Sesosok perempuan sedang membuat teh
jarinya menari di antara gelas tanah liat
peluhnya bercampur uap air yang mendidih di atas tungku
matanya cerah jauh sebelum fajar merekah
Secangkir teh kembali kau sajikan untukku
ini sudah yang ke berapa kali
dia tak pernah menghitungnya...
"jangan kau pancing aku untuk mengeluh", katamu lembut
Pagi ini kutatap kau tanpa puas
tidak pernah mampu berhenti mengagumi
tangan cekatan yang bekerja dalam diam
Bahkan aku tak berani mengukur seberapa dalam cinta yang kau miliki
hampir satu dekade berlalu, siang berganti menjadi malam dan menjadi siang lagi
Kau masih sama, mengorbankan usia bagi mereka yang kau sayangi
Maka paling tidak ijinkanlah
kulampiaskan rasa ini dalam sebuah sajak
sambil menikmati kembali aroma jiwa yang murni
Jika berkenan, luangkanlah sedikit saja waktu
aku ingin menghiburmu
meskipun getir malu ini tak mampu menyatu dalam manisnya teh mu
Berkenanlah engkau melihat bayangan kita pada sisa teh di dasar gelas
sudilah merahasiakan kehangatan yang kau temukan di sana.
Jakarta, 13 Februari 2019
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI