Mohon tunggu...
Samuel Henry
Samuel Henry Mohon Tunggu... Startup Mentor -

JDV Startup Mentor, Business Coach & Public Speaker, IT Business Owner, Game Development Lecturer, Hardcore Gamer .........

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kiamat, Kebencian dan Konfirmasi

7 Juli 2015   13:33 Diperbarui: 7 Juli 2015   13:33 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bila kita menyebarkan berita yang tidak benar atau berita yang dipelintir sedemikian rupa, apalagi menyangkut hal religi seperti kiamat dan soal kebenaran lainnya dengan niat pembenaran sendiri ke hadapan publik, apa yang bisa kita harapkan?

Bisa jadi lebih banyak yang negatif, seperti:

- Orang akan menertawai kelatahan dan kebodohan kita yang tidak memeriksa terlebih dahulu

- Kita sendiri akan semakin terbiasa tidak peka, tidak empati dengan lingkungan dan lebih sibuk dengan narsis diri di media social atau lebih parah, lebih suka sembunyi dibalik wall facebook kita misalnya dibanding berbicara langsung didepan publik

- Kita tidak akan bisa mengkalkulasi efek buruknya bagi orang lain yang tidak setuju, tidak suka atau berbeda pandangan

 

Penutup

Sulit memang membayangkan bahwa banyak netter sekarang ini bisa lebih bertanggung jawab dan menggunakan nalarnya dibanding keyakinan yang didasari kebencian tanpa dasar untuk berani memeriksa setiap informasi yang akan disebar. Jaduh lebih mudah memuaskan keinginan diri dengan membantu berita yang cenderung berisi pembenaran individu atau kelompok dan menyatakan bahwa hal itu adalah kebebasan berekspresi dan berpendapat.

Padahal sejatinya, banyak yang tidak paham sama sekali apa yang dibaca, disebarkan atau kemungkinan dampaknya. Mudahnya mengklik link "SHARE" dibanding berpikir dengan sedikit mendalam dan narsisnya diri kita ketika melihat jumlah like di postingan pastilah sulit dielakkan.

Di era teknologi saat ini, saya melihat trend konfirmasi sudah jauh menipis. Efek globalisasi dan kemajuan lebih menguntungkan hal-hal absurd dan negatif seperti kiamat dan kebencian.  Belum lagi kebiasaan publik internet Indonesia yang selalu demen dengan cocokologi. Sungguh bangsa kita suka dengan budaya lisan dan gosip namun esensinya kurang menurut saya. Sayang sekali akrabnya kita dengan teknologi dan internet tidak terlalu banyak mengubah pola pikir kita sebenarnya.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun