Sinar matahari nampak kelabu, kokok ayam di pagi hari sudah tidak terdengar merdu, embun pagi juga tidak terlihat syahdu. Hari yang biasa-biasa saja, tidak ada istimewanya sama sekali. Hari demi hari terasa hambar. Yaa..,Mungkin efek cukup lama menjomblo hehe.
Pada intinya hari ini merupakan, dari sekian hari kegabutan saya. Hidup terasa random sekali, ada si pekerjaan walaupun hanya free lance. Yah, jadi Teringat kejadian kemarin, yang cukup membuat saya mangkel, yaitu pertanyaaan orang-orang tua, " Ngger, sakiki kerjo neng endi? (Nak, kamu sekarang kerja di mana?) " dalam bahasa Jawa. Tentu saja saya bingung lah jawabnya bagaimana, kalau aku jawab " Free lance mbah" pasti nanti nya saya harus jelasin free lance itu apa. Maklum tiang sepuh.
Kemudian saya terpaksa menjawabnya " Dereng nyambut damel mbah. (Belum bekerja mbah)" Belum tuntas menjawab neneknya langsung nyamber aja. " Mbok yo kerjo to ngger, ben koyok liane (Mbok ya kerja to nak, biar seperti lainnya)" saya langsung speacles, tidak bisa berkata apa-apa.
Sepertinya saya sudah tidak selera lagi menjelaskan bahwa diri saya masih dalam masa penantian yang membosankan. Menanti lamaran diterima disalah satu perusahaan yang saya lamar minggu lalu.
Kayaknya pada hari ini saya perlu healing untuk mengisi kegabutan yang haqiqi ini. Biasanya kebanyakan orang, kalau healing ia treaveling ke objek wisata ataupun nongkrong sama teman-temannya. Beda dengan saya pada hari ini, saya nampak malas sekali keluar rumah. Kalaupun toh keluar juga percuma, ngajak teman-teman pastinya sibuk semua. Mau ngajak doi? Hahahaha, doi? Baru kandas 1 tahun yang lalu, eeits.
Nafsu makanpun berkurang, tidak lagi seperti dahulu, sangat nafsu makan sekali. Dampak dari makan yang banyak, saya pernah mencapai bobot 71 kg dengan tinggi badan saya yang hanya 162 cm. Sekarang bobot saya berkurang 11 kg dari berat badan yang sebelumnya. Jangan tanyakan "karena apa ya," wkwkwk.
Walau selera makan berkurang, saya sangat senang sekali memasak, (Senang bukan berarti ahli memasak lo ya. Red) entah kenapa ketika saya mencincang-cincang bawang dan memegang ulegan, hati saya terasa damai sekali. Apa mungkin saya cinlok sama Uleg-uleg? Ah apaan si gak jelas.
Tenggorokan terasa haus, sontak saya menghampiri Kulkas dan mengambil air minum untuk mengobati dahaga saya. Ketika Kulkas terbuka, sepasang mata saya melihat sosok makhluk yang bersirip, tidak berkaki dan tidak mempunyai tangan, sebut saja ikan. Hah? Emang, namanya Ikan. Ikan tersebut adalah Ikan air tawar yang mungkin hasil mancing adik saya kemarin, atau mungkin hasil pembelian dari emak saya dari tetangga. Sebenarnya saya tidak tau itu.
Spontan dibenak saya langsung terbayang ikan pedas yang sangat lezat. Mungkin namanya ikan balado. Masakan khas nusantara tanpa Italiano-italianonan. Selanjutnya saya bergegas menyiapkan bumbu-bumbu yang akan saya masak.
Mungkin pembaca mau mencontoh resep saya hehe. Cukup sederhana, yaitu, siapkan 10 bawang merah, 4 siung bawang putih, 10 cabe rawit, 5 cabe merah panjang, ketumbar, daun jeruk, dan daun kemangi.
Untuk mulai memasak, saya goreng mahluk bersirip tadi, terlebih dahulu. Sembari mengupas kulit bawah merah dan bawang putih, cabe rawit, cabe merah panjang dan ketumbar untuk diuleg sampai halus. Selang berapa menit, ada yang lewat di hidung saya bau gosong. Astaga..,saya lupa kalau tadi, juga menggoreng Ikan. Saya bergegas mematikan kompor agar kegosongan tidak merambat kemana-mana.
Setelah saya lihat, sukurlah, gosongnya tidak begitu parah, penggorengan pun berlanjut, hingga tergoreng semua, termasuk isu menikahnya Maudy Ayunda oleh netijen, eits. Tahap selanjutnya yaitu menumis bumbu yang tadi sudah dihaluskan, gemrecik suara wajan panas pun mengiringi aktivitas saya, sesekali letupan gorengan cabai kadang juga menyapa kulit saya. hehe agak pusitis dikit.
Aromanya mulai terasa. Saya tambah dengan daun jeruk pecel, daun kemangi, penyedap rasa, garam, 2 sendok teh gula secukupnya, untuk menambahkan cita rasa makanan. Selanjutnya tinggal masukan kembali, Ikan yang sudah digoreng tadi ke dalam tumisan bumbu. Tambahkan sedikit air biar bumbu-bumbunya meresap ke dalam makhluk bersirip tadi. Tinggal tunggu 3 menit agar bumbu-bumbunya meresap semua.
Masakan pun sudah matang. Jadilah Sambal Balado Iwak Kali dengan gorengan sedikit gosong. Sesi yang terakhir menyiapkan hidangan semenarik mungkin di atas piring cantik agar kelihatan mempesona. Sembari menyiapkan itu saya teringat perkataan perempuan yang baru saya kenal, dan orangnya cukup menarik. Tetapi perkataan tersebut saya kontekstasikan dengan kehidupan.Â
" Proses kehidupan itu seperti halnya memasak, lezatnya makanan itu, tergantung racikan bumbunya dan prosesnya memasaknya. Kalau racikan bumbunya pas, prosesnya juga tepat, maka, hidangan makanan itu akan terasa lezat. Begitu pula kehidupan kalau prosesnya baik, maka apa yang kita capai di kehidupan ini akan baik pula." Hem? Masak gitu? Setelah memasak, beban yang tadi hilang akhirnya kembali lagi.Â
Tamat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H