Mohon tunggu...
Samuel Henry
Samuel Henry Mohon Tunggu... Startup Mentor -

JDV Startup Mentor, Business Coach & Public Speaker, IT Business Owner, Game Development Lecturer, Hardcore Gamer .........

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Lebih Dekat dengan Terorisme: Peran Teknologi di Dalamnya

10 April 2016   18:47 Diperbarui: 4 April 2017   17:24 1688
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sumber gambar: inpublicsafety.com"][/caption]"Kenali musuh Anda. Kenalilah diri Anda sendiri.
Dengan demikian Anda tidak perlu takut dengan hasil seratus pertempuran sekalipun." - Sun Tzu, Seni Berperang - 544 SM hingga 496 SM

Sampai saat ini terorisme masih menjadi momok di dunia internasional, termasuk juga di Indonesia. Serangan bom di ibukota Jakarta beberapa waktu lalu menjadi penanda bahwa gerakan terorisme belum usai bahkan menemukan gaya baru. Hal yang sama juga berlaku di berbagai negara dengan ibukotanya seperti Paris, Istanbul, dan yang terbaru di Brussel Belgia.

Artikel ini, sebagai bentuk pemaparan praktis dan singkat terhadap gerakan terorisme. Saya tujukan agar kita sebagai bagian dari publik bisa lebih  kenal dan paham akan pola serta strategi dari pelaku teror global. Kita akui atau tidak, pola itu sudah mulai diterapkan ke ranah lokal yaitu di Indonesia. 

Saya akan memaparkan bagaimana teknologi sangat berperan terhadap gerakan dan pola terorisme modern. Dengan begitu, kita bisa lebih waspada dan sigap  mengantisipasinya. Sebisa mungkin saya menggunakan bahasa umum yang mudah dipahami disini. Tapi jika ada istilah yang sulit anda pahami, tentu anda bisa googling sendiri bukan?

Oh ya, sekedar catatan kecil sebelum masuk ke pembahasan. Artikel ini saya tulis untuk menjawab pertanyaan dari teman diskusi saya yang mempersoalkan: “Apa dan bagaimana terorisme itu sebenarnya bergerak pada saat ini?”. Saya tercenung sebelum menjawab dan mengambil kesimpulan praktis bahwa mungkin masih banyak orang yang belum paham dengan gaya serta sepak terjang terorisme modern sekarang walau sudah hingar bingar di media. Mungkin karena tidak kenal itulah maka banyak yang skeptis dan menuding bahwa penanganan terorisme belum cukup baik.

Sekedar informasi, saya dan beberapa teman suka membahas mengenai topik terkini diseputar bidang teknologi. Kebetulan beberapa saat lalu ada pembahasan mengenai tudingan salah tangkap terhadap Siyono dan berita seputarnya cukup membuat banyak pertanyaan (baca artikelnya di sini). Terlepas dari kasus tersebut, kami membahas mengenai peran teknologi didalam gerakan teroris.

Menurut saya, agar publik bisa lebih paham dan mendukung sepenuhnya, maka tidak ada salahnya jika diberi pemaparan. Tentu tidak harus dalam bahasa yang rumit bin aneh. Juga tidak harus ikut dalam program negara berdasarkan kurikulum Menhan sebelumnya. Menurut hemat saya: Harus dibuka akses informasi yang cukup. Itulah yang sebenarnya perlu diberikan kepada publik untuk menunjang pemahaman bersama agar gerakan bela negara lebih impementatif dan bukan terkesan seremonial formal ( baca pro kontranya di sini).

Kalau dulu terorisme bergerak meluas melalui jalur pemberitaan media resmi, kini dengan teknologi dan internet sudah jauh berbeda. Kecepatan penyebaran dan pola serangan lebih masif serta dampaknya lebih meluas. Serangan terorisme siber adalah ranah baru tanpa batas saat ini dan berkaitan langsung dengan para teroris tunggal (dikenal dengan istilah lone wolf) yang memiliki pola unik dibanding teroris biasa. Trend ini yang juga sedang populer sekarang.

