Mohon tunggu...
Samuel Edrick Wijaya
Samuel Edrick Wijaya Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Siswa

-

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Indonesia Darurat Membaca

28 April 2024   22:37 Diperbarui: 28 April 2024   22:37 894
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Membaca adalah awal perjalanan menimba ilmu pengetahuan tentang dunia yang luas. Membaca merupakan aktivitas yang penting dan bermanfaat untuk kita lakukan. Setiap bacaan seperti buku, berita, teks yang kita baca memperluas wawasan karena kita bisa mendapatkan berbagai informasi yang belum diketahui sebelumnya. 

Di zaman modern ini yang menyediakan informasi yang berlimpah, kebiasaan membaca/literasi penting untuk memperkaya pikiran kita, membuat pemikiran kritis, dan membangun dasar ilmu pengetahuan untuk menghadapi perkembangan zaman yang kokoh. Sayangnya, minat membaca negeri kita tercinta tergolong rendah. 

Menurut data UNESCO, minat membaca masyarakat Indonesia hanya 0,001%. Itu berarti, dari 1.000 orang Indonesia, hanya terdapat 1 yang minat membaca. Ada juga Riset berbeda berjudul World's Most Literate Nations Ranked yang dilakukan oleh Central Connecticut State University pada Maret 2016 lalu dengan hasil Indonesia menduduki peringkat  ke-60 dari 61 negara soal minat membaca. 

Ada beberapa alasan utama tingkat literasi dan minat membaca masyarakat Indonesia rendah. Faktor-faktor yang menyebabkan minat membaca yang rendah sudah ada dari jenjang sekolah anak-anak Indonesia. Banyak yang terjadi masalah karena kurang meratanya pendidikan di Indonesia yang juga disebabkan masalah pembangunan. Ternyata hal ini juga memberi pengaruh terhadap menanamkan kebiasaan membaca bagi anak-anak. 

Fasilitas seperti perpustakaan dan tempat membaca yang kurang baik menjadi contoh. Berdasarkan penelitian Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, hanya 61% sekolah dasar yang memiliki perpustakaan, dan dari jumlah tersebut, hanya 31% yang berada dalam kondisi baik. Masalah lain yang terkait adalah jumlah buku yang kurang di Indonesia menghambat proses menanamkan kebiasaan membaca bagi anak-anak Indonesia. 

Mengutip dari rejogja.republika.co.id, data jumlah  di perpustakaan umum di Indonesia, rasio nasional, yaitu 0,09 atau artinya satu buku ditunggu oleh 90 orang. "Ternyata buku yang tersedia di seluruh perpustakaan umum di Indonesia tidak banyak. Kalau ditotal ya kurang lebih 25 juta untuk 270 juta orang. Satu buku ditunggu 90 orang. Bagaimana Anda mau menghakimi orang rendah budaya bacanya ketika Anda hanya menjadikan buku untuk 90 orang," kata Syarif, dalam webinar Cyber Librarian Sebagai Penggerak Literasi Sekolah, Senin (29/3). 

Penyebab lain rendahnya minat baca dan tingkat literasi di Indonesia adalah penggunaan media hiburan selain buku yang berlebihan, terutama gawai/gadget. Dikutip dari Tirto.id, Indonesia terkenal sebagai negara dengan jumlah pengguna media sosial, streaming TV/film, dan game online yang paling tinggi. Ini karena bentuk-bentuk media audio visual ini yang lebih menarik seringkali lebih merangsang seseorang secara instan dibandingkan dengan buku, yang membutuhkan tingkat fokus, konsentrasi, dan keterlibatan aktif yang lebih besar. 

Data dari wearesocial per Januari 2017 juga mengungkap orang Indonesia bisa menatap layar gadget kurang lebih 9 jam sehari. Kemudahan mendapatkan hiburan yang ada di ujung jari karena perkembangan teknologi digital ditambah dengan penggunaannya secara tidak bijak mengurangi minat membaca masyarakat Indonesia. Penggunaan gawai berlebihan yang mengurangi minat membaca masyarakat Indonesia mungkin juga terkait dengan pengaruh budaya. 

Budaya yang ada di Indonesia, bahkan juga ada di tingkat sekolah adalah kepercayaan kalau membaca hanya dilakukan sebagai kewajiban/berguna sebagai nilai tugas di sekolah. Budaya yang dianut tersebut menyebabkan orang-orang yang sering membaca justru mengalami perundungan dengan dikatai kutu buku, dianggap berperilaku aneh, dan bahkan orang juga menganggap mereka hanya mencari muka dengan terlihat rajin. 

Minat membaca masyarakat Indonesia yang rendah tentu berdampak negatif dan bisa membahayakan terutama bagi kalangan generasi muda yang merupakan masa depan bangsa Indonesia. 

Dampak yang paling jelas terlihat dari kebiasaan malas membaca buku/bacaan langsung ataupun media daring sekalipun adalah minimnya wawasan/ilmu pengetahuan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun