Dalam sikap politik Indonesia terkait dengan isu tersebut Indonesia tetap menolak dengan tegas bahkan mengecam atas apa yang dilakukan oleh AS dan Israel tersebut.
Melalui Kementrian Luar Negeri saat itu, Retno Marsudi mengungkapkannya dalam Rapat Kerja dengan Komisi I DPR, di Kompleks arlemen Senayan tanggal 31 Mei 2018 lalu. Pemerintah Indonesia juga mendesak agar sekiranya AS membatalkan sikapnya atas Yerusalaem.
Namun, tidak diindahkan oleh AS saat itu hingga tetap pada pendiriannya. Ketika Indonesia terpilih menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB isu tersebut kembali diangkat dan mendesak AS terkait dengan kebijakan yang berdampak bagi Masyarakat Palestina khususnya. Â
Keempat, Kebijakan Amerika Serikat sebagai fasilitator dalam upaya normalisasi antara negara-negara Teluk dengan Israel. Sebelum menjelang pemilihan Amerika Serikat, Trump dengan siap akan menjadi fasilitator bagi negara-negara Arab yang ingin melakukan kerjasama dengan Israel. Ketika pertama kali Israel dan Uni Emirat Arab sepakat untuk melakukan hubungan kerjasama yang kemudian diikuti oleh negara Arab lainnya seperti Bahrain, Oman, dan Mesir.Â
Langkah tersebut diambil oleh negara Arab karena dianggap lebih menguntungkan yang sebenarnya sudah dilakukan pertama kali oleh Yordania pada tahun 1994 lalu ketika Raja Hussein dan Mantan PM Israel Yitzhak Rabin melakukan hubungan bilateral tersebut.
Sikap Raja Hussein saat itu dibandingkan dengan para pemimpin Arab lainnya cenderung memiliki sikap orientasi Barat sehingga apa yang dilakukan oleh Raja Hussein saat itu sangat berdampak bagi negara Arab dan mengakibatkan kekecewaan pada dunia Arab.Â
Terutama pada organisasi Pembebasan Palestina (PLO) yang menentang secara tegas tindakan yang dilakukan oleh Yordania kala itu. Kebijakan yang dilakukan oleh Raja Hussein saat itu menginginkan agar batas wilayah antara Israel-Yordania jelas karena sebelum dilakukan normalisasi hubungan tersebut antara Yordania maupun Israel saling klaim atas wilayahnya.
LANTAS, BAGAIMANA RENCANA KEBIJAKAN BIDEN BAGI MASALAH PALESTINA?
Joe Biden akhir-akhir ini dianggap sebagai tokoh yang sangat dekat dengan Umat Islam di AS, apa sebabnya?
Sebab dalam janji-janjinya ia akan selalu mengedepan hak-hak bagi Umat Muslim, para migran baik dari negara Muslim maupun Meksiko serta warga keturunan Afro-Amerika pasca insiden Goerge Flyod yang menyebabkan demonstrasi secara besar-besaran hingga Trump saat itu terpaksa berlindung di bunker Istana Presiden ketika terjadi demonstrasi secara besar-besaran warga AS pada Juni lalu.Â
Secara kekuataan politik apabila Biden jika dihadapkan dengan Trump posisi Biden sangat diuntungkan karena mayoritas pendukung Biden adalah kaum pro demokrasi, umat Islam, dan warga Keturunan Afro-Amerika sedangkan Trump hanya didukung oleh kalangan konservatif dan warga Yahudi Amerika.Â