Panggung & Koreografi

Teroris modern saat ini memandang dunia global sebagai panggung besar yang sangat bagus sebagai tempat pertunjukan untuk aksi mereka. Dengan teknologi saat ini sangat mudah menjangkau liputan dan akses media internasional. Selain mencari korban, aksi terorisme saat ini lebih mengedepankan aksi pertunjukannya untuk diperlihatkan kepada publik dibanding mengarah kepada jumlah korban yang diincar.

Dengan perkataan lain, aksi itu diatur sedemikian rupa (dikoreografi) selayaknya panggung sandiwara dengan beberapa dampak kerusakan dan korban nyawa sebagai pendukung aksinya dan bukan sebagai tujuan utama saja. Jadi bila anda melihat sebuah aksi terorisme, jangan terhanyut. Coba pikirkan dengan logis apa tujuan dan dampak dari aksi tersebut. Tema politik, agama dan berbagai ideologi anarkis lainnya hanya menjadi media perantara saja. Bahkan bisa dianalogikan sebagai kosmetik dan bukan wajah asli dari teroris. Kebanyakan orang memang sering terpaku ke hal tersebut. Sehingga sulit membedakan mana yang benar gerakan perjuangan dan mana yang bertujuan teror.

Kekejian, kenekatan serta aksi kekejaman yang dipertontonkan memiliki tujuan khusus. Diharapkan agar memicu emosi dan psikologi massa serta menularkan rasa takut yang meluas. Sayangnya pola itu kurang berdampak meluas di kasus bom Jakarta tapi terbukti masih cukup ampuh di kota negara lain. Namun apakah kita jadi lengah dan menganggap enteng serangan teroris selanjutnya di masa depan? Bukan itu maksud kita sebagai warga negara Indonesia. Secara logis, teroris akan mencari jalan lagi untuk membuat panggung dan koreografi yang berbeda di masa mendatang. Mereka akan terus belajar dan mengubah gaya aksinya.

Panggung Pilihan: Internet

Walau internet bukan teknologi yang baru muncul, namun penggunaannya semakin disukai karena dampaknya lebih luas dan mampu menarik perhatian banyak orang. Sekedar untuk menggambarkan pertumbuhannya, silahkan lihat data berikut ini yang diambil dari materi Prof. Gabriel Weimann, seorang pakar ilmu sosial yang membahas tentang perkembangan terorisme global:

  • Tahun 1992: ditemukan 12 situs web yang mengandung materi teroris
  • Tahun 2003: ditemukan 2,650 situs web yang mengandung materi teroris
  • September 2015: sekitar 9,800 situs web mengandung materi teroris

Jika angka itu sudah membuat kita khawatir, anda belum memperhitungkan kenaikan yang terjadi di Deep Web dan Dark Web, bagian dari internet yang tidak terbuka aksesnya bagi umum. Walau tidak detail, tapi informasi dari Wikipedia itu setidaknya sudah bisa menggambarkan beberapa pola dan gaya dari terorisme modern.

Kenapa internet menjadi pilihan yang populer? Beberapa poin bisa dilihat seperti:

  • Akses sederhana (hanya dengan akses internet publik yang gratis atau sebuah HP)
  • Tidak ada pengendalian yang ketat
  • Bersifat anonim
  • Interaktif
  • Biaya Murah
  • Sasaran target lebih luas

Mari mengenal lebih lanjut dari kemungkinan penggunaan yang dilakukan selama ini. Beberapa diantaranya sudah muncul di Indonesia. Sebagian sudah dikenali oleh publik dan sebagian lagi masih tersembunyi. Jadi, dengan mengetahui kemungkinan penggunaan dan contohnya, anda bisa lebih “sigap”:

Propaganda: Media sosial seperti Twitter dan Facebook adalah sarana yang paling praktis untuk tujuan ini. Selain itu, media online seperti Youtube misalnya juga menjadi pilihan terbaik untuk menyebarkan aksinya dengan video. Ingat video aksi pemancungan kepala oleh ISIS? Itu adalah salah satu contoh langsung dari penggunaan internet untuk tujuan propaganda.

Propaganda lewat internet menjadi efektif karena tidak hanya menjangkau audiens yang lebih luas sampai skala global, tapi juga bisa mengkhususkan diri kepada target tertentu seperti minoritas tertentu, simpatisan dengan latar belakang tertentu, dsb. Khususnya generasi muda yang masih labil menjadi sasaran utama saat ini. Tema ketidakadilan, perbedaan kaya miskin, agama, diktator dan pengekangan politik menjadi menarik dengan proganda daei mereka terhadap anak muda kita. Khusus di Indonesia, tema agama adalah pilihan terpopuler.

