Mohon tunggu...
Samuel Stanleycen
Samuel Stanleycen Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Penulis dengan berbagai cerita

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Dampak Besar Pencemaran Sungai di Bengkulu Akibat Industri Karet dan Kelapa Sawit

13 Juni 2023   11:09 Diperbarui: 13 Juni 2023   11:11 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

DAMPAK BESAR PENCEMARAN SUNGAI DI BENGKULU AKIBAT INDUSTRI KARET DAN KELAPA SAWIT

Samuel Stanleycen / 31210393

Program Studi Biologi, Fakultas Bioteknologi,

Universitas Kristen Duta Wacana, Yogyakarta

PENDAHULUAN

Bengkulu merupakan provinsi yang sedang menagalami perkembangan pesat di bidang industri kelapa sawit dan karet. Pada Kabupaten Bengkulu Tengah, khususnya Desa Talang Empat mengalami kemajuan pesat pada bidang industri karet. Terdapat dua pabrik karet, yaitu PT. Batang Hari yang memiliki luas 92.500  dan PT. Bukit Angkasa Makmur yang memiliki luas 33.552 , dan merupakan penampung hasil perkebunan karet masyarakat lokal. Tentu saja hal ini memberikan dampak positif pada masyarakat dengan memajukan perekonomian mereka dan menurunkan angka pengangguran. Terlebih lagi pabrik tersebut mampu memproduksi crump rubber sebanyak 800 ton per bulannya dengan jam operasi 16 jam per hari. Karena hal ini pun infrastruktur daerah tersebut semakin maju dan berkembang diaerah sekitar pabrik.

Namun tentu saja dalam sebuah industri menghasilkan limbah buangan yang dapat berupa limbah cair, limbah padat, dan limbah udara. Dari kedua PT tersebut menghasilkan limbah yang baunya tidak sedap sehingga mengganggu kenyamanan warga sekitar. Sisa-sisa karet, plastik, endapan, dan lainnya terlihat tidak diolah dengan baik oleh pihak perusahaan bahkan ada juga yang langsung dibuang melalui sungai. Parahnya lagi limbah cair berupa limbah minyak hasil dari pengolahan karet mentah langsung dibuang di area sungai yang tidak jauh dari pabrik tersebut. Tentu saja dampak tersebut dapat kita lihat langsung dengan adanya perubahan warna air sungai dan baunya yang tidak sedap.

Aktifitas pabrik yang membuang limbah cair ke Sungai Air Bengkulu yang berada di hulu DAS sangat mempengaruhi ekosistem sungai tersebut disamping juga mencemari sumber air PDAM. Ada 3 indikator dalam pencemaran sungai, yaitu fisik, kimia, dan juga biologi (Azwir, 2006). Hasil dari setiap limbah buangan memiliki kadar limbah yang berbeda-beda, tentu saja polutan dalam air dapat berupa pathogen atau bakteri (Sugiharto, 1987). Untuk membuang limbah ke badan air, kita memerlukan baku mutu lingkungan yang merupakan standar atau batasan lingkungan (Suratmo, 2002). Baku mutu air di Indonesia terbagi menjadi empat golongan, yaitu golongan I, II, III, dan IV. Dari masalah ini, dapat diketahui seberapa besar pencemaran yang telah terjadi akibat pembuangan limbah cair produksi dari karet mentah.

METODE PENELITIAN

Diperlukan program monitoring agar lingkungan yang telah tercemar dapat kembali menjadi asri. Data primer yang berupa sampel air sungai diambil dari 4 titik berbeda, yang telah ditinjau melalui lokasi yang terlihat dari google maps, yaitu:

  • Titik 1 berada sebelum PT. Batang Hari.
  • Titik 2 berada di antara PT. Batang Hari dan PT. Bukit Angkasa Makmur.
  • Titik 3 berada di belakang pabrik PT. Bukit Angkasa Makmur.
  • Titik 4 disekitar daerah PDAM Desa Surabaya.

