Mohon tunggu...
Samuel Luhut Pardamean S
Samuel Luhut Pardamean S Mohon Tunggu... Seniman - Seniman

" Cintailah apa yang anda Cintai, karna Cinta itu Kebenaran" - Samuel LPS

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jasmine

14 Oktober 2024   01:23 Diperbarui: 14 Oktober 2024   04:37 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

   Dari Cileungsi ia mampir ketempat temannya di kota Depok dan menitipkan motor Revonya dirumah temannya yang gendut itu, setelah menunggu teman nya yang gendut bersiap-siap merekapun berangkat kejakarta selatan. Kak Sem telah tiba di kantor setelah menembus jalanan yang cukup ramai, sendangkan aku sudah sampai dan sudah menunggunya sebelum ia berangkat dari rumah temannya yang gendut.


   Aku merasakan getaran yang luar biasa dari hentakan kakinya, ia memasuki ruangan dimana aku yang berada dimejaku sudah menantikannya.
    "Pagi Bu,"  Sapa kak Sem kepada ku


 Secara spontan aku sangat terkejut mendengar sapaannya yang manis itu, cukup gugup karna matanya menatap kearah mataku.
    "Pagi Pak," Kataku menyapanya kembali sambil tersenyum.

Deg.. deg... Deg ... Hati mereka sama-sama berdebar.

  Entah ada apa di hari kedua pertemuan mereka, sosok kak Sem yang selalu terhubung dengan Pi memanggil nya dengan sebutan Bu. Namun panggilan itu memang sengaja disebut oleh Sem kepada Pi, tatapan Sem lebih beda seakan ia melihat orang yang sebenernya dikenalnya. Sayangnya dia lupa.


   Dalam sekejap gerakan mereka agak kaku, seperti mereka sedang tersengat sebuah aliran listrik berjuta volt. Pikiran Sem dengan seketika mencoba mencari berkas-berkas file sosok yang dilihatnya, sebuah hasrat yang sangat pasti membuahkan hasil yang sangat komit. Pi mengamati Sem tak jauh jaraknya, tak lebih dari 2 meteran. Tiba-tiba saat Sem yang mencoba ingin mengenal sosok Pi terhentak sampai kekalbunya, sebuah perasaan muncul menggugah keindahan yang sedang dinikmatinya.


   "Entah kenapa rasa itu muncul?" tanya Sem dalam hatinya. Tatapan nya masih menjaga kecemasan yang tiba tanpa isyarat itu, "Huh' ia mencoba menghela nafasnya. Rasanya cukup sakit dan memilukan, bukan sekadar omongan bullshit namun benar nyata. Rasa itu tak dihiraukannya, tak seperdetik pikirannya bekerja mengkaji apa yang telah dilakukannya. 

Ia tersenyum kecil dan dilihat oleh Pi. Nampaknya sikap yang disikapi Sem benar bagi Sem sendiri, cukup awal yang baik memanggilnya "Bu". Pada dasarnya distruktural posisi Pi memang lebih tinggi dengan Sem, baginya panggilan itu akan menenangkan hatinya yang cukup gelisah saat pemandangan indah terhadap Pi.


  Tanpa banyak kata Sem pun meninggalkan ruangan itu, sendangkan Pi masih agak tertegun melihat sikap Sem yang seakan ada sesuatu yang coba disembunyikan nya. Sem menatap keatas langit, dilihatnya awan-awan yang indah banyak dilangit pagi itu. Katanya seperti bisik kecil; "Terjadilah kehendakMu Tuhan" ia memohon akan kekhawatiran perasaannya itu yang tiba-tiba muncul. Langkahnya cukup kecil, ia mencoba mengingat siapakah sosok Pi itu, sendangkan saat itu ia belum tahu siapa nama si Pi itu. 

Dalam pikirannya yang dipikirnya dengan matang-matang memberikan gagasan akan siklus yang cukup aneh baginya, bagaimana tidak pada saat Sem melihat Pi, ia merasa seakan mengenal sosok gadis manis berhijab itu. Membuat ia ingin mengenalnya secara personal, namun tanpa aba-aba sebuah perasaan akan takut kehilangan sosok Pi muncul dan itu cukup aneh baginya.


  "Apakah dia itu?" pikir Sem mengkaji sosok Pi yang belum dikenalnya, dan hanya baru ketemu 2 kali namun entah kenapa dia merasa sangat dekat sosok itu. Dia membualatkan tekadnya, meskipun adanya perbedaan diantara mereka tapi wanita ini membuat ia yakin akan sebuah jawaban dari banyak pertanyaannya tentang masa kecilnya yang sempat ia lupa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
  21. 21
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun