Anda pernah bertanya-tanya seperti judul saya di atas? Saya sering. Saking seringnya, lama-lama saya merasa bodoh juga, kurang paham apa itu "bodoh" (plus sanak-familinya yang lain, seperti "bego", "tolol", "goblok"), duspake mikirin pertanyaan bodoh itu pula. Lucunya, kata yang kurang saya mengerti karena begitu bodohnya saya itu justru kerap saya pakai untuk mengatai orang (termasuk diri sendiri, lebih sering malah!).
Tapi setolol-tololnya saya, ada juga kesimpulan yang kesampaian.
Pertama, orang bisa disebut bodoh kalau dia tertimpa retardasi mental. Debil, embisil, idiot. IQ-nya jauh di bawah normal akibat cacat pada otak yang didapatnya sewaktu dalam kandungan, atau oleh hal-hal lain yang membuat perkembangan otaknya terhambat.
Bodoh juga dapat berarti tidak tahu. Pernah suatu saat sepasang teman saya yang berpacaran ribut. Sang arjuna, kebetulan satu kos dengan saya, hendak curhat. Tapi belum ada tiga kalimat pembuka dia bicara, srikandinya menelepon saya.
Tanpa menjelaskan dulu duduk perkaranya, si gadis langsung mencerocos di sela isak-tangisnya tentang kekesalannya pada si pria.
Selesai menumpahkan isi hati penuh emosional itu, dia langsung menutup telepon. Saya maklum, mungkin dia ingin menenangkan diri.
Sudah itu, teman saya itu langsung menanyakan apa yang dikatakan pacarnya. Saya kasih tahu saja apa adanya.
Eh, malah gantian dia yang mengumpat-umpat. Busyet dah! Saya terbengong, merasa seperti orang tolol, mendapati diri terjebak di tengah-tengah dua orang yang sedang berselisih, tapi tidak tahu masalahnya apa.
Kita juga akan merasa bodoh jika kita tidak menguasai atau tidak mengerti sesuatu.
Bayangkan seandainya dalam suatu perjalanan, kita (amit-amit) mengalami insiden kapal terdampar atau pesawat jatuh di daerah yang sama sekali asing.
Kemudian kita berjumpa dengan penduduk asli setempat. Mereka mengatakan sesuatu tapi kita tidak mengerti bahasanya. Saat itu kita bakal merasa dungu sekali, karena kita berada di kerumunan orang banyak tapi hanya kita yang tidak mengerti satu patah katapun.