Kita sudah banyak membaca berita bahwa aparat tidak lagi main-main dalam menangani kasus seperti itu. Sudah puluhan orang masuk bui karena terciduk dan jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat di masa depan.
Tentu pihak dari Rizieq melihat hal ini juga dan memperkirakan bahwa tokoh sebesar dia akan sangat potensial untuk ikut diseret. Dan memang banyak pihak menganggap bahwa Rizieq sengaja ditarik ulur mengenai kepulangannya untuk menciptakan semacam tekanan psikologis bagi para pengikutnya. Bagi sebagian besar orang menganggap polisi tidak becus mengurus penangkapan Rizieq.
Tapi tidak sedikit pula yang meyakini bahwa strategi tarik ulur ini lebih efektif menimbulkan efek jera bagi sebagian besar pengikutnya. Setidaknya nampak dari melempemnya aksi FPI beberapa waktu belakangan ini. Anda bisa saja menolak atau menerima analisis ini.
Kalau kita analisis lebih jauh, ada kebenaran dari strategi tarik ulur ini. Bercermin ke kasus Jonru. Kalau mau sebenarnya pihak kepolisian sudah bisa bertindak sejak dulu ketika dia mulai membuat pernyataan-pernyataan kontroversial.
Tapi sepertinya pihak kepolisian menunggu waktu yang tepat untuk menangkapnya. Dan bisa dikatakan "opera" pengadilan Jonru dianggap sebagai strategi tersendiri dalam melemahkan suara-suara sejenis dari para penggiat medsos lainnya. Kembali lagi anda bisa saja setuju atau tidak dengan asumsi ini.
Kalau Rizieq Jadi Pulang?
Sudah pasti akan dijemput... hehehe. Oleh siapa? Bisa jadi banyak pihak. Selain pendukungnya, tentu aparat dan awak media. Sebuah peristiwa unik di mana banyak persepsi yang bermain. Kriminalisasi ulama, penegakan hukum, itu hanya beberapa contoh isu yang akan muncul. Pihak alumni 212 kembali mengeluarkan statement akan membawa 1 juta untuk menyambut. Walau pada kenyataan banyak pihak yang tidak mempercayai hal ini, tapi tak urung membuat pihak kepolisian mempersiapkan diri.
Kepulangan Rizieq akan dianggap kemenangan oleh para pendukungnya dan tentunya publik juga akan melihat hal ini sebagai bentuk keberanian dia dalam menghadapi situasi yang tidak menguntungkan bagi dirinya sendiri.
Para pendukungnya sangat berharap dia akan pulang setelah 7 kali menunda menurut beberapa sumber berita. Bagi sebuah gerakan, tindakan pemimpin akan bisa menggerakkan arah dari gerakan itu sendiri.
Tapi sayang seribu sayang, kembali Rizieq menunda kepulangannya. Ini tidak hanya menimbulkan rasa euforia kemenangan bagi penentangnya, tapi juga efek tertentu bagi pendukungnya. Kecewa, mempertanyakan, bingung adalah sebagian dari efeknya. Tapi banyak juga yang masih yakin dan sabar dengan strategi Rizieq yang mengulur waktu.
Apakah ketidakpulangan Rizieq membuat banyak pihak yang kritis menjadi lebih memilih diam dan tidak vokal? Sulit menghitungnya dalam bentuk kualitas. Namun terasa bagi kita sejak Rizieq pergi banyak aksi ormas FPI yang jauh lebih kalem kalau tidak bisa dikatakan diam ditempat. Isu radikalisme pun terpecah ke berbagai tokoh dan bentuk kejadian. Tidak lagi dimonopoli oleh FPI.