Yang patut kita renungkan: bagaimana kita dan lingkungan kita merespon propaganda via media internet lainnya terhadap anak muda negeri ini? Kalau kita kurang mengenali gaya dan pola teroris lalu bagaimana kita secara siap mengatasinya sejak awal? Siapa saja yang bisa ikut menanggulangi masalah ini?

Perang Psikologis: Dampak lanjutan dari munculnya video atau gambar aksi teroris adalah perang psikologis. Tidak hanya ditujukan kepada media dan pemerintah, namun juga kepada publik sebagai sasaran akhir dan sebagai bukti eksistensi pihak teroris. Kita bisa melihat kasus gambar dan video pendukung ISIS di Indonesia misalnya. Beberapa gambar dan video palsu diikutsertakan agar kesan mengerikan semakin tertanam. Dan memang tampaknya banyak pihak yang tidak melakukan re-check serta percaya, malah ikut membagikan materi tersebut ke masyarakat luas.

Nampaknya sepele, tapi penanaman ketakutan secara terencana dan terjadwal menjadi salah satu pola teroris dalam jangka panjang. Ingat, mereka bukan mengarah kepada korban saja, tapi kepada publik sebagai penonton panggung yang lebih besar. Dengan adanya beberapa serangan, ditargetkan agar publik semakin tidak  merasa aman dan protes kepada pemerintah. Dengan kata lain, tujuan dari terorisme juga ingin menggoyang kekuasaan yang sah dari sebuah negara dengan membangkitkan perpecahan didalam rakyatnya dan mengguncang legitimasi pemerintahan. Belajarlah ke kasus Timur Tengah.

Yang menarik untuk dipertanyakan: Bagaimana perang psikologis ini  diterapkan di Indonesia? Melalui ajaran yang radikal atau malah oleh ormas tertentu? Apakah mereka memang murni gerakan masyarakat atau malah menjadi antek perantara? Jika tidak, lalu kenapa negara terkesan membiarkan? Siapa yang berperan menangani masalah seperti itu?

Mobilisasi dan Perekrutan: Tidak ada cara yang lebih praktis dari memamerkan aksi brutal untuk unjuk gigi kepada publik lewat internet. Kerahasiaan pengirim tetap terjaga (anonim) dan dapat dilakukan dengan cepat serta interaktif. Kasus perekrutan simpatisan ISIS bisa menjadi contoh yang tepat untuk ini. Kasus video ISIS untuk merekrut relawan Indonesia juga bisa dilihat sebagai aksi lokal pendukung ISIS.

Semoga anda tidak lupa bagaimana beberapa orang dari Indonesia ingin mendaftar dan ikut berperang ke kawasan timur tengah.  Itu adalah gambaran betapa program cuci otak dan progranda mereka bisa berhasil, terlepas jika anda bingung bagaimana mungkin bisa terjadi.

Yang menarik untuk dibahas: Bagaimana peran dari pemuka agama dalam menyikapi serta bertindak mengantisipasi hal ini? Apakah diikutsertakan secara aktif atau negara hanya bertindak sendiri? Dari masyarakat sendiri, bagaimana sistem pemantauan selama ini diberlakukan?

Pengumpulan Dana: Mudahnya membuat website, fanpage dan data anonim membuat pengumpulan dana semakin mudah. Transfer uang yang tidak terlacak semakin sulit dengan adanya mata uang digital seperti Bitcoin. Jangan salah sangka, Bitcoin tidak ditujukan untuk tujuan itu, namun pihak teroris memanfaatkan teknologi seperti Bitcoin dan yang lain untuk memudahkan transfer dana yang aman dari berbagai belahan dunia. Pengumpulan awal dilakukan oleh simpatisan yang tidak berhubungan langsung, yang kemudian mengubah dana yang diterima menjadi uang digital. Selanjutnya? Tidak terlacak lagi.

Model perusahaan palsu (shell company) seperti yang terbongkar dari dokumen Panama Papers hanyalah sekelumit dari jaringan kejahatan teroris internasional. Tidak semua jaringan teroris bisa menggunakan layanan seperti itu. Sebagian besar masih menggunakan pola yang lebih sederhana.

