Banyak definisi "sukses" atau "kesuksesan". Namun, sebetulnya, cuma satu benang-merah dari seluruh definisi yang ada. Yaitu, tercapainya tujuan secara paripurna. Tetapi, justru di sinilah terletak permasalahannya!
Jika kita salah menentukan tujuan dari suatu misi atau kegiatan yang hendak kita kerjakan, maka andaikata misi tersebut dapat kita rampungkan dan tujuan kita tercapai, "kesuksesan" yang kita raih pastilah kesuksesan yang salah kaprah!
Berapa banyak dari kita yang berpikir bahwa kita harus mencari nafkah dengan cara bekerja? Bisa dipastikan, hampir semua orang di dunia ini memegang paradigma semacam itu. Salahkah? Tentu saja tidak. Namun, apakah memang tujuan manusia bekerja adalah untuk mencari nafkah? Jika iya, mengapa banyak dari kita yang tidak puas dengan penghasilan yang cuma cukup untuk memenuhi semua kebutuhan primer, sekunder, dan tersier? Bukankah saat itu kita seharusnya merasa sudah sukses?
Jikalau demikian, sepertinya benar anggapan sebagian besar orang di dunia ini bahwa kesuksesan itu identik dengan kekayaan. Sehingga, untuk menjadi sukses, kita pun menentukan tujuan lain dari bekerja. Yakni, untuk memperoleh harta dan uang sebanyak-banyaknya, alias menjadi kaya. Taruh kata asumsi semacam itu benar, pertanyaannya: kenapa banyak sekali orang kaya yang tidak bahagia hidupnya, malah tidak bahagia juga dengan pekerjaannya?
Memang, tidak bisa dipungkiri, sangat mungkin terjadi, orang yang menetapkan tujuan yang benar dalam bekerja, dan kemudian sukses, bisa tetap merasa tidak puas. Tetapi, justru itulah yang bagus! Ketidakpuasan itu justru mendorong yang bersangkutan untuk menentukan tujuan yang lebih besar lagi dan termotivasi untuk meraih kesuksesan yang lebih tinggi lagi. Dan, yang pasti, dia tidak akan merasa tidak bahagia, baik terhadap hidupnya maupun pekerjaannya!
Kalau begitu, apa tujuan kita bekerja selama kita hidup di dunia ini? Hanya ada satu. Dan, sebetulnya, kita semua secara naluriah telah menyadarinya. Hanya saja, kebanyakan manusia sudah tidak peka lagi akan nalurinya sendiri. Sehingga, tidak menyadari bahwa tujuan kita bekerja ialah untuk meningkatkan mutu kehidupan! Semua macam kehidupan! Baik kehidupan diri kita sendiri maupun kehidupan di sekeliling kita. Baik kehidupan keluarga dan orang-orang terdekat kita serta semua orang yang kita kenal maupun kehidupan banyak orang lain yang tak kita kenal namun bersentuhan dengan pekerjaan kita. Baik kehidupan sesama manusia maupun kehidupan makhluk lainnya.
Kalau kita bekerja dengan tujuan ini, maka sudah pasti kita juga ingin meningkatkan taraf hidup diri dan keluarga kita dengan cara mencari semaksimal mungkin nafkah guna memenuhi seluruh kebutuhan hidup. Cuma, tidak berhenti sampai di situ. Sebab, dengan mudahnya kita akan menjumpai orang-orang di sekeliling kita yang kualitas hidupnya masih rendah. Fakta tersebut akan memotivasi kita untuk membantu mereka untuk bertumbuh-kembang lewat pekerjaan kita. Kita pun bakal bekerja lebih giat lagi. Dan, sebagai konsekuensinya, penghasilan kita pun bertambah. Cepat atau lambat, jika pada usaha gigih kita itu kita tambahkan kearifan dalam mengelola aset dan keuangan, maka uang dan harta-benda kita pun menjadi kian bertambah banyak. Kita menjadi kaya!
Namun, sekiranya ketika membaca paragraf di atas, ada dari kita yang berpikir bahwa hal-hal yang disebutkan itu lebih mudah diwujudnyatakan oleh orang yang bekerja secara mandiri alias berwirausaha, maka itu adalah pemikiran yang tepat sekali!
pasti, sama sekali tidak ada salahnya bekerja pada/untuk orang lain, di mana kita berada di bawah komando orang lain dan menerima bayaran rutin. Apakah dengan bekerja pada orang lain, kita lantas menjadi tidak mampu meningkatkan kualitas kehidupan orang lain selain diri dan keluarga kita sendiri, apalagi sampai meningkatkan mutu kehidupan satwa dan tumbuhan? Tentu saja kita tetap punya kemampuan!
