Snow, atau Coriolanus Snow, ialah tokoh penting dalam trilogi Hunger Games. Ia dikenal sebagai diktator yang menjadi kunci keberlangsungan Hunger Games.
PresidenTahun 2020, Suzanne Collins (penulis trilogi Hunger Games) menerbitkan novel prekuel Hunger Games, yang menceritakan masa muda Presiden Snow. Novel ini menjadi kejutan bagi penggemarnya dan terlebih lagi ketika diumumkan bahwa novel ini diadaptasi menjadi film oleh rumah produksi dan sutradara yang sama dengan film trilogi Hunger Games.
Prekuel ini mengikuti Snow muda ketika ia menjadi mentor untuk 10th Hunger Games. 64 tahun sebelum Snow menjadi Presiden Panem dan pemberontakan yang dipimpin oleh Katniss Everdeen.
Program mentor di Academy
Sepeninggalan ayahnya, Coriolanus (Coryo) Snow hidup secara pas-pasan bersama nenek dan sepupunya. Di Academy, Snow menjadi salah satu yang terbaik, ia bahkan berpotensi untuk memenangkan hadiah utama bagi lulusan terbaik, yaitu The Plinth Prize.
Snow berharap banyak untuk memenangkan The Plinth Prize yang nominalnya cukup untuk membiayai universitas dan keluarganya. Tak diduga, sebuah program baru diperkenalkan oleh Dr. Gaul sebagai kepala Gamemaker di Hunger Games. The Plinth Prize yang tadinya dapat dimenangkan oleh lulusan terbaik, kini dapat dimenangkan oleh mentor dari tribute (pemain di Hunger Game) yang menang.
Coryo Snow dan 23 temannya yang menduduki peringkat teratas, ditugaskan untuk menjadi mentor atas tribute dari masing-masing Distrik. Snow mendapat tribute perempuan dari Distrik 12, Lucy Gray Baird.
Coryo Snow memberikan sebuah proposal kepada Dr.Gaul perihal bagaimana agar masyarakat mau menonton Hunger Game, ialah dengan membuat masyarakat empati dan memfavoritkan tribute. Proposal ini dipandang jenius, dan dilaksanakan pada 10th Hunger Game. Terciptalah talkshow tribute dengan Lucretius Flickerman sebagai host pertama.
Ide Snow terbukti berhasil, ketika Lucy Gray menggaet hati penonton dengan nyanyiannya pada talkshow. Hal ini Lucy Gray lakukan atas permintaan Snow, terlepas dari pendiriannya yang akan bernyanyi ketika ia ingin menyampaikan sesuatu.
Talkshow ini terus dipertahankan pada Hunger Game berikutnya dengan tujuan yang sama, menarik empati dan sponsor untuk tribute. Pun hal ini bagai senjata makan tuan bagi Snow.
Pada 74th Hunger Game, banyak penonton berempati atas cerita romansa dua tribute dari Distrik 12, Peeta Mellark dan Katniss Everdeen. Empati ini kemudian menarik banyak sponsor yang “menyelamatkan” Katniss dan Peeta saat bertarung di arena. Keduanya menjadi favorit masyarakat Panem.