Ada pun parameter yang akan diukur yaitu BOD, COD, pH, TSS, dan Ammonia. Tentu saja hasil yang diharapkan mampu menyesuaikan dengan baku mutu air yang berlaku di Indonesia, sebagai berikut:

 

Untuk melakukan monitoring ini kita perlu melakukan pengulangan di 4 titik yang berbeda guna mendapatkan hasil yang terbaik. Dalam desain sampling akan dilakukan monitoring pada hari ke-0, 2, 4, 6, dan 8. Hasil dari pengulangan ini nantinya akan dilihat dan dipelajari agar mengetahui langkah apa yang akan diambil untuk mengurangi pencemaran yang ada

 

PEMBAHASAN

 

Pengukuran BOD dan COD dilakukan untuk melihat kadar oksigen terlarut dalam air dan melihat organisme yang hidup didalamnya. Hal ini tentu sangat penting untuk mengetahui apakah hewan dan tanaman dapat hidup disekitarnya. Jika BOD dan COD terlalu rendah dapat mengakibatkan rusaknya ekosistem yang ada didaerah tersebut sehingga hewan bahkan tanaman sulit tumbuh dan berkembang disana. Untuk perhitungan TSS, hampir sama dengan pengukuran diatas, namun jika padatan tersuspensi total yang melebihi baku mutu dapat menyebabkan terganggunya proses fotosintesis pada tanaman. Hal ini disebabkan karena cahaya sulit masuk atau terhambat masuk kedalam air dan juga akan menghambat pertumbuhan hewan didalamnya karena kadar oksigen terlarutnya akan rendah (Salmin, 2005). Parameter pH air atau derajat keasaman air menjadi salah satu hal yang penting juga. Jika derajat keasaman air terlalu rendah akan mengindikasikan air tersebut bersifat asam dan tidak dapat dikonsumsi karena menyebabkan korosi pada logam. Air yang terlalu asam dapat mengikis jaringan kulit yang dapat berakibat fatal jika dikonsumsi (Sari, 2014). Ammonia merupakan senyawa yang biasa terkandung pada perairan alami, namun jika kadar ammonia terlalu tinggi dapat menyebabkan hewan mati lemas karena akan menurunkan konsentrasi oksigen yang terkandung dalam air (Hibban, 2016).

 

KESIMPULAN 

 

Dalam penelitian ini, kita akan mencari solusi apa yang paling tepat untuk mengurangi pencemaran yang ada. Kasus pembuangan limbah cair secara sembarangan ini sangat sering kita jumpai di beberapa pabrik. Sehingga seharusnya sebelum dibuang ke badan air, limbah tersebut dapat diolah terlebih dahulu. Pengolahan limbah ini berfungsi untuk mengurangi pencemaran limbah sehingga sesuai dengan baku mutu air, dan barulah bisa dibuang ke badan air. Selain itu, agar lingkungan tidak lagi tercemar dengan limbah-limbah yang ada, dapat dilakukan sistem monitoring secara berkala. Hasil dari monitoring inilah yang menjadi acuan kita nanti, apakah sungai tersebut masih tercemar atau tidak.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

            Azwir. (2006). Analisa Pencemaran Air Sungai Tapung Kiri Oleh Limbah Industri Kelapa Sawit PT. Peputra Masterindo Di Kabupaten Kampar. Semarang: Universitas Diponegoro.

 

Hibban, M. (2016). Studi Penurunan Konsentrasi Amonia Dalam Limbah Cair Domestik Dengan Teknologi Biofilter Aerobmedia Tubular Plastik Pada Awal Pengolahan.

 

Salmin. (2005). Oksigen Terlarut dan Kebutuhan Oksigen Biologi Sebagai Salah Satu Indikator untuk Menentukan Kualitas Perairan. Jakarta: LIPI.

 

Sari, M. (2014). Pengaruh Salinitas terhadap Kegiatan Budidaya Perairan. Surabaya: Airlangga University Press.

 

Sugiharto. (1987). Dasar-dasar Pengolahan Air Limbah. Jakarta: Universitas Indonesia.

 

Suratmo, F. (2002). Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun