Mohon tunggu...
Samuel Edward
Samuel Edward Mohon Tunggu... Seniman - Pecinta dunia literatur, pecinta kopi, pecinta satwa khususnya anjing, pecinta alam. Dan semua itu dalam stadium 4 dan grade 4!

Tugas yang kuemban adalah membawa dan membuat mulia nama Bos-ku di mana pun aku hidup, apa pun yang aku lakukan, kepada siapa pun yang aku temui, kapan pun waktu dan kesempatannya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengembalikan Wirausaha kepada Tujuannya yang Benar

29 Oktober 2017   09:56 Diperbarui: 29 Oktober 2017   09:56 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Banyak definisi "sukses" atau "kesuksesan". Namun, sebetulnya, cuma satu benang-merah dari seluruh definisi yang ada. Yaitu, tercapainya tujuan secara paripurna. Tetapi, justru di sinilah terletak permasalahannya!

Jika kita salah menentukan tujuan dari suatu misi atau kegiatan yang hendak kita kerjakan, maka andaikata misi tersebut dapat kita rampungkan dan tujuan kita tercapai, "kesuksesan" yang kita raih pastilah kesuksesan yang salah kaprah!

Berapa banyak dari kita yang berpikir bahwa kita harus mencari nafkah dengan cara bekerja? Bisa dipastikan, hampir semua orang di dunia ini memegang paradigma semacam itu. Salahkah? Tentu saja tidak. Namun, apakah memang tujuan manusia bekerja adalah untuk mencari nafkah? Jika iya, mengapa banyak dari kita yang tidak puas dengan penghasilan yang cuma cukup untuk memenuhi semua kebutuhan primer, sekunder, dan tersier? Bukankah saat itu kita seharusnya merasa sudah sukses?

Jikalau demikian, sepertinya benar anggapan sebagian besar orang di dunia ini bahwa kesuksesan itu identik dengan kekayaan. Sehingga, untuk menjadi sukses, kita pun menentukan tujuan lain dari bekerja. Yakni, untuk memperoleh harta dan uang sebanyak-banyaknya, alias menjadi kaya. Taruh kata asumsi semacam itu benar, pertanyaannya: kenapa banyak sekali orang kaya yang tidak bahagia hidupnya, malah tidak bahagia juga dengan pekerjaannya?

Memang, tidak bisa dipungkiri, sangat mungkin terjadi, orang yang menetapkan tujuan yang benar dalam bekerja, dan kemudian sukses, bisa tetap merasa tidak puas. Tetapi, justru itulah yang bagus! Ketidakpuasan itu justru mendorong yang bersangkutan untuk menentukan tujuan yang lebih besar lagi dan termotivasi untuk meraih kesuksesan yang lebih tinggi lagi. Dan, yang pasti, dia tidak akan merasa tidak bahagia, baik terhadap hidupnya maupun pekerjaannya!

Kalau begitu, apa tujuan kita bekerja selama kita hidup di dunia ini? Hanya ada satu. Dan, sebetulnya, kita semua secara naluriah telah menyadarinya. Hanya saja, kebanyakan manusia sudah tidak peka lagi akan nalurinya sendiri. Sehingga, tidak menyadari bahwa tujuan kita bekerja ialah untuk meningkatkan mutu kehidupan! Semua macam kehidupan! Baik kehidupan diri kita sendiri maupun kehidupan di sekeliling kita. Baik kehidupan keluarga dan orang-orang terdekat kita serta semua orang yang kita kenal maupun kehidupan banyak orang lain yang tak kita kenal namun bersentuhan dengan pekerjaan kita. Baik kehidupan sesama manusia maupun kehidupan makhluk lainnya.

Kalau kita bekerja dengan tujuan ini, maka sudah pasti kita juga ingin meningkatkan taraf hidup diri dan keluarga kita dengan cara mencari semaksimal mungkin nafkah guna memenuhi seluruh kebutuhan hidup. Cuma, tidak berhenti sampai di situ. Sebab, dengan mudahnya kita akan menjumpai orang-orang di sekeliling kita yang kualitas hidupnya masih rendah. Fakta tersebut akan memotivasi kita untuk membantu mereka untuk bertumbuh-kembang lewat pekerjaan kita. Kita pun bakal bekerja lebih giat lagi. Dan, sebagai konsekuensinya, penghasilan kita pun bertambah. Cepat atau lambat, jika pada usaha gigih kita itu kita tambahkan kearifan dalam mengelola aset dan keuangan, maka uang dan harta-benda kita pun menjadi kian bertambah banyak. Kita menjadi kaya!

Namun, sekiranya ketika membaca paragraf di atas, ada dari kita yang berpikir bahwa hal-hal yang disebutkan itu lebih mudah diwujudnyatakan oleh orang yang bekerja secara mandiri alias berwirausaha, maka itu adalah pemikiran yang tepat sekali!

pasti, sama sekali tidak ada salahnya bekerja pada/untuk orang lain, di mana kita berada di bawah komando orang lain dan menerima bayaran rutin. Apakah dengan bekerja pada orang lain, kita lantas menjadi tidak mampu meningkatkan kualitas kehidupan orang lain selain diri dan keluarga kita sendiri, apalagi sampai meningkatkan mutu kehidupan satwa dan tumbuhan? Tentu saja kita tetap punya kemampuan!

Seorang customer service bank dapat membuat nasabahnya mendapatkan solusi keuangan yang memuaskan. Seorang petugas di kebun binatang bisa membuat para satwa di tempatnya bekerja itu menjadi lebih sehat dan bugar karena ia merawat dan memperlakukan mereka dengan sangat baik. Seorang petugas di sebuah taman dapat membuat tetumbuhan seisinya menjadi lebih asri dan segar dengan perawatannya yang sepenuh hati.

Hanya saja, memang jika bekerja secara wirausaha, kita akan jauh lebih optimal lagi meningkatkan mutu kehidupan! Ruang gerak kita dalam menetapkan target, memutuskan tindakan, dan lain sebagainya menjadi lebih besar karena usaha yang di dalamnya kita bekerja itu adalah milik kita sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun