Memasuki desa, kami disambut dengan gapura yang bertuliskan, “Horas! Desa Adat Ragi Hotang, Meat”.
Terlihat deretan Ruma Bolon (rumah adat Batak Toba) yang mengeluarkan aroma sakral dan kuno serta berbagai gorga (pola ukiran pada rumah adat Batak Toba) menghiasinya. Wulan menjelaskan bahwa desa inilah adalah sentra ulos berjenis ragi hotang yang sudah berdiri selama ratusan tahun.
Salah satu hal yang membuat aku tercengang adalah di setiap rumah yang ada di Desa Adat Ragi Hotang, terdapat penenun. Paling tidak, setiap keluarga yang ada di desa ini memiliki satu alat tradisional menenun yang bernama hatulungan.
Langkah demi langkah mengelilingi desa ini, ada satu hal yang menarik perhatian. Hentakan alat tenun yang khas dan tumpukan gulungan benang warna-warni memanjakan alat indra. Kain tenun yang sudah jadi juga elok dilihat dan dipajang di depan rumah masing-masing.
Selain banyak namboru (sebutan untuk bibi) dan oppung boru (sebutan untuk nenek) yang menenun, tetapi dominasi dari anak-anak hingga pemuda juga tak kalah dalam turut menenun. Kemudian, naluri untuk menghampiri para anak-anak tersebut pun muncul.
“Horas, anggia! (Halo, adik-adik!)” sapaku dengan hangat.
Saya berkesempatan berbincang dengan anak-anak dan pemuda yang sedang bertenun di halaman rumahnya. Ada yang masih duduk di bangku SD, SMP, dan kebanyakan yang sudah SMK. Sembaring menggulung dan menyatukan benang dengan cepat menggunakan jari jemari, mereka berbagi kisah.
Ternyata, para belia yang menenun seperti mereka sudah menjadi tradisi di desa ini. Setiap orang tua senantiasa menurunkan cara menenun ke generasi selanjutnya. Selain untuk melestarikan budaya, kebudayaan ini juga bermotif ekonomi.
Menenun biasanya mereka lakukan sepulang sekolah. Para anak-anak ini bersama-sama serentak dan saling mengajak satu sama lain. Memang, rasa kekompakan dan kesamaan nasib membangun persatuan di antara mereka.
“Sudah jadi kebiasaan, Bang. Rame-rame lah kami. Biar ngga bosan, kami kumpul sambil bincang-bincang kayak gini, Bang.” jelas salah seorang anak disitu.