Yang patut dikaji: Bagaimana teroris di Indonesia mengumpulkan dana. Apakah hanya melalui dana sumbangan dari simpatisan, atau dari kegiatan lain seperti tindakan kriminal? Sudahkah negara melakukan penelitian terkait kemungkinan hubungan aktivitas seperti itu?

Komunikasi Yang Aman: Jika kabar terbaru mengatakan WA sudah dilengkapi enkripsi, maka anda pasti berpikir bahwa komunikasi anda selama ini belum aman? Hehehe.. sebenarnya memang iya, dan para teroris paham dengan hal itu. Beberapa alternatif lain yang mereka gunakan bisa seperti Telegram yang sudah sejak awal ditujukan untuk komunikasi mobile yang aman. Penggunaan aplikasi dengan enkripsi seperti Telegram juga sebenarnya masih terbuka dengan kelemahan, tapi untuk menerobosnya dibutuhkan upaya yang cukup rumit bagi kebanyakan orang biasa.

Kalau anda mengira bahwa negara melalui perusahaan telekomunikasi bisa menangkap komunikasi rahasia seperti ini, sayangnya tidak semua mampu. Tools yang menyediakan komunikasi yang aman via internet malah sudah tersedia banyak bahkan diantaranya gratis. Hanya sebagai contoh kasus, penggunaan VPN sebagai pengaman komunikasi sangat populer di Indonesia. Bahkan ditengarai netizen di Indonesia adalah salah satu pengguna VPN terbesar di dunia. Hanya saja kebanyakan untuk mengakses situs yang diblokir pemerintah. Hehehe...

Yang patut dikaji: Bagaimana peran penyelenggara telekomunikasi saat ini terkait dengan isu terorisme dan penggunaan layanan mereka sebagai media komunikasi? Apakah pemerintah sudah mengantisipasinya dalam UU Anti teroris?

Pengumpulan Data – Data Mining: Jangan mengira bahwa hanya institusi sekelas industri saja yang bisa melakukan aktivitas data mining dengan mesin komputer canggih mereka. Kini tersedia layanan profesional dengan memberikan jasa pengumpulan data tertentu – ya untuk klasifikasi rahasia juga – sehingga memudahkan jaringan teroris mendapatkan akses sahih tentang satu tokoh/lokasi/dll.

Sebenarnya disinilah concern utama saya. Jika kita menyadari potensi pengumpulan data oleh teroris, maka sebaliknya negara bisa melakukan hal yang sama. Ingat dengan artikel saya mengenai digital footprint? Hal yang sejenis bisa dilakukan kepada teroris dan simpatisannya. Bahkan bisa untuk mendeteksi gerakan mereka dengan analisa tertentu. Sayangnya, negara kita masih berpikir reaktif daripada proaktif. Tunggu ada kejadian dulu baru sibuk menangani dan mencari solusi. Padahal dengan teknologi bigdata/data mining serta analisa tertentu bisa membantu penegak hukum bereaksi selangkah lebih cepat. Bahkan pada tahap tertentu bisa memprediksi jauh sebelum terjadi kerusuhan sosial. Sangat layak untuk dicoba penerapannya.

Sudah sampaikah kita pada tahap ini? Sebenarnya sudah. Saya sendiri mengenal beberapa jaringan nasionalis bawah tanah yang memang mahir dibidang seperti ini. Namun seperti yang saya singgung di artikel saya tentang bela negara dengan gaya mi instan, sepertinya kiprah mereka tidak pernah dihiraukan lebih jauh. Kalaupun ada keinginan untuk membangun cyber army, sepertinya hanya membuat sekelompok  pasukan taktis pengaman saja tanpa ada pasukan intelijen. Padahal dalam berbagai strategi perang, kemampuan intelijenlah yang menentukan kalah menangnya sebuah negara, bahkan ketika negara itu belum berperang.

Yang mungkin menjadi pertanyaan penting: Apakah Kemenhan sudah mempersiapkan diri untuk penerapan IT di bidang anti teroris? Atau sebaliknya, kita masih terpaku dengan model lama dalam  mengantisipasi terorisme modern?

