Anda bisa lihat perbedaan yang jauh antara @temanahok dan @sahabatSSU (Sandiaga) dan @save_hajilulung? Bagaimana dengan jumlah dari twitter resmi Sandiaga yaitu @SSUforDKI1?
Bagaimana dengan Instagram? Seperti yang kita ketahui orang Indonesia lagi ngefans berat sama platform ini. Iseng saya coba dan ini angka yang saya dapatkan:
- Teman Ahok: 36.2K
- Sahabat Sandi: 119
- Save_Hajilulung: 760
- SukaHajiLulung2017: 188
Saya tidak tahu mana yang menjadi official account untuk Haji Lulung, jadi saya ambil saja keduanya. Dan tampaknya pak Haji lebih populer dibanding Sandiaga Uno. Tapi keduanya tidak ada apa-apanya dibanding dengan Teman Ahok yang mencapai 36.200. Wow...
Tiga platform itu (Facebook, Twitter dan Instagram) adalah platform media sosial yang populer. Dan sepertinya semua kandidat sudah memiliki fans atau relawan di tiap platform. Bagaimana dengan kandidat lain seperti Djarot dan Ahmad Dani? Katakanlah saya kurang update untuk kandidat lainnya, tapi kok sepertinya saya tidak yakin jumlahnya cukup tinggi karena kepopuleran dari relawan tidak cukup tinggi. Boro-boro tinggi, lha linknya aja susah didapat. Ngga coyo? Coba googling aja.. paling masuk ke media berita dan hanya dapat berita “katanya akan....” dan “menurut pengakuannya...” tanpa ada link dan data angka yang bisa dibuktikan.
Analisis Cocokologi
Mari kita mencocok-cocokkan..
Melihat keunggulan dari Teman Ahok diatas, sulit untuk tidak bisa menerima kalau sirkulasi berita, gambar dan video yang mendukung aktivitas Ahok pasti lebih banyak, lebih ramai dan lebih mempengaruhi. Bayangkan sendiri perbandingan terdekat hanya 1:10. Lha gimana mau menang?
Kita cocokkan lagi, siapa teman-teman Ahok itu? Kalangan anak muda yang notabene sudah sangat fasih main media sosial menggunakan smartphone. Tentu relawan yang lain juga begitu. Tapi angka yang jauh ini dampaknya luas. Satu berita yang disebarkan lebih mempengaruhi teman-temannya. Satu video yang diklik dan ditandai LIKE akan lebih memberikan persepsi bagus kepada pengunjung lain. Perlahan-lahan akan mempengaruhi orang lain juga.
Tapi bukan hanya relawan pendukung yang bisa begitu. Kelompok penentang juga bisa, tuh lihat kelompok Bukan Teman Ahok. Fanpage relawan Sandiaga Uno saja kalah jumlahnya.
Apakah kondisi ini menguntungkan Ahok? Ya sudah pasti. Berita bagus akan menambah dukungan kepadanya. Berita burukpun akan menambah popularitasnya? Kok Bisa? Ya bisa aja, toh perbandingan 1:10 membuat banyak berita negatif akan mudah dipukul mundur oleh penggemarnya.
Penentang bisa saja teriak kesal sampai usus diperut nyendul keluar, tapi itu tidak akan bisa mengubah persepsi. Penentang bisa saja berteriak tidak adil dan mengeluarkan semua aturan, ketentuan sampai sumpah serapah tujuh turunan tapi tidak akan bisa melawan persepsi yang terbangun. Selanjutnya tudingan akan diarahkan ke media yang memihaklah atau yang lebih konyol ada konspirasi dibalik relawan tertentu. Ya memang pasti ada dong. Tapi sering bukan seperti yang dituduhkan.
Media sosial adalah platform komunikasi. Hanya tools yang bisa menjadi katalisator saja. Tidak kurang dan tidak lebih. Yang lebih berpengaruh adalah manusia yang mengerti akan kegunaannya dan memanfaatkan semaksimal mungkin. Jadi kalau fanpage, follower sedikit maka yang salah adalah para relawan pendukungnya. Mungkin kurang antusias, kurang pede, kurang dana sampai kurang motivasi dan pemahaman. Nah pemahaman dan motivasi ini tidak bisa dibangun instan berbasis order dan duit. Dari contoh kasus Obama, nampak strategi tertentu. Coba anda lihat kembali dan temukan kandidat mana yang tidak aktif relawannya? Artinya mereka tidak pakai strategi.