Pada ujungnya, artikel ini sampai pada satu pemahaman. Dan pemahaman ini diamini oleh kami semua yang berdiskusi bahwa saat ini semakin banyak generasi muda yang bingung. Bingung menentukan arah pemimpin mana yang layak dijadikan role model? Ulama mana yang bisa didengarkan saran dan nasehatnya? Kelompok mana yang cocok untuk dijadikan wahana ekspresi diri? Kebingungan ini sedikit banyak menyumbang ke level pasifnya gerakan moral yang positif dari mereka.
Salah satu teman muda berpendapat kalau saat ini keadaan semakin menyulitkan mereka untuk berkembang dengan normal. Bukan berarti generasi muda semakin manja dan tidak mau bersusah payah, menurutnya saat ini banyak hal yang semakin membingungkan baik dari segi pemikiran dan implementasi. Melihat ideologi dan hukum diimplementasikan dengan merata dan adil? Maka kejadian seperti pembongkaran patung di Purwakarta dan Jayandaru hanyalah salah satu contoh diantara banyaknya kasus yang membuat masyarakat semakin terbelah.
Sebagian dari generasi muda mengikuti role model yang diyakini dengan disiplin keras, yang pada akhirnya dapat julukan gerakan radikal. Ada yang cenderung membiarkan saja malah dijuluki generasi cuek dan tidak punya tujuan. Yang paling sial ya gerakan pendukung untuk isu tertentu. Mulai dari di cap liberal, pro kapitalis, dan berbagai julukan lain disematkan kepada mereka. Salahkan mereka memilih dan menentukan yang mereka percayai? Lalu pilihan mana yang bisa mereka ambil kalau tidak yang ada disekitarnya saat ini?
Jika warna-warni di generasi muda ini tidak saling berbenturan keras, atau kita sebagai warga negara yang lebih dewasa bisa ikut berperan menjaga "fairplay" atau bentuk aturan lainnya, mungkin kita tidak perlu khawatir terlalu banyak. Tapi sekarang? Selain masalah diatas, bukankah serbuan narkoba, prostistusi, kejahatan terorganisir semakin masif dan meluas. Lihatlah siapa target dari masalah itu? Kebanyakan orang muda sebenarnya. Tidak heran kalau saya "cukup khawatir" melihat perkembangan 10-20 tahun lagi jika kita tetap membiarkan hal demikian.
Akhir Diskusi
Tak terasa kami membahas masalah topik generasi bingung ini sampai jam 4 sore. Sebelum berpisah, kami cukup melakukan brainstorming mengenai apa yang cocok dilakukan untuk membantu agar kondisi ini bisa diminimalisir. Setidaknya masing-masing teman muda punya ide dan pemikiran yang menarik. Beberapa diantaranya cukup mengejutkan karena diluar kebiasan tingkah laku masyarakat kita. Tapi saya rasa tidak masalah. Diskusi seperti ini tidak selalu punya target terukur yang pasti. Saya lebih melihat adanya kesadaran dari teman-teman itu akan peristiwa yang terjadi disekitarnya. Itu adalah hal positif menurut saya melihat latar belakang IT mereka yang cenderung masuk persepsi generasi geek yang cenderung cuek dan pasif.
Ketika saya akan keluar dari parkir Jogja Digital Valley tempat kami berdiskusi, seorang teman muda sempat mendekati saya dengan motornya. Dia berkata: "Pak Sam, tahu nggak apa yang paling membuat anak muda semakin bingung dan banyak yang ngaco?"
"Ndak tahu mas. Menurutmu apa?", tanya saya penasaran.
"Saya duga ini pak. Karena yang tua-tua makin aneh. Beda banget yang diucapin sama yang dilakukan" ujarnya.
"Maksudnya mas?"
"Lha ini tho pak. Banyak pemimpin di pemerintahan lebih mirip raja dibanding pelayan masyarakat. Anggota dewan lebih mirip preman. Partai jadi kayak mafia. Sekarang malah organisasi keagamaan malah jadi organisasi yang nakutin orang banyak. Main paksa aja. Bener tho pak?", cerocosnya kepada saya.
"Tapi ada kan yang bagus dan inspiratif?" saya berupaya memotong pemikirannya. Bahaya nih kalau orang muda yang semangat seperti dia jadi fokus ke contoh yang buruk dalam hati saya bersuara.