Serangan Siber: Jika anda ingat mengenai perang hacker beberapa waktu dulu yang dilakukan oleh hacker Indonesia melawan hacker luar, maka sekarang anda tahu bahwa perang siber memang sedang dan sudah terjadi. Sebagian memang melakukan atas nama bela negara seperti yang terjadi di negara kita dan hacker China sebagai contoh di panggung global. Tapi banyak juga berdasarkan ideologi seperti ingin menciptakan anarki dan global chaos. Sebagian lagi bergaya mercenaries alias bayaran. Kita tidak spesifik membahas alasan mereka bertindak seperti itu, tapi percayalah kalau serangan siber di masa depan akan semakin masih dan luas.

Jika anda menonton tayangan CSI: Cyber melalui tv kabel, itu hanyalah gambaran ideal penanganan kejahatan siber. Kenyataan sebenarnya tidak jauh dari penampilan yang dibuat hanya lebih suram dan rahasia saja. Kenapa saya bisa tahu? Ingat, Jogja adalah salah satu kota dengan hacker terbanyak di Indonesia. Jadi wajar jika individu seperti itu banyak berkeliaran dikota gudeg ini. Baik atau jahatkah mereka? Tidak ada yang tahu dengan pasti.

Yang patut dikonfirmasi: Isu pembentukan cyber army sudah pernah saya dengar sejak tahun 2013 dari tim Kemenkominfo, tapi masih sebatas gosip saja. Sayangnya saya kekurangan data tentang sepak terjang pasukan ini, apakah sudah ada dan berkiprah? Atau masih sekedar wacana?

Distribusi Perangkat Lunak: Jangan mengira jika teroris tidak bisa memprogram dan membuat aplikasi sendiri. Sebagian kelompok teroris lebih percaya dengan aplikasi buatan sendiri dalam berkomunikasi dan membuat kontak dengan anggotanya. Berbagai kelompok teroris juga memiliki tim teknis yang membuat aplikasi bagi kelompoknya. Tidak hanya berbasis dekstop, kini beberapa aplikasi mobile juga sudah dibuat dengan semakin populernya platform android yang digunakan nyaris di seluruh dunia.

Jual Beli Dokumen Rahasia: Ingat dengan bocornya berbagai data informasi dari Donald Trump yang dilakukan oleh kelompok hacker? Kalau beritanya disebarkan karena ditujukan untuk mengganggu pencalonannya sebagai kandidat presiden Amerika, maka kebanyakan teroris melakukan jual beli rahasia tanpa terbuka untuk publik dan media. Jika seorang tokoh atau tempat ditargetkan menjadi sasaran, maka informasi penting lainnya akan dibeli dengan cara apapun agar operasi yang dilakukan bisa sukses.

Yang menjadi pertanyaan: Bagaimana dengan Indonesia? Apakah data penting di negara kita bisa bocor dan dibeli? Secara formal tidak ada kabar resmi soal ini. Tapi dari kasus penyadapan yang dilakukan intelijen negara luar di negara kita (semoga anda ingat kasus siapa), logis menduga kalau ada kebocoran dari dalam negara kita sendiri bukan?

Materi Pelatihan: Mungkin poin inilah yang paling besar pengaruhnya dari internet. Bayangkan saja, pada tahun 1998 materi Anarchy Cookbook sudah bisa saya dapatkan melalui jaringan BBS (Bulletin Board System- jaringan komputer sebelum internet menjadi populer). Didalamnya berbagai informasi berbahaya mulai dari yang ringan sampai cukup berat sudah ada. Jadi tidak terlalu heran sebenarnya kalau sekarang banyak teroris yang menggunakan internet sebagai tempat penyebaran materi teroris yang aman dan nyaris tidak terjangkau oleh berbagai negara.

Materi yang ada di Youtube dan berbagai situs web belum seberapa dibanding dengan konten dan item yang ada didalam deep web/dark web. Mudahkah mengaksesnya? Tidak sesulit yang anda kira sebenarnya, tapi juga tidak mudah.

Yang menjadi perhatian: Bagaimana dengan kesiapan intelijen kita dalam menangani kegiatan masyarakat yang cenderung radikal dan menerapkan eksperimen/ajaran dari materi terorisme tersebut?

Yang Bisa Kita Lakukan?

