terhadap planet bumi. Mereka masuk ke rumah dan lalu menyentuh apapun yang ada mereka temukan. 

Pada saat itu lah kesalahan terbesar telah mereka lakukan. Harusnya, lebih baik mereka hanya tinggal di mesin perang mereka. Meskipun mereka mahluk cerdas nan digdaya, mereka mungkin lupa untuk memakai APD (Alat Perlindungan Diri). Atau mungkin APD mereka minim. Beberapa saat atau hari kemudian, beberapa mesin ditemukan muter-muter gak jelas, bahkan ada yang tumbang tergeletak tak berdaya. Hidup segan, mati pun segan. Apa alasannya? 

Ketika salah satu mesin perang dihancurkan (lebih tepatnya digoyang jatuh, karena tidak sepenuhnya hancur), muncul adegan menjijikkan. Alien keluar dari mesin bersamaan dengan muntaber (muntah dan ber**ak) mereka. Nafas mereka juga sesak ngos-ngosan. Entah apa yang merasuki alien. 

Di akhir film, sang narator dengan suara fenomenal, yaitu Morgan Freeman, membeberkan alasan hal itu terjadi. Ya sudah diberikan di awal tulisan kok. 

Dari saat alien tiba, menghirup udara bumi, makan makanan bumi dan minum air bumi, mereka telah ditakdirkan untuk mati. Setelah semua senjata dan peralatan manusia gagal, alien digagalkan dan dihancurkan oleh makhluk terkecil yang Allah berikan dalam hikmatnya di bumi ini. Dengan korban satu miliar kematian, umat manusia telah mendapatkan kekebalannya, haknya untuk bertahan hidup di antara organisme tak terbatas di planet ini. Dan hak itu adalah hak kita melawan semua tantangan. Karena manusia tidak hidup atau mati dengan sia-sia. 

Artinya, yang paling berperan mengalahkan serbuan alien dan mesin perang mereka bukanlah manusia, rudal, bom, F-15, atau F-16. Melainkan bakteri dan virus yang ada di setiap sudut planet bumi. Bakteri dan virus yang ada di udara, air, dan benda apapun. Microba everywhere. Udara yang mereka hirup, air yang mereka minum, tanah yang mereka pijak, manusia yang mereka temui, dan bahkan debu yang mereka sentuh. Segala mahluk sel dan mikroba yang sudah 'open-house' di bumi sejak jutaan tahun lalu. 

Nah, kenapa judul tulisan ini 'Ada di Sini dan Ada di Sana'? 

Masih berkutat di bakteri, saya tersadar akan beberapa tulisan yang pernah saya baca. Bahwa hati (perasaan, mood) dan pikiran manusia juga dipengaruhi oleh mikroba yang ada di dalam tubuh kita. Ok, sebentar, mungkin kejauhan. Kita mulai pelan-pelan. Bagi kita yang pernah nonton iklan Yakult, pasti tahu dong kalau di perut manusia ada mahluk hidup lain seperti contohnya bakteri. Konon kabarnya bakteri ini sudah ada sejak manusia berada di dalam kandungan ibunya dan konon katanya, bakteri yang membantu pencernaan itu telah diimpor dari si ibu hamil yang mengandung bayi manusia. Jangankan untuk bakteri miksroskopis tak kasat mata, buat yang pernah mengalami cacingan dan minum obat cacing, pasti paham kalau cacing parasit juga dapat bersemayam di perut manusia. Mungkin ketika ada orang yang lapar dan berkata "cacing di perutku udah manggil" ada benarnya. Mungkin bukan cacing, lebih tepatnya, tapi bakteri yang ada di dalam perut sana. 

Menurut saya, selain aktifitas asam lambung yang bereaksi ketika beberapa jam belum makan, ada juga faktor 'panggilan' dari para bakteri. Bisa saja bakteri mengeluarkan zat tertentu atau 'kentut' enzim tertentu yang menyebabkan kita merasa lapar, karena mereka juga lapar. Atau mungkin ketika bakteri mulai bermatian karena tidak ada yang mau dikonsumsi dari dalam perut, terdapat zat-zat yang berkurang dari perut kita dan mengakibatkan sensasi rasa 'kosong' pada perut. Alhasil kita pun merasa lapar dan jadi marah-marah. 

Lalu ketika kita telah kenyang dan merasa 'bego' dan ngantuk, apakah serta merta oleh tekanan darah dan kelelahan di siang hari saja? Kita merasa kenyang 'bego' dan ngantuk di saat yang bersamaan ketika bakteri di dalam perut kita punya sesuatu untuk diolah dan mereka pun beraktifitas. Apakah cuman kebelutan? 

Nah itu masih di area usus. Apakah usus satu-satunya bagian tubuh tempat bakteri hinggap? Apa hanya perut yang dipengaruhi oleh aktifitas mahluk lain? 

Bagaimana dengan pemikiran dan perasaan kita? 

Bagaimana dengan pengendalian emosi dan daya pikir kita? 

Apakah memiliki kisah yang sama dengan usus dan bakteri di dalamnya? 

Mungkin ada dari para pembaca yang pernah dengar istilah 'we are what we eat'. Mungkin bisa lihat video ini https://www.youtube.com/watch?v=TLpbfOJ4bJU . Kita adalah apa yang kita makan. Keadaan kita tergantung pada apa yang kita makan. Mungkin pula anda pernah dengar apabila komposisi karbohidrat a.k.a. gula terlalu banyak, maka akan menjadi reaktif namun tidak sabaran. Sedangkan ketika komposisi protein tinggi, akan lebih sabar namun jadi terkesan lambat. Correct me if I am wrong. 

Well well, saya bukan ahli gizi by the way. 

Tapi yang pasti, menurut saya, selain reaksi dari asam lambung dan enzim dalam tubuh terhadap karbohidrat dan protein, atau kalsium, ada pula reaksi dari bakteri dalam tubuh kita yang sekian persen memiliki pengaruh atas arah pikir dan keadaan pengendalian emosi kita. 

Masak iya bakteri dan virus bisa bikin kita demam panas, menggigil dingin, mules, gatal-gatal, namun tidak ada efek sama sekali ke pikiran dan emosi kita?

Ya sudahlah, yang ingin saya sampaikan pada tulisan ini adalah menjelaskan bahwa sebenarnya ada mahluk tak kasat mata yang sebenarnya adalah penguasa bumi. Bukan hanya penguasa, namun juga pengendali bumi dan penghuninya. Well, secara ilmiah sih gitu. 

Pastinya, saya bukan ahli gizi.

Bukan ahli mikroba.

Saya juga bukan PhD. di bidang corona dari universitas whatsap.

Stay safe, for everyone whom I love and hate. #jagajarak #physicaldistancing #socialdistancing 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun