Menjelang sore hujan datang
gemuruhnya memaksaku sejenak berhenti
melihat langit, Â wajahku ada di sana
Aku masih kuat pikirku,
masih berani mempermainkan takdir
Bergurau aku pada rintiknya yang jatuh di ujung sepatu
sampai kapan kita sanggup bercanda dengan luka
Bukankah tawaku membuatnya makin terbuka
tanyaku 'tak terjawab angin dingin yang pergi
Kini hujan makin menggila
menghanyutkan semua catatan diri yang tak pernah selesai
Bahkan untuk memulainya pun aku harus berdebat terus,
dengan titik koma ilusi dan mimpi
Kemana perginya keyakinan?
Aku bahkan tidak pernah mengenalnya
Â
Hujan mulai berhenti
Kutelusuri sendiri jalan yang basah
Di setiap langkah berharap dapat kulepaskan
letih yang terus menempel di telapak kaki
sambil kupungut satu persatu memori yang tersisa, masih berserakan
Bahagia atau sedihkah aku saat ini, aku tak peduli.
Tiba-tiba aku rindu hujan kembali datang
untuk membasuh semua pertanyaan
dan berharap kembali menjadi Aku
Ya, Aku dan hujan
hanya ada kami saling metatap.
[Jakarta, Desember 2018]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H