Bisa dimulai dengan langkah yang cukup sederhana saja menurut saya. Lebih waspada dan sigap bila terjadi sesuatu disekitar lingkungan anda. Tidak hanya offline saja, tapi juga online.  Bisa jadi anda mendapatkan email ajakan atau fanpage seruan untuk tujuan makar misalnya. Link dari situs atau media sosial dengan konten berisi hate speech yang spesifik mengandung unsur terorisme atau sejenisnya.  Itu saja sudah cukup untuk anda laporkan. Tujuan artikel ini sebenarnya membuat anda semakin mengenal pola yang sudah ada dan mungkin akan muncul di Indonesia. Saya tidak menginginkan kita menjadi paranoid, namun lebih “aware” saja. Paling tidak melaporkan ke lurah atau pejabat setempat bila terjadi di lingkungan anda. Kontak pihak yang berwewenang juga sudah mudah didapat jika anda memilih jalur online.

Teroris modern tidak hanya mengincar daerah yang “ramai” dan “populer” saja. Mereka juga bisa mengincar tempat dan orang tertentu dengan tujuan untuk melancarkan modus operasi mereka. Terkadang penggunaan alamat orang biasa untuk tujuan pengiriman barang terlarang menjadi salah satu alternatif. Anda tentu pernah mendengar gaya dan pola demikian bukan? Jadi bersikap siaga dan hati-hati terhadap lingkungan sekitar atau jaringan pertemanan online kita bukanlah sesuatu yang lebay.

Teroris bukanlah hanya sekelompok manusia yang gila dengan kekerasan dan kekejaman saja. Mereka juga memiliki strategi dan kemampuan teknis yang mumpuni. Teknologi memungkinkan mereka mengeksploitasi kapabilitasnya dengan cara yang tidak lazim dan tidak banyak disadari publik. Mengenal mereka dan pola serta gaya gerakan mereka menjadi salah satu cara diantara beberapa metode untuk menangkal terorisme. Dan tugas itu bukan hanya menjadi tanggung jawab negara saja. Akan selalu ada yang tertarik dengan kegiatan mereka, namun celakalah kita yang tidak paham dan kenal dengan tindak tanduk serta aktivitas mereka sebaik pihak yang tertarik tadi.

Penutup

Harapan saya, tulisan singkat ini bisa membuat kita semua lebih kenal dan paham peran teknologi dalam bidang terorisme. Ibarat pisau, teknologi memiliki dua mata. Kita, selain tahu cara penggunaan yang baik, juga perlu paham dan kenal dampak dari penggunaan yang salah. Dengan jumlah pengguna internet Indonesia sudah melebihi dari 70 juta pengguna, kemungkinan besar terorisme akan menggunakan media internet dalam berbagai aktivitas terkait terorisme.

Buat beberapa pembaca Kompasianer – terutama yang berkaitan dengan bidang teknologi maupun keamanan – semoga artikel ini bisa memberikan ide tambahan untuk aktivitas yang dilakukan. Khususnya untuk startup yang sampai saat ini belum banyak yang menyentuh bidang intelijen dan teknologi secara spesifik untuk keamanan dalam negeri. Sampai sekarang, gerakan bawah tanah nasionalis masih bergerak, tapi sampai kapan? Mungkin negara bisa berperan lebih banyak disini.

[caption caption="Sumber Gambar: blogmotivasi.xyz"]

[/caption]

Saya berharap negara kita, melalui pemerintah, mau membuat terobosan dengan memanfaatkan teknologi sebagai salah satu alat dan strategi memerangi terorisme dan pengaruhnya di Indonesia. Walau saya setuju dengan konsep dan tujuan dari program bela negara, namun saya menertawai cara yang demikian. 

Cara yang sekarang diterapkan, menurut saya pribadi, hanya  membuat rasa aman yang bersifat plasebo. Hanya terasa dipermukaan. Karena saya sebagai praktisi IT yang awam saja melihat lebih banyak yang tersembunyi sampai saat ini, lalu bagaimana dengan simpatisan mereka yang juga mahir IT? Atau bahkan pelakunya yang terus belajar lewat internet?

Sudah saatnya negara menggunakan teknologi lebih canggih dan lebih berperan besar untuk mendeteksi gerakan teroris dan simpatisannya di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun