-Slank -- Atmosphere Ngeblues    -
Saat kubuka kacamata ku lihat ia begitu indah, penuh harapanku padanya
Saat kupakai kacamata ku lihat ia benar sangat sempurna
Kagum ku, selalu baru rasanya tiap saat. Kopi hitam yang dimuzizatkan itu menemaniku menikmati keindahannya penuh rasa syukur, aku tak menyangka akan bisa bertemu dengannya seperti ini.
Terdengar suara dari Once Mekel, membawakan lagu Dewa 19 -- Kangen. Saat itu aku diselimuti perasaan yang bercampur-campur, seakan sebuah kabut aku pun tenggelam didalamnya.
Hatiku penuh sukacita, rasanya kata-kata takkan cukup mendeskripsikan segala yang terasa. Kuingat matanya yang cokelat, membuat aku sangat berbangga hati mirip dengan mata ku juga yang berwarna cokelat. Tatapan dibawah alisnya yang tebal menghayutkanku kedalam mimpi-mimpi indah yang selalu ingin kuulang, membawaku hatiku menari-nari keladam lantunan yang sangat mengasyikan. Seakan tubuh ku bergoyang dibenakku, menari dalam kehangatan pelukannya.
Senyumku begitu manis ku rasakan memandanginya dalam pikirku, menggetarkan jiwaku yang kuakui sangat membutuhkannya. Wanginya begitu damai seperti aroma melati. Kusibukkan diriku sengaja memikirkannya, padahal ia tampak nyata terhubung denganku. Sejak kecil aku selalu sadar ia disisiku, tidak pernah hari-hariku suntuk saat bersamanya.Â
Ya walaupun dulu terkadang pernah seakan tak terlihat, apalagi saat ini yang kutahu ia membutakan dirinya sesaat. Buta tak melihat secara terhubung masa dan waktu, namun aku senang karna bibirnya yang seksi selalu mengatakan kejujuran. Ia berkata, bahwa ia selalu merasakan kehadiran ku.
Aku selalu bersama langkahnya, ia tak pernah meninggalkan ku meskipun saat ini kami hanya terhubung masa dan waktu. Suatu hal yang tak pernah kuinginkan ialah dimana aku tak melihatnya secara terhubung, entah kenapa yang pasti aku tahu, hatiku memang memilih dia. Dulu aku pernah tak melihatnya secara terhubung, bahkan aku seakan tak dapat merasakan kehadirannya.Â
Segalanya hampa bagiku saat itu, aku seperti dalam sebuah palungan atau jurang dalam laut yang sangat dalam. Penug kegegelapan yang sangat misterius, kucari aromanya keseluruhan penjuru namun tak dapat kutemukan. Harap dan doa-doaku kusampaikan, aku seakan sangat malu terhadap Tuhan saat tak kulihat dia. Seakan dia pergi meninggalkanku, namun sebagaimana kusadari aku hanya hamba Tuhan kucoba memohon. Langkah kaki ku penuh kegelisahan mencari, hati ku tak kaharuan begitu cemas tanpa kehadiran sosoknya.
Kutanyakan kepada saudariku, namun apa daya kami. Kami sama-sama merasakan rasa yang sama. Kucoba kuingat wajah dan senyumnya yang manis bagiku, namun tak bisa. Seperti seorang pemanjat tebing yang terpojok ditebing jurang, tanganku mencoba meraih sebuah pegangan namun batu tebing itu runtuh dan menjatuhkan ku kedalam jurang yang dalam.Â