Mohon tunggu...
Samuel Edward
Samuel Edward Mohon Tunggu... Seniman - Pecinta dunia literatur, pecinta kopi, pecinta satwa khususnya anjing, pecinta alam. Dan semua itu dalam stadium 4 dan grade 4!

Tugas yang kuemban adalah membawa dan membuat mulia nama Bos-ku di mana pun aku hidup, apa pun yang aku lakukan, kepada siapa pun yang aku temui, kapan pun waktu dan kesempatannya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Seni adalah Kehidupan

27 Agustus 2018   20:27 Diperbarui: 27 Agustus 2018   20:52 849
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jadi kita sudah mendapat jawaban lengkap bagi pertanyaan di awal tulisan tadi.

Yang perlu ditambahkan adalah bahwa dari seni kita dapat belajar: pertama, mahakarya-mahakarya dari berbagai megaaliran seni itu saja ada penciptanya, ada otak brilyan di belakangnya, apalagi alam semesta dan isinya serta kehidupan di dalamnya; betapa tolol manusia yang berpikir bahwa semua itu terjadi hanya secara kebetulan, sampai tidak mau mengakui adanya Pencipta Agung.

Kedua, untuk pertanyaan: apakah ada yang disebut karya seni yang bermoral, jawabannya: ada! Pencipta tidak dapat menciptakan sesuatu yang sederajat dengan dirinya.

Ia hanya dapat menciptakan sesuatu yang derajatnya lebih rendah. Tuhan tidak dapat menciptakan tuhan yang lain.

Begitu pula manusia, makhluk bermoral, tidak dapat menciptakan makhluk bermoral lainnya. Hanya Tuhan yang dapat menciptakan makhluk bermoral, sekaligus karya seni teragung: manusia!

Yang terakhir dan terpenting: seni mengingatkan, manusia, makhluk yang harusnya bermoral, yang adalah puncak karya seni tertinggi ilahi, yang semula diciptakan sempurna, kini sudah cacat, bejad total, tidak mampu lagi mengenal dan memenuhi standar yang ditetapkan Penciptanya; betapa sesungguhnya manusia sudah tanpa pengharapan; dan itu semua karena dosa.

Agama, budaya, filsafat, ilmu-pengetahuan dan teknologi tidak sanggup memulihkan manusia kembali. Yang dibutuhkan manusia adalah juruselamat. Hanya Sang Mahapencipta sendiri yang mampu dan layak menjadi juruselamat. Dan itu sudah dilakukan-Nya dua milenia yang lalu.

Yang harus manusia lakukan hanyalah menerima tindakan penyelamatan itu, percaya dan mempercayakan dirinya pada Sang Juruselamat, jika tidak ingin binasa kekal pada hari penghakiman kelak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun