Snow memandang cinta sebagai suatu pemantik kelemahan, dan ia menggunakannya sebagai senjata untuk menjatuhkan musuhnya.
Usai kehilangan Lucy Gray, Snow memulai kembali hidupnya dengan idealisme dan ambisi pribadi. Snow diundang untuk bekerja magang dengan Dr.Gaul sekaligus belajar di universitas. Snow pun kembali hidup makmur setelah menjadi anak asuh Plinth, orang tua Sejanus Plinth.
Hal ini membuktikan kutipan yang turun-temurun di keluarga Snow, “Snow lands on top”. Baik Snow yang merujuk pada keluarga Coriolanus pun snow yang merujuk pada salju, akan selalu berada di atas. Kutipan ini Snow ucapkan ketika ia menemui Dean Highbottom, kepala Academy, kawan lama ayah Snow sekaligus pencipta Hunger Games. Snow menunjukkan bahwa terlepas dari kecurangan, kejahatan, kelicikan, dan kecerdikan yang ia lakukan ia akan tetap meraih yang ia inginkan.
Coriolanus Snow, akhirnya berhasil juga menjadi Presiden Panem dan meneruskan Hunger Games. Coryo Snow yang semula tampak idealis, ragu-ragu, dan baik hati perlahan menjadi diktator licik dan cerdas.
Prekuel Hunger Game, The Ballad of Songbirds and Snakes, berhasil menceritakan tahap demi tahap seorang pelajar di Academy menjadi seorang diktator, Presiden Panem. Bahwa setiap hal yang ia lakukan memiliki alasan, dan semua yang ia katakan memiliki masa lalu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H