Seorang customer service bank dapat membuat nasabahnya mendapatkan solusi keuangan yang memuaskan. Seorang petugas di kebun binatang bisa membuat para satwa di tempatnya bekerja itu menjadi lebih sehat dan bugar karena ia merawat dan memperlakukan mereka dengan sangat baik. Seorang petugas di sebuah taman dapat membuat tetumbuhan seisinya menjadi lebih asri dan segar dengan perawatannya yang sepenuh hati.
Hanya saja, memang jika bekerja secara wirausaha, kita akan jauh lebih optimal lagi meningkatkan mutu kehidupan! Ruang gerak kita dalam menetapkan target, memutuskan tindakan, dan lain sebagainya menjadi lebih besar karena usaha yang di dalamnya kita bekerja itu adalah milik kita sendiri.
Wirausaha yang sukses adalah semua kegiatan usaha yang mampu menaikkan taraf hidup semua orang dan makhluk yang berkontak langsung dengannya. Jadi, wirausahawan yang sukses ialah orang yang bisa membuat orang lain dan lingkungannya menjadi "lebih hidup" dengan kegiatan wirausahanya.
Biasanya, setiap kali kita menyinggung soal "menaikkan derajat hidup" dalam wacana wirausaha, yang terpikir pertama kali oleh kita ialah daya serap tenaga kerja. Itu tidak salah, sebab memang salah satu indikasi wirausaha yang sehat adalah tingginya kemampuan wirausaha bersangkutan dalam menyerap tenaga kerja. Itu sebabnya, Indonesia membutuhkan banyak sekali wirausaha yang sehat. Tidak hanya wirausaha baru yang perlu dibangkitkan dan difasilitasi, wirausaha lama pun membutuhkan dukungan Pemerintah dan Negara untuk diberdayakan agar bisa lebih maju lagi. Semua itu demi membantu mempercepat pengurangan angka pengangguran.
Atau, yang muncul di benak kita bilamana mendengar tentang wirausaha yang meningkatkan kualitas hidup ialah CSR (Corporate Social Responsibility), yaitu bantuan dari sebuah badan usaha kepada masyarakat di sekitar kawasan perusahaan tersebut berada. Bisa berupa pembangunan fasilitas umum, seperti sekolah, jalan, dan tempat ibadah. Bisa juga berupa sarana penunjang, semisal pembangunan sumur, pengadaan listrik, dan pengadaan sarana telekomunikasi. Dan itu memang benar merupakan sebuah bentuk upaya peningkatan kualitas kehidupan. Bahkan, sebenarnya sudah merupakan kewajiban moral.
Namun, wirausaha yang sukses tidak melulu hanya mengenai menjadi padat karya dan mengadakan usaha CSR belaka. Yang tak kalah penting ialah kemestian sebuah wirausaha menghasilkan produk-produk yang berkualitas dan ramah lingkungan. Produk yang tahan lama, handal, dan mampu menjawab berbagai kebutuhan, pasti akan membuat konsumen bukan hanya puas tetapi juga diuntungkan karena bisa menghemat, tidak perlu sebentar-sebentar membeli barang yang sama akibat lekas rusaknya produk yang ia beli.
Pula, wirausaha yang sehat dan sukses adalah yang dapat membangkitkan wirausaha berikutnya! Semestinya, wirausaha tidak hanya mendidik masyarakat sekitar tetapi yang lebih penting lagi adalah mendidik tenaga kerjanya sendiri dalam hal kewirausahaan supaya mereka pun memiliki kemampuan untuk mendirikan wirausaha sendiri juga. Tidak mesti wirausaha yang bergerak dalam bidang yang sama. Bahkan, semakin beragam jenis wirausaha baru yang berdiri sebagai hasil dari stimulus, motivasi, inspirasi, dan edukasi oleh sebuah wirausaha, justru semakin bagus! Berarti, mereka yang mendirikan wirausaha baru itu bukan sekadar menjiplak ide, melainkan memang terinspirasi dan tersadarkan oleh banyaknya keuntungan dalam kegiatan wirausaha, serta benar-benar teredukasi dengan baik oleh mentornya dalam hal teknik-teknik wirausaha.
Wirausaha dan wirausahawan yang sukses secara sehat semacam itu patut diapresiasi dan terus disokong. Tidak hanya Pemerintah, kita semua pun bisa melakukannya. Salah satunya adalah dengan cara mengajukan wirausahawan seperti itu sebagai kandidat penerima Danamon Entrepreneur Award 2017 di https://www.danamonawards.org/tentang-awards.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H